Bisnis.com, PEKANBARU-- Pekan lalu, dua pelaku industri kelapa sawit terdepan yaitu Musim Mas Group dan Sinar Mas Agribusiness and Food bersama-sama menyelenggarakan lokakarya dan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) kedua bagi para pemasok di Langsa dan Kuala Simpang, Aceh.
Wahyu W. Wijayanti, Head of Traceable and Transparent Production, Sinar Mas Agribusiness and Food memaparkan lokakarya tersebut menekankan pentingnya kepatuhan para pemasok terhadap kebijakan keberlanjutan.
"Lokakarya kolaboratif kedua ini diadakan selama dua hari dan diikuti oleh 55 peserta yang terdiri dari perwakilan pabrik pemasok, pedagang dan petani setempat, pejabat pemerintah, serta organisasi masyarakat sipil," ujarnya dalam siaran pers Jumat (8/4/2022).
Lokakarya kolaboratif ini memungkinkan kedua Perusahaan menjangkau para pemasok di luar rantai pasok dari kedua Perusahaan. Sangatlah penting bagi semua pemangku kepentingan, termasuk petani, pemerintah daerah, dan organisasi masyarakat sipil, untuk berpartisipasi dan mendukung upaya tersebut. Kemitraan bagi area landskap prioritas sangatlah penting untuk mendorong transformasi industri dalam skala besar.
Lokakarya kolaboratif kali ini membahas tiga topik utama – Pemenuhan terhadap Nihil Deforestasi, Nihil Gambut, dan Nihil Eksploitasi (No Deforestation, No Peat, and No Exploitation/NDPE), sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Kemamputelusuran hingga ke kebun (Traceability to the Plantation/TTP). Melalui sesi-sesi tersebut, peserta memperoleh wawasan tentang pentingnya kepatuhan NDPE dan sertifikasi ISPO untuk keberlanjutan bisnis secara jangka panjang.
Dampak kepatuhan NDPE terhadap penerimaan produk minyak kelapa sawit Indonesia di pasar global juga dibahas dalam lokakarya tersebut beserta pentingnya transparansi dan komunikasi yang baik terkait kepatuhan NDPE.
Sesi pertama berisi pengenalan Kebijakan NDPE sebagai landasan sertifikasi ISPO, dan bagaimana NDPE menjadi persyaratan global. Sesi ini juga membahas sistem pemantauan deforestasi dan pengelolaan keluhan.
Sesi kedua adalah pengenalan pemasok terhadap sistem sertifikasi ISPO serta manfaatnya bagi perusahaan dan petani kecil. Sesi ini juga membahas korelasi antara capaian sertifikasi ISPO dan kepatuhan terhadap Kebijakan NDPE yang menjadi kunci meningkatkan akses ke pasar global.
Sesi terakhir menekankan pentingnya Kemamputelusuran Hingga ke Perkebunan untuk memastikan kepatuhan NDPE sehingga proses identifikasi asal usul buah dapat dilakukan dengan tepat. Sesi ini juga menjelaskan pemantauan deforestasi menggunakan sistem pemantauan satelit. Pemasok didorong menggunakan platform yang dapat diakses publik secara mandiri.
Di akhir lokakarya, Musim Mas dan Sinar Mas Agribusiness and Food mencoba memahami persepsi dan tingkat komitmen pemasok di Aceh terhadap Kebijakan NDPE, serta rencana mereka menuju sertifikasi ISPO. Melalui sesi Diskusi Kelompok Terpumpun, para peserta berbagi perspektif mereka dan menemukan kesepakatan bersama bahwa semua pemangku kepentingan, tidak hanya perusahaan dan petani kecil, harus bahu-membahu dalam mencapai tujuan industri kelapa sawit yang berkelanjutan.
Olivier Tichit, Direktur Keberlanjutan Musim Mas mengatakan antusiasme yang ditunjukkan oleh para peserta mencerminkan betapa pentingnya lokakarya di area rantai pasok. Lokakarya adalah elemen kunci “Strategi Aceh” untuk berkontribusi pada produksi pertanian berkelanjutan. Lokakarya semacam ini mendorong penerapan konsep NDPE dan bagaimana hal tersebut dapat direalisasikan oleh pabrik, pedagang lokal, dan petani.
"Diskusi yang berlangsung sangat terbuka dan hidup; hal ini menunjukkan rasa percaya yang telah terbangun selama lokakarya berlangsung. Kami senang dapat bekerjasama kembali dengan Sinar Mas Agribusiness and Food di lanskap penting yaitu Aceh. Kami percaya perusahaan minyak kelapa sawit harus berkolaborasi untuk rantai pasokan yang bebas deforestasi dan eksploitasi,” ujarnya.
Wahyu W. Wijayanti menambahkan lokakarya bersama Musim Mas ini merupakan komitmen pihaknya untuk mendorong terwujudnya
transformasi industri kelapa sawit berkelanjutan. Pihaknya tidak hanya mensosialisasikan persyaratan NDPE, tetapi juga mendengarkan dan melibatkan pemangku kepentingan mengatasi tantangan mereka dalam menerapkan praktik keberlanjutan.
"Harapan kami, kegiatan ini dapat membuka peluang bagi program-program lain untuk dilakukan dalam mendukung rantai pasok kami dengan menerapkan Good Agronomy Practice (GAP), Best Management Practice (BMP), dan memperoleh sertifikasi baik bagi perusahaan maupun petani kecil.”