Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK: Kinerja Industri Jasa Keuangan di Sumbar Tumbuh Positif

Kepala OJK Provinsi Sumbar Yusri menjelaskan kinerja jasa keuangan itu bila dilihat dari kinerja perbankan, terlibat tumbuh dengan baik.
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, BATUSANGKAR - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan kinerja industri jasa keuangan di Sumatra Barat posisi Oktober 2022 tumbuh positif di tengah meningkatnya tekanan inflasi dan pelemahan ekonomi global.

Kepala OJK Provinsi Sumbar Yusri menjelaskan kinerja jasa keuangan itu bila dilihat dari kinerja perbankan, terlibat tumbuh dengan baik.

Seperti halnya sisi aset perbankan itu tumbuh 7,41 persen (yoy), Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 5,09 persen (yoy).

Begitu dengan kredit juga tumbuh sebesar 7,25 persen (yoy), dengan profil risiko yang masih terjaga pada level terkendali dengan Non Performing Loans (NPL) gross tercatat sebesar 2,00 persen.

"NPL di Sumbar terbilang bagus, dua persen itu sudah baik melihat kondisi inflasi di Sumbar," katanya pada kegiatan di Batusangkar, Tanah Datar, Jumat (2/12/2022).

Yusri menjelaskan untuk perbankan syariah Sumbar juga menunjukan kinerja yang menggembirakan, aset dan pembiayaan perbankan syariah tercatat tumbuh masing-masing sebesar 15,29 persen (yoy) dan 23,23 persen (yoy), DPK tumbuh 15,75 persen (yoy) dan Rasio Non Performing Finance (NPF) masih terjaga di posisi 1,93 persen.

Sementara untuk kinerja BPR dan BPRS di Sumbar juga mengalami pertumbuhan positif.

"Kredit BPR dan BPRS di Sumbar tumbuh sebesar 7,89 persen (yoy) dengan NPL sebesar 7,13 persen. Memang cukup tinggi NLP nya," ungkap dia.

Dari sisi penghimpunan dana, DPK tumbuh sebesar 9,14 persen. Fungsi intermediasi BPR dan BPRS cukup baik terlihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 94,73 persen, dan rasio permodalan (CAR) yang terjaga pada 28,81 persen.

"Untuk BPR da BPRS ini memang butuh bekerja ekstra untuk bisa berjalan dengan baik. SDM, layanan dan lainnya perlu ditingkat," harap Yusri.

Sementara untuk industri keuangan non bank, khususnya perusahaan pembiayaan, pada Oktober 2022, piutang pembiayaan mengalami pertumbuhan 6,88 persen (yoy), dan NPL mengalami perbaikan menjadi 2,59 persen dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 3,89 persen.

Sedangkan dari industri pasar modal, jumlah Single Investor Identification (SID) terus mengalami peningkatan.

Pada posisi Oktober 2022, SID didominasi oleh Investor Reksa Dana yang mencapai 131.978 Investor dan kemudian disusul oleh Investor Saham sebanyak 61.215 investor dan Investor Surat Berharga Negara (SBN) baru tercatat sebanyak 5.433 investor.

Dari 61.215 investor saham 69,21 persen didominasi oleh investor dengan usia 30 tahun ke bawah.

Jumlah SID Investor Saham tumbuh sebesar 32,91 persen (yoy), dengan total nilai transaksi sampai dengan Oktober 2022 adalah sebesar Rp14,27 triliun, turun sebesar 7,67 persen (yoy). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper