Bisnis.com, MEDAN — Produksi kebun karet di Sumatra Utara diprediksi akan mengalami penurunan sekitar 30%-40% hingga Juni 2018.
Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Edy Irwansyah menyebutkan gangguan produksi karet di perkebunan ini disebabkan terjadinya gugur daun kedua pada 2018.
“Telah dilaporkan dari beberapa sentra kebun karet di Sumatra Utara, terjadi gugur daun kedua pada 2018,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (29/4/2018).
Menurut Edy, gugur daun kedua ini di antaranya terjadi di Labuhan Batu, Asahan, dan Simalungun. Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa gugur daun pertama yang terjadi pada awal 2018 merupakan siklus tahunan yang terjadi secara alami karena mekanisme adaptasi tanaman dengan kondisi lingkungan yang memasuki musim kemarau.
Namun, gugur daun kedua yang terjadi sejak awal April hingga saat ini diduga merupakan pengaruh dari anomali cuaca di mana curah hujan secara tiba-tiba menjadi tinggi. Hal ini kemudian merangsang pertumbuhan jamur.
“Daun yang gugur bukan daun tua seperti pada awal 2018, tapi pada pucuk daun dan daun muda yang disebabkan oleh sejenis jamur,” tambah Edy.
Kendati demikian, pihaknya masih belum bisa menggambarkan sejauh apa kondisi ini akan berdampak pada pabrik karet. Pasalnya, kalaupun terjadi kekurangan pasokan dari kebun, pabrik masih bisa tetap beroperasi dengan mengandalkan pasokan dari provinsi lain meskipun akan ada konsekuensi berupa harga yang lebih mahal.