Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Sumut Banyak yang Dapat Rapor Merah, Ada Apa?

Lima dari 11 emiten asal Sumatra Utara yang telah melantai di bursa saham tercatat merugi dilihat dari kinerja sahamnya pada 2022 lalu.
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, MEDAN - Lima dari 11 emiten asal Sumatra Utara yang telah melantai di bursa saham tercatat merugi dilihat dari kinerja sahamnya pada 2022 lalu.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia Sumut, persentase rugi terbesar bahkan mencapai -60,76 persen dialami oleh PT Royal Prima Tbk (PRIM) dan kerugian paling rendah tercatat sekitar -6 persen dialami oleh PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU).

Pengamat Ekonomi Core Etika Karyani menyebut beberapa emiten di Sumut bergerak di bidang perkebunan dan pertanian, sehingga berkaitan dengan turunnya harga referensi Crude Palm Oil (CPO) sebesar USD 13,03 atau 1, 49 persen dari periode Desember 2022.

"Prospek emiten perkebunan akan bergantung pada pergerakan harga komoditas substitusi sawit," jelas Etika kepada Bisnis, Selasa (10/1/2023).

Selain itu Etika juga menilai akan ada tantangan di bursa saham pada 2023 mengingat kemungkinan resesi dan keberlanjutan pengetatan moneter di tingkat global.

"Tahun 2023 adalah tahun yang cukup mencekam. Diprediksikan cenderung tertekan pada semester I 2023, namun bisa jadi akan bangkit pada semester berikutnya," lanjut Etika.

Menurutnya, beberapa hal yang berpotensi menjadi penyebabnya adalah pasar menunggu kepastian dari The Fed. Dimana pada awal Februari 2023 ini diperkirakan (mencapai puncak suku bunga) akan menaikkan 50 sampai 100 basis poin, dan pasar berharap The Fed segera menurunkan suku bunga.

"Setelah itu The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya hingga tiga kali pada 2023, dengan setiap kenaikan sebesar 25 basis poin (bps)," tambah Etika.

Suku bunga acuan Fed Fund Rate diprediksikan akan dinaikkan 25 bps menjadi 4,5 persen hingga 4,75 persen dari posisi saat ini 4,25 persen sampai dengan 4,5 persen.

Diketahui tiga emiten lainnya yang juga mendapat penilaian kinerja saham merah yakni PT Mark Dynamics Indonesia (MARK) yang tercatat -41,40 persen, PT Ateliers Mechaniques D'Indonesie (AMIN) yang tercatat -49,53 persen, dan PT Cahaya Bintang Medan Tbk (CBMF) tercatat -38,27 persen. Sedangkan emiten berkode BBMD, yakni PT Bank Mestika Dharma Tbk tercatat 0,00 persen dalam kinerja tahunannya di 2022.

PT Pembangunam Graha Lestari Indah Tbk (PGLI) mendapat catatat hijau dengan perolehan 14,39 persen, begitu pula dengan PT Mahkota Group Tbk (MGRO) yang mendapat posisi untung di angka 3,64 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ade Nurhaliza
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper