Bisnis.com, PEKANBARU—10 tahun sudah usaha anyaman Rotan yang digeluti Tia Juwita berhasil berkembang pesat. Penjualannya tidak hanya menguasai pasar dalam negeri. Digitalisasi mendorong produk rotan dengan merek Ratatia Rattan Handmade itu berhasil menembus pasar global, tepatnya di Amerika Serikat.
Tia Juwita mengakui sudah jatuh cinta dengan perabot rotan sejak lama. Bahan baku dari alam itu bisa dijadikan dekorasi dalam ruangan, dan membuat rumah tampak lebih indah dan klasik.
"Rata-rata furnitur bahan rotan di rumah orang tua saya itu hampir sama dengan usia saya, awet. Bentuknya tidak ketinggalan zaman. Jadi dari sana saya suka hingga mulai membuka usaha rotan," ujar Tia, Rabu (23/11/2023).
Usaha itu dimulai dengan survei mencari pengrajin khusus bahan rotan yang lebih kecil dan simple, karena selama ini umumnya pengrajin membuat perabot rotan ukuran besar seperti kursi, meja, dan keranjang besar. Namun tidak semudah yang dibayangkannya, pengrajin sempat menolak karena mengira dirinya main-main dengan pesanan perabot rotan ukuran kecil itu.
Meski begitu Tia tidak patah arang. Dia yakin karena sudah melihat peluang bisnis jual-beli kerajinan rotan ukuran kecil itu dari medsos dan telah banyak dipakai untuk menghias rumah, walaupun produsen kerajinan rotan ukuran kecil cukup sulit ditemui di Pekanbaru.
Akhirnya Tia berhasil menemukan pengrajin yang cocok. Di tahap awal, proses produksinya masih cukup lama. Sembari produksi berjalan, Tia mulai memasarkan produk Rattan Handmade di media sosial dengan sistem pre-order.
"Kami awalnya jual sistem per order sebagai UMKM yang baru memulai dan dengan modal terbatas, saya belum bisa membuka galeri tetapi ternyata minat konsumen meningkat. Pesanan melalui medsos terus naik, akhirnya kami memutuskan membuka galeri pertama di Rumbai, yang juga kawasan sentra produksi rotan di Pekanbaru di tahun 2017," katanya.
Di galeri tersebut, ada beragam produk rotan kekinian seperti tempat make-up, lemari laci, tudung saji, vas bunga, kotak tisu, mangkok, kotak serbaguna, koper, keranjang mini, sofa, keranjang bayi, tempat payung, dan sebagainya.
1 dekade berlalu, kini Ratatia Rattan handmade tidak hanya dikenal di Kota Bertuah, melainkan dikenal se-Indonesia. Tia bahkan telah menerima dan mengirimkan pesanan produk rotannya ke Malaysia, Singapura, dan juga sudah sampai ke Amerika Serikat di awal tahun ini.
Tia menyebutkan salah satu fakor pendorong pertumbuhan bisnisnya adalah pada 2019 lalu, saat berkenalan dan menjadi mitra UMKM binaan Bank Indonesia (BI). Sejak itu pihaknya mulai sering diikutsertakan dalam berbagai kompetisi. Sebagai mitra binaan bank sentral, Ratatia mendapatkan banyak pelatihan yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitasnya dan memperluas pasarnya, tidak hanya untuk lokal tapi juga sampai diekspor ke pasar global.
"BI sering mengajak kami ikut kompetisi dan pelatihan-pelatihan, termasuk juga onboarding UMKM agar masuk ke ekosistem digital dengan pemanfaatan platform digital marketplace. Itu semua ilmu yang berharga, apalagi bagi saya yang basic-nya bukan pebisnis, selama ini belajar otodidak. Pelatihan itu membuat UMKM seperti kami menjadi tambah pintar, dan berefek pada peningkatan penjualan," sebutnya.
Sejak menjadi binaan BI, pertumbuhan bisnis Ratatia Rattan Handmade terus menunjukkan tren positif. Dari sisi omset misalnya tercatat kenaikan penjualan sebesar 25% pertahun, yang turut berdampak kepada penambahan tenaga kerja di usaha rotan tersebut.
Selain melakukan perluasan pasar lewat digitalisasi, pihaknya juga memberikan kemudahan sistem pembayaran bagi para pelanggan dengan menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sejak 2022. Baginya, sebagai sistem pembayaran berbasis digital, dia telah merasakan manfaat lewat hadirnya QRIS karena pelanggan merasakan lebih mudah dalam bertranskasi.
Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti di usaha rotan Ratatia. Hanya saja, pihaknya sering kewalahan memenuhi permintaan pasar di momen hari-hari besar, seperti saat Idulfitri, Natal dan Tahun Baru.
“Kami harap BI terus memberikan pendampingan serta terus menggelar pelatihan bagi pelaku usaha. BI telah berperan signifikan membantu UMKM terus bertumbuh, melakukan transformasi bisnis dan masuk ke pasar digital,” ungkapnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau Muhamad Nur mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan BI dalam rangka mendorong UMKM binaan untuk terus berkembang. Salah satu strateginya, yakni mendorong efektivitas pengembangan UMKM binaan BI lewat akselerasi ekspor produk UMKM dengan dukungan digitalisasi.
"Melalui strategi ini BI mendorong UMKM yang memang sudah mampu melakukan ekspor terhadap produknya, agar terus mengembangkan komoditasnya dalam jumlah yang cukup," katanya.
Adapun bentuk dorongan lain, yakni bagaimana kualitas dari produk UMKM memenuhi standar kebutuhan negara tujuan ekspor. Dengan proses kurasi, pelaku UMKM akan memperbaiki kualitas produk sehingga bisa memenuhi standar negara sasaran ekspor.
BI juga mendorong UMKM untuk go digital dalam perluasan pasar hingga mengadopsi sistem digital dalam transaksi. Misalnya dengan implementasi QRIS dan BI Fast, sehingga dalam melakukan transaksi tersebut konsumen menjadi semakin mudah. “Tidak hanya kemudahan transaksi, digitalisasi ini juga termasuk dalam perluasan pasar sehingga produk-produk UMKM ini bisa dijual ke level global lewat platform digital," pungkasnya.