Bisnis.com, MEDAN - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Sumatra Utara mengungkapkan penyebab mengapa gempa bumi sering menggetarkan daerahnya dalam beberapa waktu terakhir.
Syahnan, Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah I Sumut mengatakan, pada Selasa (14/2/2017) terjadi lagi gempa yang dirasakan oleh warga Sumut dalam skala luas, termasuk di Kota Medan.
"BMKG mencatat gempa pada 14 Februari terjadi sebanyak dua kali, yakni jam 00.11 dan sekitar jam 03.50," ujarnya saat temu pers di Kantor BMKG Wilayah I Sumut, Rabu (15/2/2017).
Dijelaskan, getaran gempa yang sering dirasakan masyarakat berasal dari pergerakan lempeng tektonik di Tanah Karo atau wilayah yang mencakup Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo.
Lempeng tektonik yang hingga kini masih diteliti ini berbeda dengan Patahan Sumatra yang melintang dari Sumut ke Bangka. Patahan itu merupakan segmen-segmen yang berada di Tanah Karo.
Segmen-segmen tersebut berjumlah banyak dan sangat aktif bergerak beberapa waktu terakhir. Dan BMKG tidak dapat memprediksi sampai kapan segmen-segmen tersebut bergerak.
Dijelaskan, selama ini BMKG hanya memantau pergerakan lempeng yang terjadi sehingga tidak memperhatikan aktivitas segmen-segmen yang ada di Tanah Karo. Bahkan, segmen-segmen tersebut belum memiliki nama, berbeda dengan Patahan Sumatra yang selama ini sudah dikenal.
"Untuk patahan baru, kami tidak dapat memastikan, apalagi selama ini BMKG hanya memantau pergerakan lempengan yang terjadi. Patahan di Tanah Karo belum ada namanya."
Arah pergerakan segmen-segmen di Tanah Karo ini pun tidak statis. Kadang bergerak ke arah Barat, kadang bergerak ke Timur, sehingga menimbulkan guncangan yang berbeda.
Lebih jauh, dia meminta kepada media untuk bersabar menunggu informasi dari BMKG bila terjadi guncangan gempa yang dirasakan masyarakat. Hal itu karena BMKG membutuhkan waktu untuk melakukan analisa usai kejadian dan mempublikasikannya.
"Kalau media langsung menelepon usai kejadian, BMKG belum bisa berbuat banyak. BMKG membutuhkan waktu sekitar lima menit untuk menganalisa, itu ada ketentuannya dari BMKG Pusat."