Bisnis.com, RIAU - Wilayah Kerja (WK) Rokan di Provinsi Riau menjadi model terbaik untuk alih kelola wilayah kerja migas di Indonesia. Proses peralihannya berjalan selamat dan lancar, dengan diikuti peningkatan produksi dari salah satu WK terbesar di tanah air itu. Pada 9 Agustus 2022, WK Rokan genap satu tahun dikelola oleh anak-anak negeri di bawah Pertamina, melalui anak perusahaan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
PHR, yang didirikan 20 Desember 2018, merupakan perusahaan yang bertindak sebagai operator dalam pengelolaan Wilayah Kerja (WK) Rokan selama 20 tahun, mulai 9 Agustus 2021 hingga 8 Agustus 2041. PHR juga menjalankan tugas dari Subholding Upstream Pertamina untuk mengelola bisnis dan operasional kegiatan usaha hulu migas di wilayah Regional 1 – Sumatera.
Dengan luas wilayah operasi lebih dari 6.200 meter persegi yang meliputi 7 wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, WK Rokan adalah salah satu WK minyak dan gas yang paling produktif di Indonesia dengan lebih dari 80 lapangan dan lebih dari 11 ribu sumur aktif. Produksi WK Rokan menyumbangkan sekitar 26 persen produksi minyak nasional.
Pengeboran Masif dan Agresif di WK Rokan
Kelancaran alih kelola juga terlihat dari kinerja keselamatan kerja dan produksi WK Rokan yang tetap terjaga hingga saat ini. PHR mencatatkan tingkat produksi rata-rata sekitar 161 ribu BOPD (barel minyak per hari), jauh lebih baik dibandingkan prediksi yang berada di kisaran 142 ribu BOPD jika tidak melakukan kegiatan masif dan agresif. Sejak hari pertama alih kelola hingga saat ini, total telah ada pengeboran sekitar 370 sumur baru, dimana 133 sumur berhasil di bor dalam 5 bulan sepanjang tahun 2021 dan 237 sumur baru berhasil dibor hingga pertengahan 2022.
Rencana kerja masif dan agresif WK Rokan merupakan bagian upaya mengoptimalkan manfaat hasil migas bagi rakyat Indonesia, sekaligus mendukung ketahanan energi nasional dan target pemerintah mencapai produksi 1 juta barel minyak dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada 2030.
PHR telah berhasil menahan laju penurunan alamiah produksi hingga 0%, bahkan mampu meningkatkan produksi, dengan rencana kerja yang masif dan agresif.
PHR meningkatkan jumlah rig pengeboran aktif dari 9 menjadi 21 rig saat ini. PHR juga menggunakan rig WOWIWS (Work Over Well Intervention Well Services) untuk perawatan sumur dari awalnya 25 menjadi 32 rig sekarang ini.
Pemanfaatan Teknologi
Berbagai upaya dilakukan oleh PHR untuk mempertahankan –bahkan meningkatkan kinerja produksi—dalam 1 tahun terakhir sejak mengelola WK Rokan tak lepas dari dukungan oleh pemanfaatan teknologi. Melanjutkan upaya peningkatan perolehan minyak yang telah berjalan sebelumnya, PHR menggunakan teknik Enhanced Oil Recovery (EOR) seperti injeksi uap (steamflood) di Lapangan Duri maupun Improved Oil Recovery (IOR) dengan injeksi air (waterflood) di Lapangan Minas.
WK Rokan memiliki fasilitas Integrated Operations Decision Support Center (IODSC). Fasilitas ini merupakan pusat informasi dimana terdapat ribuan data dalam satu lokasi sebagai “big data” yang berkaitan dengan aktivitas sumur dan peralatan di lapangan diolah untuk memberikan rekomendasi tindak lanjut secara cepat dan tepat guna meningkatkan keselamatan, keandalan peralatan, dan efisiensi operasi hulu migas.demi pengambilan keputusan secara real time.
Kontribusi Terhadap Pemerintah Indonesia
Kinerja unggul PHR WK Rokan memberikan kontribusi nyata bagi negara dan daerah di sekitar wilayah operasi. Sejak alih kelola hingga saat ini, PHR tercatat telah menyumbangkan penerimaan negara sekitar total Rp 30 triliun melalui penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan pajak.
PHR telah menggandeng 560 mitra kerja yang aktif bekerja sama dalam memastikan kegiatan operasional dan pendukung bisnis di PHR berjalan dengan baik. Lebih dari separuh dari total mitra kerja itu merupakan perusahaan lokal. Selain itu, terdapat lebih dari 264 kontrak dengan usaha lokal tempatan/ local business development (LBD).
Operasional PHR WK Rokan saat ini didukung oleh lebih dari 25.000 pekerja, di mana sebagian besar di antaranya merupakan warga lokal Riau. PHR mempekerjakan sekitar 2.800 pegawai dimana sekitar 70% di antaranya adalah warga Riau, dan lebih dari 22.000 pegawai mitra kerja di mana sekitar 85% di antaranya merupakan warga Riau.
Dalam kurun satu tahun alih kelola, PHR telah menerima 12 penghargaan baik lokal, nasional maupun internasional terkait pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Sebagai contoh di bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat, desa binaan PHR yaitu Desa Wisata Kampung Patin yang berlokasi di Desa Koto Masjid, Kabupaten Kampar, berhasil menembus 50 besar nominasi Anugerah Desa Wisata (ADWI) 2021. Pada pertengahan September 2021, Menparekraf Sandiaga Uno berkunjung ke Desa Wisata Kampung Patin tersebut.
Berawal dengan 10 program di tahun 2021, kini PHR dalam setahun telah melaksanakan 30 program CSR yang dilaksanakan oleh berbagai mitra pelaksana yang jumlahnya juga meningkat dari 10 ke 21 mitra. Dari segi dampak ke masyarakat, terdapat peningkatan 4 kali lipat jumlah penerima manfaat, dari 5.000 menjadi 21.000 orang penerima manfaat di Provinsi Riau untuk seluruh program CSR di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Seluruh program CSR tercakup ke dalam 12 dari 17 target atau goals dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Di bidang ekonomi, PHR berupaya meningkatkan kualitas hidup dan menciptakan kehidupan yang berkelanjutan di bidang ekonomi melalui beberapa program pemberdayaan masyarakat, yaitu Desa Wisata Kampung Patin dan Pulau Rupat; Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Tempatan; Peningkatan Keterampilan Tenaga Kerja; serta Sentra Budaya dan Ekonomi Kreatif (Ekraf) Melayu Riau.
Pada bidang pendidikan, PHR berusaha untuk turut berkontribusi secara positif dengan mengupayakan akses pendidikan bagi banyak anak muda serta meningkatkan kapasitas dan kualitas mahasiswa dan dosen melalui beberapa program peningkatan kualitas pendidikan, yaitu Program Kemitraan dengan Perguruan Tinggi dan Program Beasiswa Mahasiswa Suku Sakai dan Inkubasi Karier.
Selanjutnya dari bidang kesehatan, PHR mengambil langkah untuk berperan serta dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui program peningkatan kesehatan masyarakat, yaitu Program Pencegahan Stunting.
Terakhir di bidang lingkungan, PHR turut memusatkan perhatian pada sisi lingkungan dengan fokus pada upaya perlindungan lingkungan, konservasi keanekaragaman hayati, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan lingkungan melalui beberapa program perlindungan dan pemeliharaan lingkungan, yaitu Program Bank Sampah; Program Konservasi Gajah; dan Program Konservasi Lahan Gambut.