Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berkah Sesaat dari Perang Rusia vs Ukraina untuk Kinerja Ekspor Sumut

Suhu panas antara Rusia dan Ukraina memang bisa menyebabkan perubahan harga acuan komoditas di Sumatra Utara. Namun, selama ini baik Rusia maupun Ukraina bukan mitra dagang utama Sumatra Utara.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, MEDAN - Pengamat ekonomi asal Universitas Islam Sumatera Utara Gunawan Benjamin mengatakan, kondisi geopolitik Rusia-Ukraina secara tak langsung turut memberi dampak positif pada kinerja ekspor Sumatra Utara pada Maret 2022.

Suhu panas antara Rusia dan Ukraina memang bisa menyebabkan perubahan harga acuan komoditas di Sumatra Utara. Namun, selama ini baik Rusia maupun Ukraina bukan mitra dagang utama Sumatra Utara.

Provinsi ini diketahui lebih condong menjalin perdagangan dengan China, Amerika Serikat, India dan negara-negara ASEAN.

Akan tetapi, tak dipungkiri bahwa perang juga menyebabkan lonjakan harga energi dunia. Lonjakan harga energi kemudian berimbas terhadap kenaikan harga komoditas Crude Palm Oil (CPO).

Sumatra Utara sendiri merupakan provinsi yang menggantungkan roda perekonomian dari sektor perkebunan kelapa sawit.

"Perang yang membuat harga energi dunia mengalami kenaikan turut mendorong kenaikan pada harga CPO. Dan tren kinerja ekspor Sumatra Utara yang membaik juga turut dipicu oleh kenaikan harga CPO dunia," kata Gunawan, Selasa (10/5/2022).

Berdasar data yang disajikan Badan Pusat Statistik (BPS), Gunawan melihat adanya tren perbaikan ekonomi Sumatra Utara.

Dari sisi impor, terjadi peningkatan untuk golongan barang modal dan golongan bahan baku/penolong. Untuk golongan barang modal, nilai impornya meningkat 9,65 persen pada Maret 2022 dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan untuk golongan bahan baku/penolong naik sebesar 15,73 persen.

"Kenaikan impor tersebut tentunya menjadi kabar bagus karena akan menopang perputaran ekonomi di wilayah Sumatra Utara," kata Gunawan.

Di sisi lain, Gunawan memprediksi kinerja ekspor Sumatra Utara akan menurun pada Mei 2022. Penurunan disebabkan oleh berbagai faktor.

Seperti dituliskan di atas, sektor perkebunan kelapa sawit berperan besar terhadap perekonomian Sumatra Utara selama ini. Komposisi ekspor Sumatra Utara juga didominasi oleh golongan minyak nabati/hewan. Termasuk di antaranya komoditas CPO.

Namun pada Mei 2022, diperkirakan bakal terjadi penurunan kinerja ekspor pada golongan tersebut. Sebab, pada bulan ini terdapat Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN). Libur panjang bakal berdampak pada aktivitas ekspor.

Di samping itu, pemerintah pusat juga telah memutuskan untuk melarang ekspor CPO dan berbagai bahan baku minyak goreng.

"Ditambah lagi ada kebijakan pemerintah yang melarang ekspor CPO. Hal tersebut bisa memicu terjadinya tekanan pada ekspor Sumatra Utara," kata Gunawan.


Pada Maret 2022, nilai ekspor Sumatra Utara meningkat 42,96 persen dibanding bulan sebelumnya. Yakni dari US$885,40 juta pada Februari 2022 menjadi US$1,26 miliar pada Maret 2022. Secara tahunan atau year on year (yoy), kenaikan tercatat mencapai 21,54 persen.

Walau terjadi peningkatan, Kepala BPS Sumatra Utara Nurul Hasanudin memprediksi nilainya akan turun pada April 2022.

Hal itu disebabkan oleh kebijakan pemerintah soal larangan ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan komoditas bahan baku minyak goreng lainnya.

Sumatra Utara sendiri dikenal sebagai provinsi yang menggantungkan perekonomian dari sektor perkebunan kelapa sawit.

"Kita berharap kenaikan ekspor ini terjaga, meskipun tentu akan berdampak di bulan depan karena pelarangan ekspor CPO yang boleh jadi ini juga akan terdampak. Kita akan lihat bagaimana dampaknya di bulan depan," kata Nurul, Senin (9/5/2022).

Dibanding Februari 2022, golongan barang yang mengalami kenaikan nilai ekspor terbesar Sumatra Utara pada Maret 2022 lalu adalah golongan lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$278,68 juta atau 89,72 persen. Kemudian diikuti oleh golongan berbagai produk kimia naik sebesar US$45,26 juta atau 33,93 persen.

Sedangkan golongan barang yang mengalami penurunan ekspor terbesar yaitu ampas/sisa industri makanan. Yakni sebesar US$8,44 juta atau -17,18 persen. Kemudian diikuti golongan kayu, barang dari kayu yang turun sebesar US$1,67 juta atau -6,87 persen.

Secara sektor, pertanian mengalami kenaikan nilai ekspor US$5,59 juta atau 10,20 persen pada Maret 2022 dibanding bulan sebelumnya. Kemudian sektor Industri juga naik sebesar US$374,72 juta atau 45,12 persen, disusul sektor pertambangan dan penggalian yang juga naik US$14,00 ribu atau 32,54 persen.

Sementara itu, terdapat tiga negara dominan tujuan ekspor Sumatra Utara pada Maret 2022. Ketiganya adalah Tiongkok sebesar US$175,74 juta, kemudian Amerika Serikat sebesar US$128,41 juta dan India sebesar US$126,39 juta.

Kontribusi ketiganya mencapai 34,02 persen dari total ekspor Sumatra Utara pada Maret 2022.

Sekitar 40,99 persen barang ekspor dari Sumatra Utara juga dipasarkan ke sejumlah negara kawasan Asia di luar ASEAN. Seperti Jepang dan Pakistan yang masing-masing menyumbang US$66,02 juta dan US$95,43 juta.

Total ekspor ke kawasan Asia di luar ASEAN merupakan yang terbesar, yakni menyumbang US$518,83 juta atau 40,99 persen.

Di sisi lain, nilai impor Sumatra Utara tercatat sebesar US$542,94 juta atau naik sebesar 14,68 persen pada Maret 2022 dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Februari 2022, nilai impor Sumatra Utara tercatat US$473,42 juta.

Bila dibandingkan secara tahunan, nilai impor mengalami kenaikan sebesar 24,82 persen.

Berdasar golongan penggunaan, jenis impor barang mengalami kenaikan sebesar 9,65 persen, kemudian barang konsumsi naik 8,02 persen dan bahan baku/penolong naik sebesar 15,73 persen.

Pada Maret 2022, golongan barang yang mengalami kenaikan nilai impor terbesar adalah ampas/sisa industri makanan sebesar US$29,37 juta atau 92,42 persen. Sedangkan golongan barang yang mengalami penurunan nilai impor terbesar adalah golongan bahan bakar dan mineral sebesar US$23,56 juta atau -21,48 persen.

Sama halnya dengan ekspor, Tiongkok juga menjadi negara pengimpor terbesar ke Sumatra Utara. Yaitu senilai US$109,72 juta atau berperan 20,21 persen dari total impor Sumatra Utara pada Maret 2022.

Kemudian diikuti Malaysia sebesar 62,51 juta atau 11,51 persen dan Singapura sebesar US$61,54 juta atau 11,33 persen. Sedangkan sebesar US$188,27 juta atau 34,68 persen berasal dari sejumlah negara kawasan Asia di luar ASEAN.

Lalu sebesar US$165,69 juta atau 30,52 persen berasal dari ngara-negara ASEAN dan sisanya berasal dari kawasan lainnya.

Dari catatan di atas, neraca perdagangan luar negeri Sumatra Utara pada Maret 2022 mengalami surplus sebesar US$722,78 juta, atau naik sebesar 75,44 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$411,97 juta.

Bila dibandingkan dengan Maret 2021, maka terdapat kenaikan sebesar 19,18 persen, yaitu dari US$606,44 juta pada Maret 2021 menjadi US$722,78 juta pada Maret 2022.

Surplus neraca perdagangan luar negeri Sumatera Utara dengan negara mitra utama selama Januari - Maret 2022 berturut-turut adalah senilai senilai US$284,82 juta dengan Amerika Serikat, US$159,98 juta dengan Jepang, senilai US$135,70 juta dengan Rusia, senilai US$135,56 juta dengan Pakistan dan senilai US$135,29 juta dengan India.

Sedangkan defisit perdagangan luar negeri Sumatra Utara terjadi dengan Singapura senilai US$186,63 juta, dengan Argentina senilai US$61,72 juta, dengan Brazil senilai US$45,53 juta, dengan Australia senilai US$37,97 juta dan dengan Kanada senilai US$29,68 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper