Bisnis.com, MEDAN - Pegadaian Wilayah I Sumut peroleh omzet hingga Rp12,5 triliun terhitung hingga November 2022. Jumlah tersebut meningkat sebesar 9,2 persen year on year (yoy) dibandingkan dengan pendapatan pada November 2021 yang berjumlah Rp11,4 triliun.
"Sekarang kontribusi produk non gadainya cukup tinggi, ada Rp400 miliar. Sedangkan jumlah nasabah yang kita layani di tahun 2021 ada 435.000 orang. Kemudian pada 2022 ada 455.000 atau naik 4,6 persen," kata Kepala Kantor Wilayah I Pegadaian Sumut Arif Winardi, di Medan, Selasa (6/12/2022).
Arif menjelaskan jika dilihat pada posisi nasabah aktif, yang bertransaksi dengan pegadaian, maka kalau dibandingkan dengan jumlah produktif penduduk Sumut dan Aceh, persentasenya masih di sekitar 2,7 persen.
"Jadi kalau melihat data itu, tentunya terbuka lebar bagi Pegadaian untuk membuka new brand customer. Kenapa? Karena kami menemukan fakta di lapangan bahwa meskipun kami sudah dari 1901 berdiri di Sukabumi, namun ternyata masih ada beberapa masyarakat khususnya di Sumut dan Aceh yang belum mengenal secara baik tentang produk Pegadaian," ujar Arif.
Ia menuturkan setiap datang ke pertemuan, instansi, pemerintahan, kalau ditanya tentang Pegadaian, biasanya orang akan langsung bereaksi 'butuh uang, bawa barang, Gadai'.
"Padahal Pegadaian punya sampai 21 jenis produk. Jadi kami itu ada produk gadai, ada produk non gadai," ucapnya.
Baca Juga
Termasuk di dalamnya, sambung Arif, adalah produk investasi, cicil emas. Jadi ketika harga emas sekarang tinggi, maka Pegadaian menawarkan pilihan investasi kepada masyarakat untuk menyicil.
Selain itu, Arif juga memaparkan bahwa Pegadaian kini telah merger dengan BRI dan PNM. Salah satu program hasil merger tersebut adalah dengan di program Sentra Layanan Ultra Mikro (Senyum), yang berupa kantor satu atap antara BRI, Pegadaian dan PNM. Layanan ini diharapkan dapat memudahkan masyarakat dengan cukup bertransaksi di satu tempat saja.