Bisnis.com, PALEMBANG – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Palembang memprediksi musim kemarau bakal lebih panjang, sehingga menuntut kewaspadaan terhadap ancaman kebakaran lahan masih ada hingga akhir Oktober 2018 di Sumatera Selatan.
Kasi Data dan informasi BMKG Kenten Palembang, Nandang di Palembang, Selasa (9/10/2018), mengatakan fenomena pemanasan suhu muka laut di akhir 2018 berpotensi menyebabkan wilayah Indonesia diprediksi mengalami keterlambatan awal musim hujan, tak terkecuali wilayah Sumsel.
"Biasanya pada Oktober musim penghujan tiba. Namun ada hal yang berbeda dengan tahun ini. Musim hujan di Provinsi Sumatra Selatan diperkirakan bakal mundur atau diguyur hujan pada akhir Oktober atau awal bulan November, berbeda dengan biasanya yakni awal Oktober," kata dia.
Ia menjelaskan, kondisi ini dipengaruhi kondisi El Nino yang diprediksi BMKG mulai September dengan intensitas lemah hingga awal tahun 2019.
El Nino lemah ditandai oleh menghangatnya suhu muka laut di wilayah Pasifik bagian tengah dan timur sebesar +0.5C s/d +1.0C.
"Prakiraan awal musim hujan Sumsel mundur 1 sampai 2 dasarian. Awal November Sumsel diprediksi akan memasuki musim hujan," katanya.
Meski musim hujan diprediksi mundur, Nandang menyebut bukan berarti tidak akan ada hujan yang turun di bulan Oktober. Menurutnya, hujan yang terjadi masih kurang dari jumlah curah hujan diatas 50 mm.
"Dengan mundurnya prakiraan awal musim hujan ini masyarakat diminta waspada pada potensi kekeringan yang masih ada ini," kata dia.
Sementara itu, Kepala BPBD Sumsel Iriansyah mengatakan saat ini wilayah Sumsel sudah diguyur hujan pada Minggu (7/10) sore dan Senin (8/10) pagi.
Ia mengatakan hujan terjadi karena adanya potensi awan-awan penghujan yang kemudian dimanfaatkan untuk penyemaian garam atau modifikasi cuaca.
"Alhamdulillah Sumsel turun hujan kemarin. Ini karena pada Minggu pagi diketahui adanya potensi awan penghujan sehingga pesawat TMC (teknik modifikasi cuaca) langsung terbang dan menebar garam di atas awan tersebut," kata dia.
Iriansyah menerangkan, meskipun hujan namun tim Satgas terus mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan dengan segera memadamkannya jika ditemukan titik panas, baik melalui operasi darat maupun udara.
"Saat ini masih ada 6 helikopter dari bantuan BNPB untuk membantu pemadaman dari udara, terutama di lokasi-lokasi yang tidak ada sumber airnya," kata dia.
Upaya antisipasi dan pemadaman kebakaran ini terus dilakukan sesuai dengan status siaga bencana asap karhutla yang berlaku hingga 31 Oktober 2018.