Bisnis.com, PEKANBARU – Sejak alih kelola Wilayah Kerja (WK) Rokan Agustus 2021 lalu, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) terus mencatatkan kontribusi kepada penerimaan negara.
Dirut PHR Jaffee A. Suardin mengatakan hingga kwartal ketiga tahun ini, PHR telah menyumbangkan pendapatan negara hingga Rp40,8 triliun melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pajak-pajak.
”Pertamina berkomitmen terus mengoptimalkan kontribusi dari WK Rokan karena inilah wujud kecintaan dan kebanggaan seluruh pekerja kami kepada bangsa dan negara,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (28/11/2022).
Kontribusi PHR dari sektor pajak pada periode masa pajak Agustus 2021 hingga September 2022 antara lain mencakup Pendapatan Bagian Negara, PPh Pegawai dan PPh PotPut Rekanan, PPN Pemungut, PPh Badan, Pajak daerah serta PBB.
Dalam hal peningkatan produksi, Jaffee mengatakan bahwa pada saat alih Kelola 9 Agustus 2021 lalu, angka produksi WK Rokan tercatat sekitar 158.000 barel per hari (bph).
Dia mengakui apabila tidak dilakukan upaya aktivasi sumur lama dan pemboran sumur-sumur baru, maka pada akhir kuartal ketiga tahun 2022 ini, diperkirakan produksi akan menurun secara alamiah hingga menjadi 135.000 bph.
“Namun dengan pemboran yang masif dan agresif, Produksi rata-rata Bulan November 2022 kemarin berada di level 163.000 bph. Sekitar seperempat produksi minyak nasional dihasilkan dari wilayah kerja ini”, ujar Jaffee.
Upaya peningkatan produksi memerlukan pengambilan keputusan yang cepat dan akurat pada setiap proses. Untuk itu, PHR telah membangun Digital and Information Center (DICE). Sebuah system monitor dan kendali operasi digital dengan memanfaatkan 66 layar, yang mengintegrasikan seluruh data dan informasi real time di lapangan.
Menurutnya dashboard digital ini juga dilengkapi teknologi artificial intelligence untuk mengakselerasi aktivitas pengeboran. Termasuk kalkulasi penyiapan lokasi pengemboran, menentukan jadwal pengeboran serta pergerakan rig drilling dan workover untuk perawatan sumur.
Integrasi data dan informasi real time ini berhasil memperpendek waktu, dari pengeboran hingga produksi awal atau put on production (POP). Untuk Sumatra Light Oil (SLO), dari yang sebelumnya sekitar 22 hingga 30 hari, kini menjadi sekitar 15. Sedangkan untuk area operasi Heavy Oil (HO), berhasil diperpendek dari sebelumnya sekitar 35 hingga 40 hari, kini menjadi sekitar 15 hari saja.
DICE dengan pengoperasian yang dilakukan oleh sumber daya unggul PHR memberi kontribusi yang sangat signifikan dalam upaya megoptimalkan efisiensi sumber daya, guna meningkatkan produksi.
Operasi PHR juga memberi manfaat ganda. Kegiatan hulu migas sudah tentu menciptakan lapangan kerja dan peluang bisnis bagi pengusaha lokal. Operasional di WK Rokan saat ini bekerjasama dengan lebih dari 560 perusahaan mitra kerja, 25.000 pekerja, baik itu pegawai PHR maupun pegawai mitra kerja, yang sebagian besar di antaranya merupakan warga lokal Riau.
"Selain itu, PHR terus berupaya meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang kini sudah mencapai lebih dari 60 persen. Peningkatan TKDN akan turut memperkuat kapasitas industri nasional."