Bisnis.com, MEDAN - Perkembangan zaman mendorong perubahan dalam dunia perbankan sehingga dibutuhkan adaptasi, inovasi dan akselerasi untuk bisa bertahan.
Untuk melewati tantangan di atas, Direktur Utama PT Bank Aceh Syariah Haizir Sulaiman mengaku punya 'jurus jitu' dimana setiap langkah atau keputuan yang akan diambil harus penuh perhitungan matang.
Haizir lalu mengumpamakan filosofi orang menyeberang sungai yaitu perhitungan cermat setiap langkah, mulai dari pijakan kaki hingga keseimbangan tubuh.
"Sedikit saja kesalahan akan menyebabkan seseorang terpeleset bahkan hanyut dibawa arus sungai," ujar Haizir saat berbincang dengan Bisnis di ruang kerjanya belum lama ini.
Begitu pula dalam menjalankan bisnis perbankan, Haizir berprinsip layaknya orang menyeberang sungai.
"Saya punya istilah lompat batu di sungai. Kita harus tahu batu yang kita pijak, kapan harus melompat dan lain sebagainya," imbuhnya.
Baca Juga
Dalam mengambil suatu keputusan, kata Haizir, faktor momentum menjadi sangat penting. Strategi inilah yang dipakai Bank Aceh kala bertransformasi menjadi bank syariah beberapa tahun silam.
Menurutnya, sistem syariah merupakan satu peluang bagi korporasi untuk meningkatkan daya saing. Seperti diketahui, Bank Aceh merupakan bank pembangunan daerah pertama yang menerapkan sistem syariah di Indonesia.
"Kami melihat adanya peluang dan keuntungan di sini [sistem syariah]," ujar Haizir.
Haizir melanjutkan, segala aksi perusahaan ditempuh setelah melalui berbagai pertimbangan sesuai potensi serta peluang yang tersedia.
"Aksi korporasi harus sesuai kebutuhan dan harus pandai melihat momentum atau peluang. Biasanya yang punya segmen khusus itu yang akan bertahan," ungkapnya.
Faktanya, filosofi menyeberang sungai ala Haizir terbukti efektif. Kini, Bank Aceh menjadi satu di antara bank pembangunan daerah yang konsisten membukukan kinerja positif. Hal itu tercermin dari sejumlah indikator keuangan.
Berdasar Laporan Keuangan Triwulan II/2022, Bank Aceh membukukan total aset senilai Rp28,9 triliun per 30 Juni 2022. Jumlahnya meningkat sebesar 6,09 persen dibanding periode yang sama tahun lalu atau secara year on year (yoy). Selain itu, Bank Aceh juga telah meraup laba Rp118,8 miliar per Juni 2022.
Capaian di atas membuat Haizir optimistis Bank Aceh mampu mengejar visi merambah kancah perbankan nasional maupun internasional. Demi mewujudkannya, Bank Aceh melakukan akselerasi untuk memperluas jaringan.
Belum lama ini, bank tersebut juga telah membuka kantor cabang baru di DKI Jakarta dan Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil. Di tengah aksi korporasi yang berjalan, lanjut Haizir, Bank Aceh akan tetap konsisten mempertahankan brand syariah.
"Kami fokus untuk mewujudkan visi sebagai bank nasional dan global. Kami tetap menjaga brand sebagai bank syariah. Syariah bukan hanya untuk Muslim atau Islam. Prinsip syariah bukan hanya cerita halal atau haram. Jalan terjal, tapi pasti bisa dilakukan," pungkas Haizir.