Bisnis.com, Padang — PT Bank Nagari menyebut meraih laba bersih Rp538,07 miliar sepanjang 2024 meskipun menghadapi tekanan biaya dana pihak ketiga (DPK) dan berakhirnya kebijakan restrukturisasi kredit perbankan.
Direktur Utama Bank Nagari Gusti Candra mengatakan laba tersebut tumbuh 3% secara tahunan (year on year/yoy) dari capaian laba 2023 yang sebesar Rp522,33 miliar.
“Perolehan laba itu ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income) yang stabil meskipun di tengah kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) sepanjang 2024,” katanya, Rabu (12/3/2025).
Kemudian perseroan menghadapi kenaikan biaya bunga DPK yang melonjak hingga Rp185,83 miliar dibandingkan tahun sebelumnya, menyusul naiknya BI-Rate menjadi 6,25% pada April 2024 dan bertahan hingga Agustus 2024.
Perusahaan menyebut berakhirnya stimulus restrukturisasi kredit Covid-19 pada Maret 2024 mendorong biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) meningkat Rp48,3 miliar dibandingkan tahun lalu. Dengan demikian, akumulasi dua komponen tersebut menambah beban sebesar Rp234,13 miliar sepanjang 2024.
Kendati demikian dari sisi profitabilitas, return on equity (ROE) Bank Nagari tercatat sebesar 14,55% terkoreksi dibandingkan posisi 2023 sebesar 15,08%. Sementara itu, return on asset (ROA) berada di level 2,15%, lebih rendah dibandingkan ROA tahun lalu sebesar 2,18%. Net interest margin (NIM) Bank Nagari juga berada di kisaran 5,99%, terkoreksi dibandingkan NIM 2023 yang sebesar 6,46%.
Baca Juga
Seiring dengan pertumbuhan laba, aset Bank Nagari meningkat menjadi Rp32,96 triliun, naik 3,29% yoy dari sebelumnya Rp31,91 triliun pada 2023. Sementara, penyaluran kredit dan pembiayaan mencapai Rp25,55 triliun, tumbuh 23,9% dari tahun sebelumnya Rp20,63 triliun. Kredit syariah atau pembiayaan Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Nagari juga meningkat signifikan menjadi Rp4,04 triliun, atau tumbuh 18,4% yoy dari Rp3,41 triliun pada 2023.
Adapun dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun sepanjang 2024 mencapai Rp26,68 triliun, naik 2,81% yoy dari Rp25,95 triliun pada tahun sebelumnya. Sementara itu, dana murah (current account saving account/CASA) Bank Nagari tercatat Rp10,93 triliun, tumbuh tipis 0,6% yoy, sehingga menjaga porsi CASA di level 40,97% terhadap total DPK.
Bank Nagari juga mencatat penurunan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross menjadi 1,85%, lebih rendah dibandingkan posisi 2023 yang tercatat 1,98%. Namun, NPL net naik tipis menjadi 0,34% dari sebelumnya 0,26%.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Nagari tercatat 95,76%, mencerminkan optimalisasi penyaluran kredit dari dana yang dihimpun. Rasio efisiensi biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) berada pada angka 80,45%, lebih baik dari tahun sebelumnya sebesar 82,5%.
"Meskipun menghadapi tantangan dari sisi biaya dana dan ketatnya likuiditas, Bank Nagari mampu menjaga kinerja dengan baik. Hal ini berkat konsistensi dalam menjaga kualitas aset dan optimalisasi kinerja operasional," ujarnya.
Gusti Candra menyatakan menjalani tahun 2025 ini Bank Nagari menargetkan laba bersih meningkat menjadi Rp563,61 miliar, dengan aset naik menjadi Rp36,04 triliun, DPK menjadi Rp28,93 triliun, dan kredit/pembiayaan Rp27,60 triliun.