Bisnis.com, MEDAN - Dari 598 ekor hewan ternak yang dicurigai di Sumatra Utara hingga Jumat (13/5/2022) lalu, sebanyak 19 ekor ternak di antaranya terbukti positif terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Tujuh ekor hewan yang positif berada di Kabupaten Langkat. Sedangkan 12 ekor selebihnya ada Kabupaten Deli Serdang.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Pemprov Sumatra Utara Azhar Harahap, seluruh hewan ternak yang dinyatakan positif masih hidup dan telah ditangani.
"Semua ternak yang positif sudah kami tangani, tidak ada yang mati. Infeksi sekunder yang diderita ternak, Alhamdulillah, sudah mulai membaik," ujar Azhar pada rapat koordinasi, Kamis (19/5/2022).
Demi mengantisipasi penyebaran lebuh lanjut, Pemprov Sumatra Utara telah menyurati seluruh kepala daerah untuk mengambil beberapa langkah. Di antaranya dengan memperketat pengawasan dan pemeriksaan, khususnya pada saat pemotongan hewan jelang Iduladha 1443 Hijriah.
Pemerintah daerah diimbau melakukan pemeriksaan fisik hewan ternak yang akan dikirim ke kabupaten atau kota di Sumatra Utara. Sedangkan pengiriman ke provinsi lain sementara ini masih dilarang.
Selain itu, hewan ternak juga wajib mengantongi Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari otoritas terkait.
"Tidak memperdagangkan hewan ternak dari provinsi lain dan memberikan persyaratan harus mencantumkan SKKH dari dokter yang berwenang atau kepala dinas," kata Azhar.
Antisipasi juga dilakukan dengan menugaskan dokter terjun ke pasar dan rumah potong untuk melakukan pemeriksaan. Termasuk menjelaskan petunjuk pemotongan hewan ternak untuk kurban sesuai prosedur di masa wabah.
Menurut Azhar, Sumatra Utara punya sekitar 17 ribu ekor hewan ternak dan cukup untuk memenuhi kebutuhan kurban Iduladha.
"Kita telah melayangkan surat ke seluruh kepala daerah atau dinas terkait agar melakukan pemeriksaan fisik terhadap hewan yang akan dikirim ke kabupaten lain," katanya.
Kepala Balai Penelitian Veteriner Medan Azfirman menjelaskan tata cara mendeteksi hewan ternak yang terjangkit PMK. Pengambilan sampel diawali dengan mencermati gejala yang dialami hewan. Seperti lepuh pada bagian mulut dan kukunya.
Setelah itu, sampel hewan yang dicurigai akan diboyong untuk diperiksa lebih lanjut melalui laboratorium.
"Itu dibuktikan melalui laboratorium. Jika ada gejala yang sama di kecamatan lain yang berdekatan, diindikasikan itu PMK, karena gejalanya cepat sekali. Jika terindikasi, akan ditangani dengan cara khusus PMK," kata Azfirman.
Sebagai yang terdekat dengan Aceh, Langkat merupakan kabupaten di Sumatra Utara yang paling rawan jadi pintu masuk wabah PMK hewan ternak dari provinsi tersebut.
Seperti diketahui, setidaknya ada 2.226 ekor hewan ternak di Aceh yang telah dikonfirmasi terjangkit PMK. Sebagian besar dari jumlah itu ditemukan di Kabupaten Aceh Tamiang, kabupaten di Aceh yang berbatasan langsung dengan Langkat.
Berdasar data hingga Jumat (13/5/2022) lalu, sudah terdapat 337 ekor hewan ternak di Kabupaten Langkat yang diduga telah terjangkit wabah PMK.
Hewan-hewan ternak yang diduga terjangkit itu tersebar di dua kecamatan. Yakni Kecamatan Pematang Jaya dan Kecamatan Besitang.
Demi mengantisipasi penyebaran, Pemkab Langkat masih terus melakukan deteksi terhadap hewan ternak yang dicurigai. Selain itu, mereka juga menutup sementara akses pintu masuk hewan ternak, baik dari dalam maupun luar Kabupaten Langkat.
Pelaksana Tugas Bupati Langkat Syah Afandin mengatakan, dirinya sudah meneken surat edaran khusus untuk penanganan wabah PMK di daerah tersebut.
"Kami akan mengantisipasinya. Kalau perlu kami tidak memperbolehkan dulu sapi atau hewan ternak masuk dari luar ke Langkat," kata Ondim, sapaan populer Syah Afandin kepada Bisnis, Minggu (15/5/2022).
Ondim mengatakan, penanganan wabah PMK harus dilakukan secara serius guna mencegah penularan yang lebih luas. Namun di sisi lain, Ondim mengimbau masyarakat agar tidak perlu panik meski juga disarankan lebih hati-hati.
"Kami sudah minta untuk mendata. Kemudian untuk hewan ternak yang terjangkit itu harus dipotong, sehingga tidak terjadi penyebaran," kata Ondim.
Sejauh ini, setidaknya terdapat 598 ekor hewan ternak di Sumatra Utara yang diduga terjangkit wabah Penyakit Mulut dan Kuku atau PMK. Jumlah itu terdiri atas 337 ekor hewan ternak di Kabupaten Langkat dan 261 ekor di Kabupaten Deli Serdang.
Hewan ternak di Kabupaten Langkat yang diduga sudah terjangkit wabah tersebar di dua kecamatan. Yakni Kecamatan Pematang Jaya dan Kecamatan Besitang.
Sedangkan hewan yang diduga terjangkit di Kabupaten Deli Serdang tersebar di lima kecamatan. Yakni Kecamatan Galang, Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Pagar Marbau, Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Tanjung Morawa.
Sampel hewan-hewan yang diduga terjangkit diboyong untuk diperiksa lebih lanjut oleh Laboratorium PMK Pusat Veteriner Farma (Pusvetma).
Pada Rapat Koordinasi Pengendalian Wabah PMK yang turut dihadiri Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo secara virtual pada Jumat (13/5/2022) lalu, Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi memaparkan tiga langkah yang akan ditempuh pihaknya demi mencegah penyebaran wabah tersebut.
Ketiga langkah yang dimaksud adalah deteksi, sosialisasi dan isolasi. Edy mengatakan, pihaknya akan mendeteksi seluruh hewan ternak seperti sapi, kerbau dan kambing di Sumatra Utara yang mengalami gejala mirip PMK.
Seperti demam, lalu nafsu makan hilang, kemudian adanya lepuh di bagian hidung, lidah, mulut dan kuku serta cairan liur yang tak normal.
Dalam melaksanakan upaya pertama ini, Edy mengatakan bahwa pihaknya sudah mengumpulkan seluruh dinas peternakan di Sumatra Utara.
"Antisipasi sejak kemarin sudah kita lakukan," kata Edy.
Upaya kedua yang dilakukan Pemprov Sumatra Utara yakni menginstruksikan seluruh kepala daerah agar turut melaksanakan sosialisasi di tengah masyarakat. Khususnya para peternak.
"Kemudian langkah berikutnya kami akan sosialisasi, sehingga masyarakat tahu harus berbuat apa dan petugas siap melakukan apa," ujar Edy.
Langkah ketiga yang bakal ditempuh adalah menerapkan isolasi. Edy mengatakan, pihaknya akan menghentikan sementara lalu lintas pengangkutan hewan ternak ke Sumatra Utara.
"Saya mendeteksi ini harus diantisipasi. Baik perbatasan darat atau laut, seluruhnya dihentikan. Terakhir, di pasar ternak ini harus dideteksi, ditutup sementara. Tetapi bagaimana ini tidak membuat panik," kata Edy.