Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Panggilan kepada Generasi Muda, Hindari FOMO dalam Berinvestasi Saham

Generasi muda semakin menunjukkan antusiasme dalam bursa saham beberapa tahun terakhir, termasuk di Sumatra Utara (Sumut).
Investor mencari informasi pergerakan harga saham di Depok, Jawa Barat, Rabu (4/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Investor mencari informasi pergerakan harga saham di Depok, Jawa Barat, Rabu (4/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, MEDAN – Generasi muda semakin menunjukkan antusiasme dalam bursa saham beberapa tahun terakhir, termasuk di Sumatra Utara (Sumut).

Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumut mencatat, investor saham di wilayah ini tumbuh signifikan jika dibandingkan dengan instrumen pasar modal lainnya dengan pertumbuhan rekening saham mencapai 20,89% (year-on-year) per Maret 2025. Ada sekitar 314.067 investor saham di wilayah Sumut pada periode tersebut dengan nilai transaksi saham berjalan (kumulatif) hingga Maret 2025 mencapai Rp37,72 triliun.

Kepala Kantor Perwakilan BEI Sumut M Pintor Nasution mengatakan mayoritas rekening saham di Sumut dimiliki oleh investor perorangan dengan pangsa 83,82% dari jumlah investor saham di Sumut. Fenomena ini seiring dengan kemajuan teknologi, kemudahan akses informasi, dan berkembangnya media sosial sebagai kanal utama edukasi dan promosi.

Kendati menggembirakan lantaran generasi muda merupakan masa depan penentu keberlangsungan pasar modal Indonesia, Pintor mengingatkan ada tantangan serius di balik fenomena ini.

“Ada tantangan serius yang perlu ditangani, yaitu terkait rendahnya literasi keuangan yang berujung pada praktik investasi berbasis emosi dan tren semata, atau yang sering dikenal dengan istilah Fear of Missing Out (FOMO),” kata Pintor, Rabu (11/6/2025).

Dijelaskan Pintor, teknologi telah membawa generasi muda masuk ke ke dalam pusaran informasi pasar modal lewat ponsel dalam genggaman mereka. Dukungan regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui kemudahan membuka rekening efek secara online juga turut mempecepat penetrasi pasar modal ke segmen usia muda.

Tak ayal, data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan bahwa lebih dari 50% investor baru di pasar modal Indonesia berasal dari kelompok usia di bawah 30 tahun, menandai perubahan demografis yang signifikan dan sekaligus peluang besar bagi pasar modal untuk tumbuh secara inklusif dan berkelanjutan.

Namun, kemudahan akses teknologi ini tak hanya mengantarkan konten edukasi yang tepat terkait pasar modal maupun saham ke generasi muda.

Pintor menyoroti fenomena kemunculan seleb-investor atau influencer keuangan yang menyajikan konten berupa rekomendasi saham tanpa dasar analisis yang kuat. Tak jarang konten yang viral justru berisi ajakan untuk membeli saham tertentu dengan iming-iming cuan besar dalam waktu singkat.

“Ini memicu perilaku FOMO bagi para pengikutnya, di mana seseorang membeli saham hanya karena takut tertinggal tren tanpa memahami risiko yang ada serta esensi dasar dari berinvestasi saham itu sendiri,” beber Pintor.

Dikatakan Pintor, investasi yang dilandasi FOMO kerap membuat investor tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Pembelian saham pun biasanya diputuskan pada saham yang tengah naik daun tanpa mempelajari fundamental perusahaan, kinerja historis, atau potensi investasi jangka panjangnya. Akibatnya, lanjut dia, investor akan panik dan menjual rugi ketika harga saham tersebut mengalami koreksi.

Pintor menekankan bahwa literasi keuangan menjadi modal bagi investor untuk terjun ke bursa saham. Pemahaman tentang saham secara menyeluruh, cara kerja pasar modal, hingga cara menilai suatu perusahaan akan menghindarkan generasi muda dari korban FOMO dan informasi yang menyesatkan.

Hal itu untuk menjaga agar minat generasi muda terhadap investasi tak berhenti hanya pada tren sesaat. Pintor menyebut literasi keuangan yang baik akan membentuk investor yang rasional, sabar, dan berorientasi jangka panjang.

“Penting untuk meningkatkan literasi investasi dan memahami tujuan investasi itu sendiri. Karena berinvestasi bukan tentang cepat kaya, tetapi tentang membangun aset secara konsisten dan terencana. Dengan pemahaman yang benar, generasi muda bisa menjadi pioner dalam menciptakan ekosistem pasar modal yang lebih sehat, inklusif, dan berkelanjutan,” tandasnya.

(240)

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Delfi Rismayeti
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper