Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Cuan di Pasar Saham, Pilih Mana?

Di pasar saham, strategi berinvestasi untuk jangka waktu panjang berkisar antara 3-5 tahun atau bahkan lebih, serta cenderung menggunakan strategi fundamental.
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (6/3/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (6/3/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, MEDAN – Ada beberapa strategi yang bisa diaplikasikan dalam mencari keuntungan berinvestasi. Bisa dengan memilih salah satunya, atau bahkan memodifikasi dengan cara menggabungkannya.

Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatra Utara M Pintor Nasution menyebutkan hal yang perlu diputuskan oleh investor adalah apakah investasi dilakukan dalam jangka panjang atau justru dalam jangka pendek yang hanya kurang dari 1 tahun.

"Sama halnya ketika memilih berinvestasi langsung pada tanah, properti, atau dengan logam mulia yang ditujukkan untuk jangka panjang. Berinvestasi pada aset-aset tersebut cenderung mendorong individu untuk bersikap pasif atau membiarkan nilai dari aset-aset tersebut naik mengikuti inflasi. Kemudian, ketika harga jual aset tersebut menjadi lebih tinggi nilainya dari harga ketika membeli, maka investor akan mendapatkan keuntungan," papar Pintor, Senin (6/3/2023).

Di pasar saham, lanjut Pintor, strategi berinvestasi untuk jangka waktu panjang berkisar antara 3-5 tahun atau bahkan lebih, serta cenderung menggunakan strategi fundamental. Strategi fundamental merupakan strategi dengan memilih saham-saham dari perusahaan yang memiliki fundamental keuangan yang baik. 

Ia menyebut jika sebuah perusahaan memiliki catatan keuangan yang baik selama lima tahun terakhir, dan memiliki prospek bisnis yang bagus dilihat dari sektor usahanya, maka bisa diperkirakan fundamental perusahaan ini akan terus membaik ke depan. 

"Artinya, saham-saham perusahaan yang memiliki ciri-ciri tersebut layak dibeli untuk dijual kembali di masa depan, terutama pada saat harga saham  mencapai level tertinggi," sambungnya. 

Investor dapat mengamati harga saham sebuah perusahaan dibandingkan dengan nilai buku saham tersebut (Price to Book Value/PBV) yang tertera di laporan keuangan perusahaan.

Jika harga saham ada di bawah PBV, artinya harga saham tersebut tergolong murah dan memiliki potensi kenaikan harga saham di masa depan. Pintor menilai saham seperti ini juga layak dibeli untuk investasi jangka panjang.

"Sebaliknya, jika harga saham sebuah perusahaan sudah berada di atas PBV, maka harga saham tersebut sudah tergolong mahal. Penyebab kenaikannya bisa terjadi karena aksi spekulasi menaikkan harga saham oleh para pelaku investor aktif.  Oleh karena itu, sebaiknya tidak membeli saham ini, karena potensi kenaikan harga sahamnya akan kecil," jelas Pintor lagi.

Dalam keterangannya, Pintor mengatakan investor fundamental juga akan serius mempelajari bisnis perusahaan yang sahamnya ingin dia miliki. Bagaimana daya saing sektor usahanya, para kompetitor bisnis, dan bagaimana perusahaan melakukan inovasi atau strategi bisnis jangka panjang.  

Seiring investor memahami perusahaan yang sahamnya ingin dia miliki, semakin tepat pula ia dapat memilih saham yang akan memberikan keuntungan di masa depan dalam bentuk dividen dan capital gain.

Kemudian dalam berinvestasi di jangka waktu pendek,  khususnya kurang dari setahun, investor harus mempelajari strategi teknikal. Yang secara sederhana adalah cara berinvestasi dengan mengamati volatilitas dari kenaikan dan penurunan harga suatu saham. Investor teknikal harus memantau grafik pergerakan harga suatu saham  pada suatu waktu  tertentu.

"Ketika  seorang investor sudah menghapal pola pergerakan harga sebuah saham berdasarkan hukum permintaan dan penjualan yang terjadi atau market mechanism pada suatu periode, atau berdasarkan bid dan offer saham-saham tersebut di papan perdagangan bursa efek, maka dia bisa mengambil keputusan. Baik keputusan saat membeli saham,  maupun waktu yang  tepat untuk menjual saham," tuturnya.

Mengamati pergerakan harga saham merupakan poin penting dalam strategi teknikal. Karena investor dituntut untuk jeli melihat momentum kenaikan harga saham untuk bisa mendapatkan capital gain. Akan tetapi jika momen tersebut terlewat, hanya loss saja yang akan diperoleh investor.

"Risiko investasi secara teknikal tentu saja lebih besar dibandingkan dengan investor yang menggunakan strategi fundamental.  Hal ini karena saham-saham yang mengalami kenaikan dan penurunan harga teknikal banyak dipengaruhi aksi spekulasi para investor. Saham yang naik secara teknikal belum tentu  sejalan dengan kondisi fundamental perusahaan yang bagus," ucap Pintor. 

Di sisi lain, investor juga harus hati-hati agar tidak terjebak ke dalam aksi permainan saham 'gorengan' yang dilakukan sekumpulan oknum investor untuk membuat harga saham tertentu seolah-olah sedang diminati dan banyak dibeli. 

Lalu ketika investor yang terjebak merasa tertarik dan ikut membeli,  sekumpulan oknum tersebut melakukan aksi jual yang membuat harga saham kembali turun.

Pintor menjelaskan pihak-pihak yang terjebak dalam aksi spekulasi ini umumnya akan menyadari ketika harga suatu saham yang dibeli tiba-tiba mengalami penurunan secara signifikan dan dalam kurun waktu yang cepat.

Sehingga tidak ada memiliki kesempatan lagi untuk bisa menjual saham di harga awal ketika membeli. Dengan kejadian itu, investor terpaksa menerima kerugian dengan melakukan cut loss.

Namun hal dasar yang juga harus dipahami oleh investor selain potensi keuntungan yang dapat diperoleh dari transaksi saham, peluang untuk mengalami risiko kehilangan modal investasi (capital loss) juga cenderung tinggi.

"Oleh sebab itu, gunakan dana investasi dari pos uang yang berlebih atau uang diluar dari biaya kebutuhan hidup. Terakhir,  alokasikan dana untuk investasi, setelah seorang investor memiliki tabungan darurat yang besarnya 6-12 kali biaya hidup. Sehingga, apapun risiko yang mungkin terjadi, tidak akan membuat hidup para investor menjadi terganggu," pungkas Pintor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ade Nurhaliza
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper