Bisnis.com, BATAM - Kasus lepasnya buaya dari penangkaran di Pulau Bulan baru-baru ini karena cuaca ekstrem menimbulkan keresahan bagi warga Batam.
Wali Kota Batam, Muhammad Rudi sendiri telah membentuk tim terpadu penangkapan buaya, dan telah menangkap sebanyak 32 ekor buaya.
Buaya lepas ini berasal dari penangkaran PT Perkasa Jagat Karunia (PJK) di Pulau Bulan. Saat hujan deras melanda Batam dan sekitarnya selama tiga hari berturut-turut menyebabkan ketinggian air di penangkaran meningkat, sehingga membuat buaya tersebut bisa melepaskan diri sekitar seminggu yang lalu.
Pengelola PT PJK sendiri menyebut jumlah buaya yang lepas mencapai 5 ekor, tapi pada kenyataannya hingga 20 Januari 2025, tim terpadu sudah menangkap 32 ekor buaya yang berkeliaran di sekitar Kecamatan Bulang, Batam. Rudi memperkirakan masih banyak lagi buaya yang berkeliaran di sekitar perairan Batam.
"Tim terpadu yang berada di bawah Danlantamal IV masih terus mencari buaya yang lepas, dan jumlah yang ditangkap terus bertambah," kata Rudi di Batam, Selasa (21/1/2025).
Rudi mengatakan sejak pembentukan tim terpadu pada 17 Januari 2025 kemarin, ia memberikan target seminggu untuk menemukan semua buaya yang lepas dari penagkaran.
Baca Juga
"Target kita satu minggu. Metode penangkapannya pun juga harus sesuai aturan hukum yang berlaku karena buaya termasuk hewan yang dilindungi," katanya lagi.
Orang nomor satu di Batam itu juga meminta agar PT PJK segera memperbaiki penangkaran buaya miliknya, karena peristiwa ini menjadi persoalan besar apabila tidak mendapat atensi serius.
"Kalau tidak ada tindakan, peristiwa ini bisa memberikan pengaruh buruk terhadap kenyamanan dan sektor pariwisata. Oleh sebab itu, mesti ada evaluasi dari perusahaan agar tidak kembali terulang," tegasnya.
Kapolsek Bulang, Iptu Adyanto Sofyan mengatakan pihaknya akan melakukan perburuan buaya tiap hari sampai semuanya ditangkap. "Selama tiga hari awal, buaya ditemukan 7 ekor. Kami akan lakukan hunting tiap harinya sampai semuanya tertangkap," katanya.
Imbas dari buaya yang lepas ini mengganggu aktivitas nelayan yang tengah melaut. Mereka resah karena saat menjelang Imlek merupakan momen yang tepat mencari ikan dingkis, yang harganya tengah menanjak.