Bisnis.com, PADANG — Bank Indonesia mendorong pemerintah daerah melakukan peningkatan produksi pertanian pangan strategis sebagai upaya pengendalian inflasi di daerah, termasuk di Sumatra Barat.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatra Barat (Sumbar) Endy Dwi Tjahjono mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar dan daerah lainnya perlu melakukan peningkatan produksi pertanian strategis untuk memastikan inflasi terkendali.
“Kami melihat persoalan utama dalam pengendalian inflasi adalah memastikan ketersediaan pasokan pangan dan kelancaran distribusi,” ujarnya, Senin (3/9/2018).
Hingga Agustus 2018, inflasi daerah itu menembus lebih dari 2% sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian, utamanya dengan meningkatkan produksi produk pertanian strategis. Produk pertanian itu antara lain, cabai merah, bawang merah, beras, dan berbagai produk pertanian yang rentan menyebabkan terjadinya inflasi.
Selain peningkatan produksi pertanian, BI juga mendorong setiap daerah mendirikan gedung pengendalian inflasi yang berfungsi memastikan terjaminnya pasokan komoditi, kelancaran distribusi, dan stabilitas harga.
Pada Agustus 2018, dua kota yang menjadi barometer ekonomi Sumbar, yaitu Padang dan Bukittinggi sama-sama mengalami deflasi yakni masing-masing sebesar 0,4% dan 0,13%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar Sukardi menyebutkan deflasi yang terjadi di Sumbar sepanjang bulan lalu disebabkan penurunan harga tiket pesawat. Tarif angkutan udara mengalami penurunan sebesar 22,81% atau berkontribusi terhadap deflasi daerah itu sebesar 0,33%.
Selain itu, deflasi juga didorong turunnya harga komoditas cabai merah, bawang merah, jeruk, daging ayam ras, jengkol, tomat sayur, dan harga emas perhiasan.
Secara keseluruhan inflasi tahun kalender Padang dan Bukittinggi hingga Agustus 2018 masing-masing sebesar 1,74% dan 0,7%. Adapun inflasi kedua kota itu secara year-on-year (yoy) adalah sebesar 3,29% dan 2,12%.