Bisnis.com, PADANG - Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sakti Wahyu Trenggono mengatakan kondisi laut di Indonesia telah dicemari sampah. Kondisi itu turut terjadi hampir di sebagian besar pesisir Indonesia.
KKP mengklaim telah menemukan cara untuk melakukan pembersihan dan menyelamatkan laut di Indonesia dari sampah, yakni melalui gerakan Bulan Cinta Laut.
"Di Padang telah kita mulai gerakan ini. Karena di Pantai Padang ini memang sampah di pantai terbilang cukup memprihatinkan. Terutama di saat hujan, tumpukan sampah memenuhi pantai Padang," katanya pada kegiatan puncak acara Exploring Mandeh: Road To Bulan Cinta Laut di Pantai Purus, Padang, Sumatra Barat, Minggu (21/8/2022).
Dia menjelaskan gerakan itu akan mengajak para nelayan meluangkan waktu selama satu bulan penuh khusus untuk berpartisipasi membersihkan pantai dan laut dari sampah.
"Gerakan itu dilakukan satu kali dalam satu satu tahun. Artinya dari 12 bulan itu, satu bulannya nelayan tidak menangkap ikan. Tapi ikut dalam gerakan Bulan Cinta Laut," jelasnya.
Menurutnya dengan cara itu maka secara bertahap akan muncul kesadaran masyarakat terutama nelayan dalam menjaga kebersihannya. Dengan demikian, target Indonesia pada tahun 2045 sampah di laut sudah berhasil diangkut ke daratan.
Sehingga laut yang ada di Indonesia ini benar-benar dalam keadaan bersih dan sehat, dan hal ini akan membuat ekosistem di laut akan terjaga dengan baik, dan laut Indonesia bisa menjadi sorotan internasional.
"Gerakan Bulan Cinta Laut ini kita harapkan jadi perhatian internasional. Karena gerakan ini benar-benar membuat laut bersih," ujarnya.
Trenggono menjelaskan selama para nelayan tidak menangkap ikan pada bulan gerakan Bulan Cinta Laut itu, nantinya hasil kutipan sampah di laut akan dihargai oleh pemerintah.
Artinya dari sisi ekonomi, pendapatan nelayan tidak akan terganggu meski satu bulan penuh tidak menangkap ikan ke laut. Tapi fokus untuk berpartisipasi dalam gerakan Bulan Cinta Laut tersebut.
"Pemerintah akan kasih semacam kompensasi kepada nelayan, ada nilainya. Jadi seperti uang pengganti dari hasil tangkap, tapi kini yang dibeli hasil kutipan sampah di laut," sebut menteri.
Meski telah adanya gerakan Bulan Cinta Laut itu, Trenggono berharap menjaga dan membersihkan laut dari sampah, bukan hanya tugas dari nelayan saja. Tapi merupakan tanggungjawab bersama, sehingga pantai akan terjaga dengan baik.
Selain melibatkan nelayan, Trenggono mengatakan, KKP juga akan menggunakan teknologi untuk mendeteksi laut-laut yang dalam kondisi tercemar akibat sampah.
Melalui teknologi itu, KKP menargetkan bisa mengetahui sumber penyebab banyaknya muncul sampah di laut.
"Apakah sampah itu dari sungai yang dibawah ke laut melalui pintu muara, atau malah ada nelayan yang lewat dan sengaja membuang sampah ke laut. Nah, teknologi itu bisa mendeteksinya. Soal ini sedang kita persiapkan," tegasnya.
Di kesempatan yang sama, Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publik Doni Ismanto yang merupakan ketua panitia acara menambahkan terkait Bulan Cinta Laut yang dirancang khusus untuk mengentaskan persoalan sampah plastik di laut.
Dia menjelaskan program Bulan Cinta Laut yang digagas Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono itu, tak sekadar mengajak masyarakat membersihkan sampah di pantai, namun mendorong nelayan untuk mengambil sampah di laut dan hasilnya akan dikonversi sesuai harga terendah ikan saat itu.
Pelaksanaan Bulan Cinta Laut di seluruh Indonesia menyesuaikan kondisi cuaca di masing-masing daerah. "Jadi, selama 1 tahun ada 1 bulan yang dilaksanakan program Bulan Cinta Laut di masing-masing daerah disesuaikan kondisi cuaca atau musim menangkap ikan," ungkapnya.
Lalu untuk rangkaian kegiatan Exploring Mandeh: Road To Bulan Cinta Laut ini, kata Doni, sebagai bagian dari countdown pelaksanaan Kick Off Bulan Cinta Laut, dimana nantinya akan diresmikan secara nasional dalam waktu dekat.
Menurutnya acara tersebut juga untuk membantu mempromosikan potensi wisata bahari di Sumbar untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dikatakannya pemilihan Sumbar sebagai lokasi untuk Road To BCL tidak lepas dari pertimbangan Ranah Minang sebagai daerah pesisir yang memiliki banyak potensi kelautan dan perikanan. (k56)