Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsep Membangun Ekosistem dalam Transformasi Bandara Kota Batam

PT Bandara Internasional Batam (BIB) resmi mengambil alih pengelolaan Bandara Hang Nadim Batam mulai 1 Juli 2022. PT BIB merupakan konsorsium dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).
Direktur Pelaksana Badan Usaha Pelaksana PT BIB Pikri Ilham Kurniansyah
Direktur Pelaksana Badan Usaha Pelaksana PT BIB Pikri Ilham Kurniansyah

Bisnis.com, BATAM - PT Bandara Internasional Batam (BIB) resmi mengambil alih pengelolaan Bandara Hang Nadim Batam mulai 1 Juli 2022. PT BIB merupakan konsorsium dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).

PT Angkasa Pura (AP) I dengan saham 51 persen, Incheon International Airport Corporation (IIAC) Korea Selatan sebesar 30 persen dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memegang saham 19 persen.

Bisnis Indonesia berkesempatan mewawancarai Direktur Pelaksana Badan Usaha Pelaksana PT BIB Pikri Ilham Kurniansyah. Dari paparan Ilham, Bandara Internasional Batam nantinya akan hadir dalam konsep baru yang lebih dari fungsi pelayanan, namun juga menjadi kreator hadirnya ekosistem bisnis yang mendukung investasi di Kota Batam dari berbagai bidang. Berikut kutipannya:

1. PT BIB resmi mengambil alih pengelolaan Bandara Hang Nadim Batam, bagaimana bapak melihat konsorsium ini dalam pembangunan pintu masuk ke Kota Batam melalui jalur udara ini?

Ini KPBU pertama di Indonesia, khususnya di bidang angkutan udara. Dengan PT. Angkasa Pura (AP) 1 memegang sebesar 51 persen saham, Incheon International Airport Corporation (IIAC) Korea Selatan sebesar 30 persen dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memegang saham 19 persen.

Ini kita menggabungkan tiga kekuatan besar. PT Angkasa Pura I telah mengelola 15 bandara di Indonesia dengan layanan 83,4 juta penumpang dan 556.000 ton kargo pada 2019, Incheon memang hanya satu tapi melayani hampir 100 juta penumpang setiap tahun, Incheon beberapa kali menjadi bandara terbaik di dunia, setidak-tidaknya top 5. Wika di bidang konstruksi infrastruktur.

Nah ketiga kekuatan ini yang ingin disatukan di Batam. Di Batam ini kami tidak hanya membangun airport sebagai kontraktor, kami ingin membangun bandara dengan konsep baru, kalau kita lihat bandara-bandara di tempat lain selalu berfikir sebagai single entity, nah kita ingin di batam ini adalah part of ecosystem, bagian dari ekosistem. Batam inikan pusat bisnis, pariwisata dan macam-macamlah. Itu bagian dari pada ekosistem.

2. Seperti apa konsep baru ini?

Kami ingin mengubah bandara itu dari serving the market to creating the market. Dari melayani pasar menjadi penciptaan pasar. Kenapa kita butuh Incheon, karena untuk membuka pasar.

Kita sudah berusaha berpuluh-puluh tahun membuka penerbangan internasional dari Batam, masih belum dapat jalannya, nah kita berusaha buka pasar melalui Incheon. Dengan penerbangan Batam-Incheon itu terbuka ke seluruh dunia. Yang paling dekat Asia Timur (China, Korea dan Jepang), kemudian ke Amerika, Eropa. Dengan begitu, pasar ekspor kita akan lebih mudah sampai ke destinasi melalui Incheon. Incheon penting dalam konsorsium ini untuk membuka pasar.

WIKA tentu dengan kemampuan pembangunan infrastruktur berkolaborasi untuk penyediaan infrastruktur. Tapi kita tidak hanya membangun bandara dalam konsep bangunannya, tetapi juga fungsinya.

Kita ingin mengubah konsep bandara yang hanya tempat naik dan turun penumpang, bandara itu adalah ekosistem bisnis, jadi kalau kita lihat beberapa bandara yang ada tokonya. Maka sebenarnya kita ingin bangun toko yang ada bandaranya, pusat bisnis yang ada bandaranya. Kita selalu membangun rumah yang ada tamannya, kenapa tidak kita bangun taman yang ada rumahnya.

3. Apa capaian yang segera memberi pengaruh dan bagaimana langkah atau proses pengembangan BIB?

Capaiannya apa, tentu dalam 100 hari kita ingin memberikan perbaikan di tingkat layanan. Jadi jangka pendek sekali saya targetkan kepada kawan-kawan di BIB, kita harus targetkan perbaikan layanan. Ada empat kuncinya.

Pertama adalah people, kita melakukan perubahan terhadap people. Saya sudah melakukan training kepada 410 orang dari manajemen sampai ke seluruh staf, itu untuk upgrade TIK. Kalau dulu kita bersikap sebagai penguasa dan terbawa kepada staf kita, harus bertransformasi ke arah pengusaha dan pelayan.

Ini penting di people sebagai kunci, percuma bangunan bagus kalau people tidak kompeten. Kita sudah lakukan perubahan, kita sebut updating training selama dua hari terhadap semua. Nanti ada 10 batch yang akan kita selesaikan.

Yang kedua, pembangunan bandara sendiri, kita ada tiga tahapan pembangunan. Yang pertama adalah renovasi terminal 1. Pembangunan terminal 2 dan Pengembangan terminal 2, itu secara keseluruhan akan mencapai 30 sampai 35 penumpang kapasitasnya.

Jadi tahapannya selama tiga tahun pertama ini adalah membangun terminal 2 berkapasitas 10 juta dan merenovasi terminal 1. Sekarang kapasitas bandara Hang Nadim sebanyak 5 juta penumpang per tahun.

Yang ke-3 dari segi proses, kita ingin lebih seemless. Sekarang banyak sekali touch point, pemeriksaan ini dan segala macam. Digitalisasi kita harapkan lebih seemless, orang lebih terkontrol tapi tidak banyak touch point yang harus dilalui.

Ke-4 penggunaan digital, sekarang semua masih banyak manual, kita akan dorong pada digital sistem.

Yang ke-5 adalah environment, kita ingin menciptakan lingkungan yang lebih friendly. Green airport yang dalam peresmian kemarin kami juga undang PLN MoU untuk pembangunan PLTS ke depan, penyediaan tenaga surya yang lebih friendly di atapnya.

Kita perkenalkan juga mobil dan motor listrik yang mendukung connectivity, itu yang kita kembangkan. Sehingga secara keseluruhan itu yang terjadi.

4. Proses pengembangannya seperti apa?

Yang pertama dari segi passenger dan Cargo kita membuka internasional flight awalnya dari korea. Subang juga tanggal 24 Juni 2022 kemarin sudah buka, kemudian dari ASEAN akan kita buka juga, china, jepang.

Dalam konsep pengembangan pasar inilah yang sekarang kita ingin menjadikan sebagai hub-nya cargo. Cargo domestic kita ke Amerika kalau tidak dari Singapura, Hong Kong, Korea maupun Jepang. Kalau kita jadikan ini hub kita, maka kekuatan ekspor kita akan lebih bagus lagi.

Kita juga ingin menciptakan e commerce centre di sini, sekarang e commerce centre adanya di Malaysia dan di negara lain. Kenapa Indonesia tidak punya e commerce centre, padahal Batam ini adalah FTZ, ini peluang besar untuk menjadikan e commerce centre.

Dengan e commerce centre, maka bisnis e commerce centre itu kurang dari 48 jam barang sampai ke pemesan. Kalau sekarang masih di kisaran 7 hari. Ini juga peluang yang harus kita kembangkan.

Dari segi penumpang, pembukaan pertama akan charter dulu, penerbangan haji dan umroh juga akan kita kembangkan di sini.

Yang paling penting lagi kita ingin berkolaborasi dengan semua ekosistem yang ada di sini.

5. Bagaimana proses kolaborasi itu dan apa yang bisa dioptimalkan dari Batam?

Batam ini island academy. Salah satunya di sini akan kita buat golf academy dengan 7 lapangan golf, kita ingin Batam menjadi island golf academy. Jadi kita kerja sama dengan Korean PGA, di sana banyak pemain yang bagus-bagus, kenapa tidak Batam menjadi Island Academy. Pulau ini kecil tapi memiliki 7 lapangan golf dan lapangannya masih kosong, berarti peluangnya banyak.

Kalau di Jakarta penuh lapangan golf. Di sini sepanjang tahun bisa main, kalau di Jepang dan Korea, musim dingin tidak bisa main. Jadi selama musim dingin mereka bisa winter camp di sini.

Tentang Island Academy Golf, itu dari kecil kita sudah punya akademinya. Kelompok umur kecil, remaja, dewasa dan sebagainya. Kita akan punya sekolah golf berstandar internasional. Dengan academy di sini orang tidak perlu sekolah di Amerika, di Indonesia juga ada, tentu dengan biaya lebih murah dan kesempatan main dan latihan di 7 lapangan, 1.000 orang bisa berlatih di Batam.

Sudah terbukti, ketika bandara serving the market, ketika industri mati bandara juga akan mati. Jadi kita harus create the ecosystem. Ketika ekosistem pariwisata maju maka bandara juga akan maju. Untuk itu saat ini hanya butuh kolaborasi dan sinergi. Semua sumber daya ada, dinas pariwisata ada, travel agent ada di mana-mana. Cuma belum ada trigger.

Kita harus ciptakan ekosistem, seperti di Batam ini banyak sekali mobil Ferrari kita buatkan luxury Cars Experience yang di Jakarta itu sulit sekali. Jadi selama dua hari naik Ferrari di sini itu harus dikreasikan.

Termasuk juga kita lagi ciptakan batam ini sebagai showroom produk dunia. Jadi semua produk dunia ditempatkan di Batam secara fisik, ada di Batam. Jadi cukup berada di Batam. Apapun produknya.

Selanjutnya investasi dan bisnis, kehadiran bandara harus juga bisa mendorong investasi di sini. Itu adalah cara kita bagaimana Batam ini tumbuh dan berkembang. Saya katakan Batam ini bukan hanya bagus untuk Incheon, untuk Wika, tapi juga untuk masyarakat, pemerintahan perekonomian, pendidikan.

Hang Nadim di bawah BIB harus jadi pusat pembelajaran Aviation industry karena ada MRO di sana, bagaimana mempelajari international standard itu yang kita kembangkan.

MRO, kita ingin mendorong Boeing dan Airbus Centre di sini, maka semua akan jadi pusat-pusat perawatan. Ini FTZ dan KEK. Sekali lagi saya sampaikan BIB memang mengubah konsep bandara yang lebih beyond airport business.

Kita juga lagi jajaki shuttle service pesawat ke beberapa daerah seperti Subang, Singapura dan Tanjungpinang dan harganya lebih murah daripada ferry. Setiap satu jam sekali seperti jadwal ferry, ada 8 orang dengan pesawat kecil, itu bersaing dari waktu dan tidak perlu naik kendaraan lain. Ini memperkaya konektivitas Batam-Bintan-Singapura.

6. Bagaimana kondisi saat ini?

Tim saya di sini pesimis beberapa bulan lalu, karena di bandara ini penumpang cuma 4.000. Yang perlu diciptakan adalah gaung bahwa Batam ini adalah destinasi MICE. Bayangkan banyak sekali kementerian dan lembaga meeting di sini. Sekarang banyak sekali orang datang ke Singapura lewat Batam, karena shuttle servicenya jalan, Ferry juga begitu.

Bulan Mei 2022 lalu, jumlah penumpang bandara kita sudah 370.000 sebulan, sudah mengalahkan tahun 2019, dan sehari sudah rata-rata 15 ribu orang. Optimisme itu penting, dengan kita optimis akan muncul aura itu dan orang mau tahu, dengar dan rasakan.

Seperti yang saya sampaikan tadi, kalau kita berbasis pada serving the market, maka kita akan berfikir bagaimana toilet bersih. Kalau saya melihat bagaimana kreasi bisnis. Canton fair itu orang kalau mau melihat seluruh produk china datang ke Canton, sebenarnya kita tinggal Copy saja, bebas pajak di sini. Kalau tidak laku ya tinggal reeksport lagi. Dan pasti lebih murah disbanding dia menyewa showroom di luar negeri.

Kalau sudah begitu, baru FTZ Batam itu benar-benar punya double impact, kalau tidak FTZ Batam tidak lebih hebat dari Kendal dan Batang, kalau Kendal itu tenaga kerja murah.

Saya selalu ingatkan ke teman-teman setiap jengkal tanah dan area terbuka adalah uang. Cuma monetisasi itu yang kita tidak pandai.

Masjid Tanjak yang baru diresmikan itu sudah menjadi pusat rekreasi orang, minimal saya dapat parkirnya. Ada 1.400 area di sekitar Bandara Hang Nadim adalah area terbuka yang bisa dikembangkan dengan berbagai cara. Tetapi saya selalu berfikir kreasi pasar sebagai penarik orang itu penting. Ciptakan keramaian karena itu adalah pusat uang, jadi itu rumus dasarnya. Kita perbanyak itu. (K41)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Bobi Bani
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper