Bisnis.com, PALEMBANG – Bank Sumsel Babel menargetkan perolehan laba dapat tumbuh 9 persen pada tahun 2022 dengan fokus pada bisnis perbankan.
Direktur Utama Bank Sumsel Babel Achmad Syamsudin mengatakan pihaknya optimistis target laba tersebut bisa tercapai.
“Fokusnya ke bisnis [bank], tidak hanya melihat pendapatan bunga, tetapi juga menggali fee based income,” katanya usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahun buku 2021, Senin (7/3/2022).
Syamsudin mengatakan optimisme itu juga bercermin pada kinerja perusahaan sepanjang tahun 2021, di mana laba bank pembangunan daerah (BPD) itu tercatat tumbuh signifikan sebesar 14,55 persen atau senilai Rp485,29 miliar dibandingkan tahun sebelumnya.
Dia memaparkan selama ini peningkatan laba perusahaan cenderung ditopang kenaikan pendapatan bunga. Pada tahun lalu, pendapatan bunga Bank Sumsel Babel naik 5,06 persen sementara beban bunga juga turun sebesar 5,04 persen.
“Tak hanya itu dari sisi operasional juga mendukung peningkatan laba. Di samping kami terus menyelesaikan kredit bermasalah,” katanya.
Sebagai bank yang kepemilikan sahamnya dipegang oleh seluruh pemerintah daerah di Sumsel dan Babel, laba yang dihasilkan BPD itu telah berkontribusi untuk pendapatan asli daerah (PAD).
Syamsudin mengemukakan pihaknya berkomitmen untuk membagikan dividen yang disetor ke kas daerah.
“Pembagian dividen ini terus tumbuh seiring peningkatan laba, untuk tahun buku 2021 Bank Sumsel Babel membagikan dividen senilai Rp242,65 miliar,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan Pemprov Sumsel mengapresiasi kinerja Bank Sumsel Babel yang turut menyumbang PAD bagi pemda.
“Kinerja BPD itu parameternya dari laba, dan selaku pemegang saham pengendali kami menilai sudah sesuai,” katanya.
Namun demikian, gubernur mengimbau agar Bank Sumsel Babel tetap berkomitmen dalam memenuhi kebutuhan jasa keuangan bagi masyarakat di provinsi tersebut.
“Jadi bukan sekadar mereknya saja Sumsel Babel, tetapi betul-betul dimiliki oleh masyarakat di sini. Bank ini harus tahu potensi dan karakteristik masyarakat, terutama pelaku usaha,” paparnya.
Apalagi, Deru menilai, persaingan industri jasa keuangan semakin sengit dengan kehadiran layanan nonbank, yakni perusahaan teknologi finansial.