Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS: Orang Miskin di Sumut Capai 1,27 Juta Jiwa

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara, persentase penduduk miskin tercatat 9,01 persen pada Maret 2021. Sedangkan pada September 2021 menjadi 8,49 persen. Sehingga penurunannya mencapai 0,52 poin.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, MEDAN - Angka kemiskinan di Sumatra Utara mengalami penurunan pada September 2021.

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara, persentase penduduk miskin tercatat 9,01 persen pada Maret 2021. Sedangkan pada September 2021 menjadi 8,49 persen. Sehingga penurunannya mencapai 0,52 poin.

Dengan demikian, angka kemiskinan di Sumatra Utara setara dengan 1,27 juta jiwa pada September 2021, atau berkurang sekitar 70,8 ribu jiwa dalam satu semester terakhir.

"Sebenarnya juga turun dibandingkan September 2020 maupun kondisi Maret 2020. Bahkan sebenarnya kondisi September 2021 ini menjadi yang paling rendah dan juga masih bertahan di satu digit," ujar Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Sumatra Utara Azantaro, Kamis (3/2/2022).

Menurut Azantaro, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar atau basic needs approach untuk mengukur tingkat kemiskinan di Sumatra Utara.

"Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan," ujar Azantaro.

Azantaro mengatakan, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat sebesar 8,68 persen pada September 2021 lalu. Sedangkan di daerah pedesaan sebesar 8,26 persen.

Untuk daerah perkotaan, persentase penduduk miskin tercatat mengalami penurunan sebesar 0,47 poin jika dibandingkan Maret 2021. Sedangkan daerah pedesaan berkurang sebesar 0,58 poin.

Garis Kemiskinan pada September 2021 tercatat sebesar Rp537.310,00 per kapita per bulan. Jumlah ini terdiri atas komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp404.860,00 atau 75,35 persen dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp132.451,00 atau 24,65 persen.

Pada periode Maret 2021 hingga September 2021, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukkan penurunan. Sebaliknya, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sedikit meningkat.

P1 turun dari 1,522 pada Maret 2021 menjadi 1,450 pada September 2021. Sedangkan P2 naik dari 0,376 menjadi 0,382.

Menurut Azantaro, hal itu mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung meningkat dan semakin mendekati garis kemiskinan. Penurunan kedalaman kemiskinan juga terjadi pada Maret 2021 lalu.

"Keadaan sebaliknya pada tingkat ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin sedikit meningkat, dimana pada periode Maret 2021 sempat menurun," katanya.

Berdasar catatan BPS, terdapat beberapa faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kemiskinan di Sumatra Utara pada periode Maret-September 2021.

Faktor pertama adalah pandemi Covid-19 yang berkelanjutan. Hal ini sangat berdampak pada perubahan perilaku serta aktivitas ekonomi penduduk, sehingga mempengaruhi angka kemiskinan.

"Tetapi pada September 2021 mulai menunjukkan perbaikan," kata Azantaro.

Faktor kedua adalah pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara. Perkonomian Sumatra Utara Triwulan III 2020 terhadap Triwulan IV 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 3,67 persen (yoy). Angka ini jauh meningkat dibanding capaian Triwulan III 2020 yang pertumbuhannya terkontraksi sebesar 2,6 persen (yoy).

Faktor ketiga adalah inflasi. Selama periode Maret-September 2021, angka inflasi umum tercatat sebesar 0,82 persen. Sedangkan faktor yang terakhir adalah catatan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Triwulan III 2021 yang tumbuh sebesar 3,26 persen (yoy).

Menurut Deputi Kepala Bank Indonesia Sumatra Utara Ibrahim, perkembangan indikator ekonomi Sumatra Utara pada Desember 2021 mengindikasikan akselerasi proses pemulihan.

Antara lain mobilitas masyarakat, penjualan eceran, dan keyakinan konsumen. Sehingga secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2021 diprakirakan tetap berada dalam kisaran 3,2-4,0 persen.

Adapun pertumbuhan ekonomi pada 2022 diprakirakan meningkat ke kisaran 4,7-5,5 persen. Prediksi ini sejalan dengan akselerasi vaksinasi, akselerasi konsumsi swasta dan investasi, dan tetap terjaganya belanja fiskal pemerintah dan ekspor.

"Meskipun kenaikan kasus Covid-19 varian Omicron berpotensi menghambat mobilitas, indikator terkini menunjukkan perbaikan kondisi ekonomi, tercermin dari tetap tingginya harga komoditas utama, indeks keyakinan konsumen yang meningkat, dan perbaikan indeks penjualan riil," kata Ibrahim.

Optimisme ini, lanjut Ibrahim, juga berasal dari pelaku usaha hasil Liaison yang memperkirakan adanya peningkatan permintaan ekspor, permintaan domestik, maupun investasi.

Hal itu ditengarai berasal dari menguatnya harga komoditas utama di pasar internasional, kinerja ekspor-impor yang menguat, dan perbaikan PMI negara mitra dagang. Terutama Jepang, AS, dan India.

"Pada keseluruhan tahun 2021, ekonomi Sumut diprakirakan akan terakselerasi dengan range pertumbuhan 2,5-3,3 persen," kata Ibrahim.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper