Bisnis.com, BATAM – Ekonomi Kepri hanya mampu tumbuh 2,01 persen (yoy) di tahun 2017 silam.
Pertumbuhan tersebut merupakan yang terendah selama lima tahun belakangan. Hampir seluruh mesin ekonomi mengalami perlambatan, bahkan kinerja ekspor menunjukkan pertumbuhan negatir.
Dari catatan Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) Bank Indonesia (BI) Kepri, hanya sektor Investasi yang mampu menunjukan kinerja positif di sepanjang tahun 2017 yang tumbuh 3,13 persen. Tumbuh lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 2,44 persen.
“Mesin ekonmi yang paling besar kontribusinya terhadap Kepri adalah Investasi. Walaupun turun tajam di kwartal 4, namun secara tahunan terjadi perbaikan kinerja dibanding tahun sebelumnya,” ujar KeKPW BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra di Haris Hotel, Rabu (28/2/2018).
Kinerja Investasi di 2017 memang cukup volatile. Sempat tumbuh diatas 7 persen di kwartal pertama. Kemudian mengalami pertumbuhan negatif di kwartal kedua, naik kembali di kwartal ketiga menjadi 7,71 persen lalu turun tajam jadi 1,85 persen di akhir tahun.
Berdasarkan data dari BKPM RI, pertumbuhan Penanam Modal Asing (PMA) di Kepri mengalami kontraksi 11,7% (yoy). Serapan terbesar investasi dari sektor industri pertambangan PMDN tumbuh melemah 100,7% (yoy), terutama dari sektor industri perumahan dan kawasan.
Masih mengacu kepada data BKPM, Investasi terbesar ditanamkan pada sektor pertambangan, hotel dan restoran serta industri logam. Secara tahunan, kinerja investasi mulai membaik namun masih tumbuh terbatas terutama karena kontribusi investasi bangunan
Kinerja Ekspor Kepri tak memberikan catatan yang memuaskan. 2016 Net Ekspor Kepri tumbuh 8,27 persen. Namun catatan sepanjang tahun 2017 Net Ekpsor Kepri mengalami kontraksi -8,75 persen. Ekspor terkontraksi karena pelemahan ekspor antar daerah.
Penurunan Net ekspor itu terkonfirmasi penurunan aktifitas bongkar muat di pelabuhan, terutama di Batuampar dan Kabil. Yang paling besar penurunannya dari CPO dan produk elektronik. Secara tahunan, kontraksi net ekspor disumbangkan oleh kontraksi ekspor antar daerah sebesar 9,14% (yoy).
Gusti mengatakan, kinerja Ekspor di tahun 2018 bisa semakin bergairah jika didukung oleh regulasi yang tepat. Salah satunya adalah mendorong percepatan implementasi beleid tentang Free Trade Agreement.
Empat sektor di sisi penawran juga melambat signifikan, terutama sektor industri pengolahan dan pertambangan.
Industri pengolahan mengalami penurunan yang konsisten sejak 2013 hingga 2017. Tahun 2013 industri pengolahan Kepri tumbuh 8,17 persen. Kemudian turun di 5,95 persen di tauhn berikutnya. Kemudian konsisten turun jadi 5,61 persen, 3,36 persen hingga 1,56 persen di 2017.
Secara tahunan pelemahan industri dipengaruhi oleh masih lemahnya permintaan terutama industri pembuatan kapal, industri besi baja serta industri pendukung migas yang belum mendapatkan proyek-proyek baru.
Menurut dia jika Kepri mampu menjaga pertumbuhan industri pengolahan di level 5 persen, maka pertumbuhan ekonomi Kepri akan mampu terjaga dengan baik.
Sektor konstruksi juga mengalami fluktuatif. Secara tahunan hanya tumbuh 3,45 persen. Padhal tahun sebelumnya bisa tumbuh sampai 4,47 persen. Konsumsi semen tercatat masih terkontraksi sebesar 12,47% (yoy).
SKDU sektor bangunan menunjukan tren melemah sepanjang 2017 Hasil liasion menyebutkan bahwa penjualan rumah mengalami penurunan Secara tahunan, perlambatan sektor kontruksi terkonfirmasi dari terkontraksinya konsumsi semen pada 2017 sebesar 17,34% (yoy)
Sektor pertambangan di Kepri mengalami kontraksi sebesar -4,51 persen. Kontraksi pertambangan bersumber dari penurunan hasil minyak dan gas. Mulai membaiknya tren harga minyak masih belum mampu mendorong kinerja petambangan. Kontraksi lifting minyak dan lifting gas masing-masing 16,21% (yoy) dan 13,56% (yoy).