Bisnis.com, MANDAILING NATAL - Sejak proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Marapi mulai beroperasi pada 2016 silam, sejumlah warga Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara, mengalami penderitaan.
Warga kini seolah sudah terbiasa mengalami pusing dan mulai akibat menghirup gas beracun Hidrogen sulfida (H2S).
Keracunan massal sudah kerap terjadi. Pada 2021 lalu, lima orang tewas dan puluhan lainnya dirawat di rumah sakit. Teranyar, setidaknya 58 orang mengalami nasib serupa.
"Sesudah mereka (proyek) ada, kepala warga sering pusing. Kalau trauma masyarakat ya banyak lah," ujar warga setempat, Mukhlis Nasution, kepada Bisnis, Selasa (15/3/2022).
Desa Sibanggor Julu hanya berjarak sekitar 397 meter dari lokasi uji sumur dalam proyek PLTP Sorik Marapi. Desa ini dihuni 460 kepala keluarga dari ribuan jiwa sekaligus permukinan terakhir sebelum puncak gunung api Sorik Marapi.
Bentuk permukiman warga di Desa Sibanggor Julu memiliki keunikan sendiri. Kesan tradisional terasa begitu kental saat melihat atap-atap rumah mereka, yakni menggunakan ijuk. Berada di kawasan kaki gunung membuat udara desa ini terasa sejuk dan pepohonan membuatnya masih asri.
Menurut Mukhlis, desa tradisional tersebut sudah ada sejak ratusan tahun. Generasi mereka pun sudah turun-menurun hidup di sini dengan damai sebelum semuanya berubah pada 2016 lalu atau setelah pemerintah menetapkan PLTP Sorik Marapi sebagai bagian dari proyek strategis nasional.
PLTP ini dikembangkan oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power (PT SMGP). Kapasitas totalnya menghasilkan listrik 240 MW. Saham mayoritas PT SMGP dikuasai oleh KS Orka Renewables Pte Ltd. Jumlahnya mencapai 95 persen. Perusahaan ini berbasis di Singapura.
Kedatangan mereka ke sekitar Desa Sibanggor Julu bukan tanpa perlawanan. Setelah mendengar rencana pembangunan proyek itu, tak sedikit warga yang menolak.
Bahkan saat awal bergulir, sempat terjadi aksi pemblokiran Jalan Lintas Sumatra hingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Alasan masyarakat yang kontra terhadap keberadaan proyek ini bukan tanpa sebab. Selain khawatir bakal tergusur dari kampung sendiri, warga juga takut nyawanya terancam akibat dampak dari pengerjaan proyek. Sebab, jarak desa dengan area proyek relatif dekat.
Seiring bergulirnya waktu, perbedaan pandangan menyebabkan suara warga desa terbelah. Sebagian dari mereka yang sebelumnya menolak kini justru pasrah dan bahkan mendukung, tentunya akibat berbagai alasan. Menurut Mukhlis, setidaknya sudah 20 persen warga yang sudah menjual tanahnya.
Walau sebagian dari warga kini telah menjual tanahnya, lain cerita dengan Mukhlis. Dia kukuh akan mempertahankan kampung halaman itu meski nantinya diiming-imingi sesuatu. Mukhlis bahkan menyatakan menolak jika proyek PLPT Sorik Marapi yang dikelola PT SMGP dilanjutkan.
"Kalau saya pribadi ditanya, ya sepakat ditutup saja perusahaan itu. Karena kita sudah dari dulunya tinggal di sini, masak mau bawa bencana buat masyarakat," kata Mukhlis.
Pada Minggu (6/3/2022) lalu, setidaknya 58 warga Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara, keracunan gas H2S.
Gas beracun itu diduga berasal dari kegiatan uji sumur AAE-05 pada proyek PLTP yang dikelola PT SMGP.
Tragedi keracunan massal bukan kali pertama terjadi. Pada Januari 2021 lalu, 49 orang juga jadi korban keracunan. Lima di antaranya bahkan meninggal dunia. Sebagian dari korban tewas merupakan anak-anak. Tak sampai di situ, keracunan juga dialami dua warga pada Mei 2021.
Akan tetapi, akhir kasus tewasnya warga pada tahun lalu hanya berujung damai. Kini, kasus keracunan massal 58 warga Desa Sibanggor Julu ditangani oleh Polda Sumatra Utara.
Pada Senin (14/3/2022), digelar musyawarah antara korban keracunan massal dengan pihak PT SMGP. Namun, musyawarah berakhir buntu tanpa kesepakatan. Warga angkat kaki dari lokasi musyawarah karena tidak puas dengan sikap perusahaan itu.
Setelah tak mencapai kesepakatan, warga beramai-ramai mendatangi area uji sumur PT SMGP di Well Pad T. Mereka menuntut agar pekerja menghentikan pengerjaan proyek tersebut.
Walau begitu, Kapolres Mandailing Natal AKBP Reza Chairul Akbar menyebut kondisi di wilayahnya tetap kondusif.
"Ya, situasi tetap kondusif," kata Reza kepada Bisnis.
Kepala Bidang Humas Polda Sumatra Utara Kombes Hadi Wahyudi membenarkan pihaknya mengambil alih penanganan perkara keracunan massal warga Desa Sibanggor Julu.
"Iya betul," kata Hadi.
Sementara itu, pihak PT SMGP tidak dapat dimintai keterangan terkait perkara ini.
Manager Community Development and Community Relations PT SMGP Nina Gultom memblokir panggilan seluler Bisnis sejak pemberitaan awak tentang tragedi keracunan massal dipublikasikan.
Akan tetapi, perusahaan itu sempat menerbitkan pernyataan yang membantah bahwa ulah mereka saat uji sumur untuk proyek PLTP Sorik Marapi menyebabkan keracunan massal kembali terjadi.
"Tidak ada indikasi atau bukti yang mendukung klaim paparan gas H2S dari sumur AAE-05 seperti yang telah dilaporkan," petikan surat pernyataan PT SMGP.