Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mudik Lebaran Dongkrak Penjualan Produk UMKM di Sumut

Menurut Ketua Asosiasi UMKM Sumatra Utara Ujiana Sianturi, penjualan produk mereka meningkat berkali lipat dibanding beberapa tahun terakhir.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, MEDAN - Pulang kampung atau mudik Idulfitri 1443 Hijriah memberi dampak signifikan terhadap kinerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Sumatra Utara.

Menurut Ketua Asosiasi UMKM Sumatra Utara Ujiana Sianturi, penjualan produk mereka meningkat berkali lipat dibanding beberapa tahun terakhir.

Ujiana mengungkapkan, rata-rata penjualan produk UMKM di Sumatra Utara melonjak drastis hingga 70 persen. Peningkatan juga menjadi indikasi daya beli masyarakat mulai bangkit.

"Bahkan menjadi kebangkitan ekonomi nasional. 70 persen meningkat penjualan yang selama hampir dua tahun anjlok," kata Ujiana kepada Bisnis, Senin (9/5/2022).

Menurut Ujiana, sejumlah objek wisata di Sumatra Utara juga mulai ramai dikunjungi pelancong pada libur Lebaran. Hal itu turut mendongkrak kinerja para pelaku UMKM di tempat-tempat tersebut.

Selain pariwisata, jenis UMKM lain yang paling diuntungkan adalah usaha kuliner dan produk ekonomi kreatif lainnya seperti souvenir atau cinderamata serta fashion khas daerah. Tren positif menumbuhkan semangat para pelaku UMKM kembali optimis.

"Membuat para pelaku UMKM semangat kembali di tahun ini. Para pengunjung atau pemudik banyak membawa oleh-oleh pulang ke daerah masing-masing, kebanyakan dari kuliner. Ada snack seperti camilan dan lainnya," kata Ujiana.

Bagi Ujiana sendiri, pergerakan pemudik di Sumatra Utara juga berperan besar terhadap usaha yang digelutinya. Yakni kopi.

Selama ini, Ujiana membuka usaha gerai kopi di kawasan Danau Toba. Permintaan terhadap produknya kini melonjak tajam mencapai 2.000 sachet dengan berbagai ukuran. Mulai dari 250 gram, 500 gram hingga 1.000 gram.

Setiap pengunjung di gerai kopi Ujiana akan ditawarkan produk kopi beraroma khas dengan bentuk unik berupa kapsul. Sehingga lebih memudahkan pelanggan mengonsumsinya.

"Kami sangat terima kasih kepada pemerintah. Dengan dukungan dan keberhasilan menekan laju pandemi Covid-19 sehingga bisa memutar roda perekonomian lebih kencang," kata Ujiana.

Pada tahun ini, pemerintah pusat memberi kelonggaran kepada masyarakat yang ingin pulang kampung selama libur Lebaran. Pelonggaran syarat tak ayal membuat jumlah pemudik melonjak drastis.

Sebab, sejak beberapa tahun terakhir, masyarakat diimbau tidak pulang ke kampung halamannya karena alasan pandemi Covid-19.

Momentum Lebaran kali ini kemudian menjadi peluang tersendiri bagi perekomian daerah untuk berakselerasi.

Setidaknya 2,3 juta warga Sumatra Utara diprediksi pulang kampung atau mudik pada Lebaran 2022 atau Idul Fitri 1443 Hijriah.

Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi berharap momentum Lebaran juga akan memacu laju perputaran uang di daerah. Apalagi perekonomian Sumatra Utara sempat mengalami kontraksi minus dua tahun lalu. Optimisme meningkat seiring tren perbaikan ekonomi belakangan ini.

"Banyaknya masyarakat kota yang pulang ke kampung halaman akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Orang-orang dari kota dan luar provinsi akan menghabiskan uangnya di kampung," kata Edy beberapa waktu lalu.

Pada 2021, laju pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara mentok di angka 2,61 persen (yoy). Meski tak sesuai harapan, angkanya meningkat dibanding catatan 2020 yang sempat kontraksi -1,07 persen (yoy).

Pada tahun ini, ekonomi Sumatra Utara diperkirakan berada di rentang 3,7 persen hingga 4,5 persen (yoy), laju yang sesungguhnya masih di bawah angka pertumbuhan pra pandemi.

Untuk mendongkrak perekonomian daerah pada masa Ramadan dan Idul Fitri 1443 Hijriah, Pemprov Sumatra Utara punya strategi khusus.

Secara historis, menurut Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Pemprov Sumatra Utara Naslindo Sirait, angka konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa pada masa Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) meningkat.

Naslindo mengatakan, peningkatan permintaan tersebut mesti turut didukung dengan suplai kebutuhan yang cukup. Oleh karena itu, pemerintah daerah juga harus memastikan para produsen ataupun distributor barang dan jasa dapat memenuhinya.

Pengaturan arus lalu lintas, baik jalur darat, laut maupun udara, harus dilakukan secara baik sehingga tidak mengganggu distribusi barang dan jasa pada masa libur.

Pusat-pusat perbelanjaan juga telah memeroleh kelonggaran untuk kembali berdagang secara normal tanpa pembatasan.

Dengan demikian, penyediaan berbagai kebutuhan barang-barang pabrikan seperti pakaian, perhiasan dan alas kaki mestinya berjalan lancar. Seperti diketahui, permintaan jenis barang-barang pabrikan tersebut relatif meningkat pada masa HBKN.

"Untuk kebutuhan pangan, petani di sentra-sentra pertanian dan perkebunan kami dorong untuk bisa menyuplai dalam jumlah yang cukup," ujar Naslindo kepada Bisnis.

Selain peningkatan konsumsi barang, Pemprov Sumatra Utara juga berharap libur Lebaran mampu mendongkrak pertumbuhan sektor pariwisata.

Saat ini, sejumlah destinasi wisata andalan di Sumatra Utara kembali dibuka untuk umum. Meski tak ada lagi pembatasan, namun tetap harus menerapkan protokol kesehatan.

Menurut perkiraan Naslindo, destinasi pariwisata akan ramai dikunjungi kurun hari ketiga hingga keempat Lebaran. Saat itu, tingkat hunian hotel maupun restoran turut mengalami peningkatan.

"Dari awal sudah kami minta kepada daerah untuk bersiap-siap menyambut wisatawan dengan menerapkan kebersihan, pengaturan oleh petugas lalu lintas sehingga tidak terjadi kemacetan. Sehingga pengunjung nyaman selama berada di lokasi wisata," katanya.

Naslindo optimis libur Lebaran tahun ini mampu mendongkrak perekonomian Sumatra Utara secara signifikan. Pengeluaran konsumsi masyarakat dipastikan meningkat tajam bila diukur dari berbagai faktor. Seperti laju pertumbuhan ekonomi triwulan terakhir dan pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR).

Selain itu, pergerakan pemudik asal luar yang masuk ke Sumatra Utara juga tak dipungkiri bakal memberi kontribusi besar. Khususnya pada peningkatan konsumsi di sektor transportasi.

"Jadi dari sisi pengeluaran konsumsi akan meningkat," katanya.

Naslindo menjelaskan, pertumbuhan sektor konsumsi rata-rata berada di angka 4 persen di Sumatra Utara sebelum 2019. Namun jumlah itu menurun akibat pengaruh pandemi Covid-19.

Kini, setelah berbagai pembatasan dihapuskan, maka Naslindo berharap pertumbuhan konsumsi mampu menyentuh 3 persen.

Begitu juga dengan sisi lapangan usaha. Naslindo berharap sektor transportasi mampu tumbuh 4 persen. Seperti diketahui, sektor tersebut sempat mengalami kontraksi -3,6 persen pada 2021 lalu.

Selain itu, lanjut Naslindo, sektor akomodasi, makanan dan minuman juga berpeluang melonjak siginifikan pada masa Lebaran. Pada 2021 lalu, sektor ini sempat mengalami kontraksi -0,81 persen. Sektor tersebut mampu tumbuh hingga 5 persen pada 2022 atau kembali ke posisi normal pra Covid-19.

Melihat sederet catatan di atas, Naslindo optimis pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara berada di rentang 3 persen hingga 4 persen pada Triwulan II 2022.

"Namun tantangan lain juga sedang menekan pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara, di mana sejak Februari 2022 ekspor kita mengalami penurunan. Pada akhir April 2022, ada larangan ekspor CPO (Crude Palm Oil) dan minyak goreng, ini akan mengurangi ekspor Sumatra Utara," kata Naslindo.

Selain memanfaatkan momentum mudik Lebaran, Naslindo juga mengungkapkan strategi lain yang digunakan Pemprov Sumatra Utara untuk mengerek pertumbuhan ekonomi 2022.

Upaya pertama dilakukan adalah dengan pendekatan sektor. Selama ini, sektor pertanian memberi kontribusi terbesar terhadap perekonomian Sumatra Utara. Untuk itu, pemerintah provinsi berniat melakukan ekspansi.

Pada 2021, pertumbuhan sektor pertanian Sumatra Utara tercatat 3,87 persen atau hanya berjumlah 67 persen dari pertumbuhan rata-rata.

Kemudian, Pemprov Sumatra Utara bersama pemerintah kabupaten dan kota juga akan mendorong sektor riil melalui stimulus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Seperti pemberian bibit hibrida, sarana produksi pertanian dan membenahi jaringan infrastruktur di daerah.

"Sehingga produktivitas pertanian, perkebunan dan pangan akan meningkat dan memiliki daya saing," ujar Naslindo.

Upaya kedua adalah pendekatan penciptaan nilai tambah dan pengembangan pasar. Naslindo mengatakan, Pemprov Sumatra Utara mendorong transformasi struktur ekonomi dengan pendekatan hilirisasi dan pasar.

Contohnya soal larangan CPO dan minyak goreng oleh pemerintah pusat belakangan ini. Menurut Naslindo, kebijakan itu harus disikapi secara bijaksana. Kalangan industri kelapa sawit di Sumatra Utara harus didorong untuk membangun industry downstream.

Selama ini, menurutnya, pelaku industri kelapa sawit kerap puas diri dengan tipe industry upstream, yakni sebatas menghasilkan komoditas CPO. Padahal, produk turunan CPO akan memberi nilai tambah yang jauh lebih tinggi.

Seperti diketahui, sebanyak 43 persen dari perekonomian Sumatra Utara disumbang oleh sektor perkebunan kelapa sawit. Jika hilirisasi produk turunan CPO diterapkan, maka Naslindo yakin pertumbuhan ekonomi tumbuh signifikan.

Di sisi lain, Naslindo pun berharap industri manufaktur mampu unggul dalam struktur perekonomian provinsi kurun lima tahun mendatang. Saat ini, sektor manufaktur masih menyumbang 19 persen terhadap struktur perekonomian.

"Momentum inilah yang harusnya kita manfaatkan. Jadi tidak lagi ekspor CPO ke luar negeri, tapi sudah ekspor produk turunannya yang begitu besar dan sangat bernilai tinggi, baik untuk kebutuhan domestik maupun untuk kebutuhan luar negeri," katanya.

Upaya ketiga adalah pendekatan pelaku usaha. Di Sumatra Utara, pelaku ekonomi terbesar adalah UMKM. Persentasenya mencapai 98 persen.

Oleh karena itu, kata Naslindo, sudah seharusnya pelaku UMKM memeroleh berbagai intervensi kebijakan dari pemerintah. Seperti mendorong kemitraan, menciptakan kemudahan usaha, memberi bantuan stimulus serta membangun ekosistem yang produktif.

Saat ini, Pemprov Sumatra Utara sudah memberi berbagai program pembiayaan yang murah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta penjaminan kredit. Selain itu, pemerintah provinsi juga mendorong pelaku UMKM untuk merambah dunia pemasaran digital. Sehingga cakupan produksi maupun pemasarannya bisa lebih luas.

"Ketiga strategi ini apabila kita padukan, di samping dengan program pembangunanq infrastruktur seperti jalan dan jembatan, yang sedang diinisiasi gubernur, kami optimis pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh pada rentang 3,7 persen sampai 4 persen pada 2022," kata Naslindo.

Pada masa Ramadan dan Lebaran tahun ini, Bank Indonesia memperkirakan total kebutuhan uang kartal di Sumatra Utara mencapai Rp5,25 triliun. Perkiraan tersebut tercatat lebih tinggi dibanding tahun lalu.

Hingga sepekan jelang Lebaran, uang kartal yang telah didistribusikan sudah mencapai Rp3,27 triliun atau lebih dari 50 persen dari perkiraan.

"Bank Indonesia senantiasa berupaya menjaga ketersediaan dan kualitas uang yang beredar. Khususnya memasuki periode HBKN," ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara Doddy Zulverdi.

Di tengah perlemahan ekonomi global, Bank Indonesia memperkirakan pemulihan ekonomi nasional tetap berlangsung pada 2022. Meski begitu, laju pertumbuhan diprediksi sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan akan berada pada angka 4,5 persen hingga 5,3 persen, lebih rendah dari proyeksi awal yang sebesar 4,7 persen hingga 5,5 persen. Hal ini dipengaruhi oleh volume ekspor yang tertahan seiring kondisi ekonomi dan volume perdagangan global.

"Namun demikian, sejumlah indikator ekonomi domestik seperti mobilitas masyarakat dan penjualan eceran masih mengindikasikan pemulihan. Di sisi lain, tingkat inflasi tetap terkendali di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat," kata Doddy.

Sejalan dengan ekonomi nasional, pemulihan ekonomi Sumatra Utara juga terus berlangsung pada 2022 meski secara gradual. Pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara diperkirakan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, yakni di kisaran 3,7 persen hingga 4,5 persen.

"Didorong oleh terus meluasnya vaksinasi yang dapat mendorong mobilitas dan konsumsi masyarakat, serta tetap tingginya harga komoditas utama yang dapat menjaga kinerja ekspor Sumatra Utara," kata Doddy.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper