Bisnis.com, PEKANBARU – Pertumbuhan investasi di Provinsi Riau, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA), masih didominasi oleh sektor primer.
Karena itu perlu upaya menggali potensi dan menggarap sektor baru guna mengantisipasi fluktuasi ekonomi global ke depan.
Ekonom Universitas Riau Edyanus Herman Halim mengatakan dominasi sektor primer ini dapat menimbulkan eksternalitas yang tinggi akibat eksploitasi sumber daya alam (SDA) yang sering tidak terkontrol.
"Eksploitasi SDA di Indonesia sering tidak terkontrol, dan dampaknya terhadap masyarakat sangat menyakitkan. Banyak masyarakat yang tidak turut serta menikmati hasil eksploitasi SDA tetapi justru mengalami dampaknya, seperti rusaknya jalan, bencana asap, hilangnya diversifikasi hutan dan hasil hutannya, serta rusaknya sungai sebagai sumber kehidupan," ujarnya, Kamis (27/6/2024).
Sampai akhir triwulan I/2024, Pemprov Riau mencatat angka realisasi investasi yang diterima daerah itu mencapai Rp25,29 triliun. Angka ini gabungan dari investasi dalam negeri dan investasi asing.
Dia menekankan pentingnya mengarahkan investasi di Riau ke sektor tersier. Menurutnya, sektor tersier dapat membuka lapangan kerja yang berkesinambungan dan menciptakan keterkaitan antar sektor ekonomi.
Baca Juga
Memang menurutnya sektor tersier atau yang dikenal juga dengan sektor jasa merupakan sektor lapangan usaha pada perekonomian yang menghasilkan produk berupa jasa atau produk tidak berwujud. Sektor tersebut mengandalkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh manusia untuk menyediakan produk jasa.
"Riau harus semakin meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonominya, tidak hanya dari aspek keuangan tetapi juga dari aspek sosial dan lingkungan yang berkelanjutan," tambahnya.
Selain itu, Riau harus mampu memanfaatkan infrastruktur pendukung seperti jalan tol karena saat ini wilayah produsen sudah semakin mudah mengakses wilayah pasar. Infrastruktur yang baik akan memfasilitasi distribusi barang dan jasa, mempercepat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan daya saing daerah.
Dengan mengarahkan investasi pada sektor tersier dan memanfaatkan infrastruktur yang ada, Riau diharapkan dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas tidak hanya meningkatkan pendapatan daerah tetapi juga memperhatikan kesejahteraan sosial dan menjaga kelestarian lingkungan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Riau, Helmi menjelaskan untuk angka investasi dalam negeri, nilainya menyentuh posisi Rp18,5 triliun.
"Kemudian untuk investasi asing angkanya Rp6,7 triliun. Sehingga total investasi di triwulan I/2024 mencapai Rp25,29 triliun," ujarnya.
Dia menyebutkan secara tahunan kinerja investasi Riau turun tipis 0,06% dari tahun lalu yang di angka Rp2,3 triliun. Sedangkan secara kuartal angka ini naik sebesar 104,2% dari kuartal IV/2023 yang di posisi Rp12,4 triliun.
Secara nasional, angka investasi Riau ini berada di posisi ke-6, setelah Jawa Barat, Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, dan Banten. Sedangkan untuk di Sumatra, Riau berada di peringkat ke-1 investasi terbesar.