Bisnis.com, PALEMBANG – Perkumpulan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumatra Selatan mendorong akselerasi rantai nilai halal (halal value chain) guna mendukung pengembangan ekonomi syariah di Tanah Air.
Ketua Umum Perkumpulan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumatra Selatan Achmad Syamsudin mengatakan halal value chain bisa diterapkan di sejumlah industri, antara lain makanan dan minuman, pariwisata, fesyen, serta media dan rekreasi.
“Semua pihak terlibat dalam upaya akselerasi halal value chain ini,” ujarnya saat menjadi pembicara Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis Syariah 2021 dengan tema “Akselerasi Halal Value Chain untuk Kemajuan Bisnis Syariah di Indonesia” di Universitas Muhammadiyah Palembang, Kamis (4/11/2021).
Rantai nilai halal (halal value chain) adalah rangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai tambah pada setiap proses yang meliputi produksi, distribusi, dan pemasaran barang dan/atau jasa sampai ke tangan konsumen, yang memenuhi aspek kepatuhan terhadap nilai dan prinsip dasar syariah.
Dia menuturkan ekosistem usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mulai dari pemasok, perbankan, pembina, hingga konsumen. Adapun pembinanya terdiri dari pemerintah, MES, perguruan tinggi, pesantren, dan masjid.
Direktur Utama Bank Sumsel Babel ini mencontohkan aktivitas yang telah dilakukan bank yang dipimpinnya dalam pengembangan UMKM halal, yakni bekerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Pempek Palembang.
Dalam pengembangan ekonomi halal, pengusaha pempek itu melakukan sejumlah langkah, seperti standardisasi kualitas, peningkatan kualitas kemasan, kebersihan, dan pemasaran.
“Soal pembinaan itu mungkin bisa dilakukan, namun akses pasar ini kita harus betul-betul berusaha agar produk yang dipasarkan tepat sasaran,” tuturnya.
Adapun Bank Sumsel Babel melakukan pendanaan dan inovasi pembayaran melalui QRIS, serta mendorong penerapan sertifikasi halal bagi UMKM.
“Permasalahannya banyak masyarakat yang tidak tahu apa itu ekonomi syariah sehingga perlu edukasi terus-menerus,” tegasnya.
Sebagai informasi, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) merupakan organisasi nirlaba yang bertujuan untuk mengembangkan dan mempercepat penerapan sistem ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. MES menjadi wadah yang inklusif dalam menghimpun seluruh sumber daya yang ada dan membangun sinergi antar pemangku kepentingan.
Hari Widodo, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumsel, menambahkan penerapan halal value chain harus benar-benar ketat. Dia mencontohkan meskipun produk yang dihasilkan itu termasuk produk halal, tetapi bila menggunakan fasilitas kredit dari bank konvensional, maka itu tidak termasuk halal value chain.
Dia mengatakan strategi yang bisa dilakukan dalam pengembangan halal value chain, antara lain membangun halal hub di beberapa daerah dengan menyesuaikan keunggulan komparatif masing-masing daerah, mengembangkan standar halal yang efektif dan diterima di seluruh dunia, dan menggiatkan kampanye gaya hidup halal.
“Selain itu, strategi selanjutnya adalah program insentif bagi industri lokal dan global untuk berinvestasi dalam mendukung perkembangan industri rantai nilai halal, serta membangun pusat halal internasional untuk memperkuat kerja sama antarnegara,” ujarnya.
Pada perkembangan lain, sektor utama rantai nilai halal produk Indonesia tumbuh positif meski pandemi Covid-19 masih berlangsung. Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, rantai nilai halal tersebut tumbuh di atas pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional.
“Pertumbuhan sektor utama halal value chain atau rantai nilai halal seperti pertanian dan makanan tetap tumbuh positif dan berada di atas pertumbuhan PDB nasional,” kata Ma'ruf di acara Indonesia Sharia Summit 2021, Rabu (22/9/2021).
Pertumbuhan sektor HVC pada tahun 2020, kata dia, mencapai -1,72 persen. Nilai tersebut lebih baik dibandingkan PDB Indonesia yang pernah tumbuh mencapai -2,07 persen.
“Bank Indonesia menyebut pertumbuhan sektoral ini diperkuat oleh peningkatan konsumsi belanja masyarakat secara daring saat pandemi Covid-19,” ujar Ma'ruf.
Konsumsi belanja tersebut banyak terjadi pada pembelian produk-produk halal, yang didominasi produk fashion muslim dan kosmetik halal. Selain itu, permintaan pasar atas komoditas pangan selama pandemi juga terus membaik. Terutama di sektor pertanian dan makanan halal.
“Sebanyak 24% dari aktivitas usaha nasional ditopang oleh pasar sektor HVC,” kata dia. Begitu pun dengan nilai ekspor bahan makanan halal Indonesia. Pada tahun 2019, nilai ekspor bahan makanan halal dalam negeri mencapai 15 persen dari nilai ekspor makanan halal global atau sekitar US$30 miliar dari total ekspor global sekitar US$200 miliar.
Sementara pada 2020, nilai ekspor bahan makanan halal Indonesia tumbuh sebesar 17% dari nilai ekspor global atau sekitar US$34 miliar dari total nilai ekspor global sebesar US$200 miliar. “Pemerintah akan terus memperkuat ekosistem rantai nilai halal Indonesia melalui peningkatkan kapasitas pelaku usaha syariah,” kata dia.
Peningkatan kapasitas pelaku usaha syariah tersebut dilakukan melalui penguatan ekosistem HVC sektor pertanian terintegrasi, makanan halal, serta fesyen muslim, antara lain dengan implementasi smart farming berbasis kelompok pesantren, pelaksanaan program Industri Kreatif Syariah (IKRA), pelaksanaan Indonesia Industrial Moslem Exhibition (ii-Motion), serta pemberdayaan unit usaha pesantren bersama pemangku kepentingan industri keuangan syariah.