Bisnis.com, BATAM - Data center yang dikembangkan anak perusahaan Telkom, Neutra DC Nxera di Batam akan menargetkan limpahan kue bisnis dari data center Singapura.
CEO Neutra DC Andreuw Thonilus Albert mengatakan pihaknya mulai melirik Batam sebagai lokasi data center yang baru, sejak Singapura memutuskan tidak akan membangun data center baru dari tahun 2016, karena keterbatasan lahan dan pasokan listrik.
"Ekosistem data center di Singapura sudah terbentuk sejak lama. Namun sekarang sudah penuh, mereka tak bisa tambah karena tak diberi izin dari pemerintahnya," katanya saat press conference di Hotel Marrior Harbour Bay Batam, Selasa (16/7/2024).
Laporan Statista memperkirakan pendapatan bisnis data center di Singapura pada 2024 mencapai US$1,06 miliar. Pasar data center Singapura akan terus tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR 2024-2028) sebesar 6,82%, menghasilkan volume pasar sebesar US$1,38 miliar pada 2028.
Berdasarkan kajian dari perusahaan real estate komersial global ternama, Cushman & Wakefield, Singapura hingga saat ini masih menempati posisi pertama untuk demand data center bersaing dengan Silicon Valleuy di Amerika.
Namun karena keterbatasan lahan dan ketiadaan izin dari pemerintah setempat, maka demand data center yang sekarang sudah 'overflow' tersebut mulai beralih ke negara tetangganya, seperti Indonesia dan Malaysia. Telkom mencoba menangkap pasar tersebut.
Baca Juga
Data center di Batam yang rencananya akan beroperasi tahun depan ini merupakan data center ketiga milik Telkom. Dua lainnya berada di Cikarang dan Singapura.
Sebagai penyedia data center, Telkom akan memusatkan perhatiannya kepada sistem keamanan yang berlapis untuk menjaga keamanan rak data milik customer.
"Penjagaan fisik yang kami lakukan mencapai tujuh lapis. Mulai dari metal detector, x-ray, green zone, pemeriksaan saat akan memasuki data hall, lalu penggunaan sidik jari dan pin. Baru setelah itu, kustomer yang dapat kunci rak data bisa masuk data hall," ungkapnya.
Di tempat yang sama, CEO Neutra DC Nxera Batam Indrayama Purba mengatakan pihaknya sudah mempersiapkan berbagai skenario untuk menghindari downtime, dan menjaga agar data center ini beroperasi penuh selama 24 jam.
"Pertama kami sudah menjalin kesepakatan dengan PLN. Selain itu, Batam sudah looping atau nge-link dengan substation lain. Jadi kalau ada masalah, maka substation yang lain yang akan ambil alih," jelasnya.
Selain itu, data center Telkom merupakan data center tier III, yang sudah berstandar internasional dari segi infrastruktur, fasilitas dan tingkat keamanan, sehingga nanti akan dilengkapi dengan backup genset dan Uninterruptible Power Supply (UPS), yang menjamin fasilitas dapat berjalan penuh selama 24 jam.
Direktur Group of Business Development Telkom Indonesia, Honesty Baasyir mengatakan Telkom mulai merambah bisnis data center sejak 2008.
"Mengapa, yang memang Telkom harus masuk. Karena kami mau membuat ekosistem digital. Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan pertumbuhan ekonomi digital paling tinggi. Dan dari kebiasaan warga kita, rata-rata sehari tujuh jam orang Indonesia akses internet untuk melihat media sosial," ungkapnya.
Dengan capaian penetrasi internet di tengah masyarakat sebesar 65%, maka dari sisi persyaratan sudah cukup terpenuhi untuk memulai bisnis data center.
Honesty juga mengungkap sebagai pemain data center, Telkom memiliki keunggulan tersendiri dibanding pesaing.
"Telkom punya sarana punya sendiri, yakni kabel fiber optik yang terkoneksi dengan tujuh rute dunia. Dari sisi Telkomsel, sudah ada 160 juta pelanggan. Dengan modal itu, data center kami sudah bisa membangun koneksi dari semua ekosistem digital," ungkapnya.
Di sisi lain, isu yang berkembang mengenai data center yakni terkait konsumsi energi. Seperti yang diketahui, data center boros energi. Namun untuk data center Telkom justru akan menggunakan energi terbarukan, dimana BUMN satu ini telah menjalin kerja sama dengan mitra yang ahli di bidang tersebut.
Untuk pangsa pasar Batam sendiri, Telkom membuka kesempatan kepada semua sektor bisnis termasuk UMKM untuk memanfaatkan layanan data center yang mereka kelola.
"Giant tech, enterprise, pemerintah perusahaan-perusahaan, retail, atau cloud provider yang punya data center dimana-mana, ini yang jadi pelanggan kita," ungkapnya.
Mengenai market di lingkup giant tech, Honesty menyebut isu yang dihembuskan terkait penggunaan energi terbarukan. "Kita punya banyak pilihan energi, termasuk juga solar PV. Itu semua tidak dimiliki tetangga kita. Kita bisa hubungkan Eropa, Amerika, Timur Tengah karena konektivitas yang mencukupi," pungkasnya.(K65)