Bisnis.com, PEKANBARU -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Riau mengakui bahwa saat ini industri perhotelan di daerah itu masih belum stabil dan belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi Covid-19 sejak dua tahun lalu.
Ketua PHRI Riau Nofrizal mengatakan situasi saat ini para pelaku bisnis hotel masih dalam tahap pemulihan dan terus mengupayakan agar bisnisnya dapat kembali stabil seperti sebelum pandemi.
"Selama 2 tahun pandemi itu menyebabkan industri termasuk perhotelan masuk periode puasa, artinya banyak kegiatan yang tidak berjalan dan akhirnya untuk berjuang dan selamat dari kondisi itu banyak pebisnis hotel yang melepaskan menjual asetnya agar konsistensi usaha berlanjut," ujarnya, Senin (13/6/2022).
Karena itu apabila pemerintah memang akan melakukan penyesuaian atau menaikkan tarif listrik, pihaknya berharap kalangan industri masih mendapatkan waktu untuk melakukan upaya pemulihan usaha itu khususnya bisnis perhotelan.
Dia menyebutkan hotel sangat bergantung kepada energi listrik dalam setiap fasilitasnya kepada para tamu, mulai dari penerangan, air panas dan dingin, sampai kepada fasilitas pendukung lainnya yang memang menjadi tawaran utama kepada pengunjung untuk datang menginap.
Kemudian bisnis hotel juga punya dampak ekonomi yang luas mulai dari bisnis transportasi, makanan minuman, jual beli online, pariwisata, hingga menggerakkan ekonomi sekitar hotel dengan adanya kegiatan dan kunjungan dari para tamu.
"Dengan adanya keputusan pemerintah untuk menahan tarif listrik industri di level yang sama, kami sangat berterima kasih dan mengapresiasi kebijakan ini," ujarnya.
Pihaknya juga menyampaikan terima kasihnya atas kebijakan pemerintah yang telah berhasil melakukan pengendalian pandemi covid, serta mendorong berbagai kegiatan pemerintahan untuk mulai kembali berjalan termasuk di perhotelan.
Berbagai agenda pelatihan, seminar, workshop dan lainnya yang kini mulai banyak di hotel-hotel, diharapkan dapat membantu industri hotel kembali pulih dan dapat menjalankan bisnisnya seperti sebelum masa pandemi sejak 2020 lalu.
"Kami harap dengan adanya berbagai aktifitas pemerintahan di hotel akan membantu para pelaku industri untuk dapat kembali bergerak dan memberikan dampak ekonomi lebih luas kepada masyarakat," ujarnya.
Adapun sebelumnya menurut data Badan Pusat Statistik Riau mencatat Tingkat Penghunian Kamar (TPK) atau okupansi hotel berbintang di Provinsi Riau pada April 2022 sebesar 34,64 persen.
Angka TPK ini berarti pada April 2022 dari setiap kamar yang disediakan oleh seluruh hotel berbintang yang ada di Provinsi Riau, setiap malam sebanyak 34 persen sampai 35 persen dari total kamar diantaranya telah terjual.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Misfaruddin mengatakan angka TPK tersebut mengalami penurunan sebesar 11,88 poin dibandingkan angka TPK hotel berbintang pada Maret 2022 yang tercatat sebesar 46,52 persen.
Tetapi jika dilihat TPK periode yang sama pada 2021 yang tercatat sebesar 34,53 persen, maka TPK pada April 2022 mengalami kenaikan sebesar 0,11 poin.
Kemudian rata-rata lama menginap tamu (RLMT) asing dan Indonesia pada hotel berbintang di Provinsi Riau Bulan April 2022 adalah 1,47 hari.
"Ini berarti pada umumnya rata-rata lama tamu menginap, baik tamu asing maupun tamu Indonesia di hotel berbintang di Provinsi Riau adalah selama 1 hingga 2 hari," ujarnya.