Bisnis.com, PADANG - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menginginkan perikanan ekspor secara nasional agar terus dikembangkan.
Selain turut memberikan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang cukup besar, Indonesia juga mempunyai peluang besar untuk mengekspor hasil perikanannya.
"KKP melihat potensi pasar perikanan dunia mencapai 162 miliar dolar, sehingga Indonesia berpeluang untuk mengekspor hasil perikanannya," kata Sakti Wahyu Trenggono saat meninjau Pelabuhan Perikanan Samudera, Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, Sumatra Barat, Rabu (2/6/2021)
Untuk itu KKP berharap kepada pemerintah daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan untuk melakukan pembinaan dari hulu hingga ke hilir kepada para nelayan dan usaha tambak. Sehingga upaya untuk menggenjot perkembangan perikanan ekspor tidak sekedar serimoni semata.
"Silakan jika ada masyarakat di daerah langsung yang ingin jadi eksportirnya. Artinya Indonesia yang memiliki potensi laut yang besar, jika perikanan dimaksimalkan, maka perekonomian perikanan pun bakal terus membaik pula," kata Sakti Wahyu Trenggono dalam kunjungan kerja di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Padang, Sumbar, Rabu (2/6/2021).
Diakuinya melihat Sumbar memiliki potensi perikanan yang besar, juga menjadi alasannya untuk hadir secara perdana dalam kunjungan kerjanya ke Sumbar.
Dia ingin melihat langsung kondisi sesungguhnya tentang berbagai potensi perikanan di Sumbar. Menurutnya, kunjungan tersebut penting sebagai dasar menentukan langkah dan program apa yang tepat bagi Sumbar ke depan.
"Bagus sekali di Sumbar sudah ada perusahaan ikan tuna, tapi skalanya saya lihat masih kecil. Industri ini yang akan kita dorong. Dari sisi nelayan, bagaimana alat tangkapnya bisa ditingkatkan sehingga pada akhirnya nilai tukarnya jadi lebih baik dan kesejahteraannya meningkat," sebutnya usai mengunjungi PT Dempo Andalas Samudera.
Dia menjelaskan adanya keinginan itu, juga telah dimasukan ke dalam program untuk pengembangan dan peningkatan budidaya yang orientasi ekspor. Salah satu potensi budidaya yang bagus di Sumbar adalah potensi kerapu dan ini yang harus dikembangkan.
"Program lainnya adalah budidaya dengan kearifan lokal, yakni dengan menciptakan atau mengembangkan kampung-kampung perikanan dengan skala besar. Misal kampung nila atau gurame. Kedua jenis ikan ini kata Sakti, juga berpotensi di Sumbar," ungkapnya.
Dia menjelaskan untuk potensi pasar perikanan dunia terbilang cukup besar yakni mencapai 162 miliar dolar. Artinya Indonesia berpeluang untuk mengekspor hasil perikanannya, dan tentunya jenis perikanan yang diekspor memiliki kualitas yang baik.
Seperti halnya di Sumbar, ada ikan kerapu yang telah lebih dahulu di ekspor ke Hongkong. Budidaya ikan kerapu sendiri dibudidaya di kawasan Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan.
Untuk ikan kerapu diharapkan, kedepannya tidak hanya ada di Kabupaten Pesisir Selatan saja. Sebaiknya daerah perairan di Sumbar lainnya juga bisa melakukan budidaya ikan kerapu tersebut
Sementara itu, Kepala DKP Sumbar Yosmeri menambahkan untuk ekspor kerapu di Sumbar memang telah lama di ekspor. Namun sempat terhenti akibat kebijakan pemerintah dahulunya serta adanya pandemi Covid-19, kini ekspor ikan kerapu hidup di Provinsi Sumbar kembali dimulai pada akhir bulan November 2020 kemarin.
"Jadi untuk ekspor ikan kerapu di Sumbar itu, ada kapal dari Hong Kong yang langsung menjemput ke Mandeh Pesisir Selatan. Karena ikan kerapu yang dijual itu dalam kondisi hidup," sebutnya.
Dia menyebutkan di Sumbar, jumlah ikan kerapu yang akan diekspor itu diperkirakan mencapai 15-18 ton. Ada dua jenis ikan kerapu hasil budidaya masyarakat yang akan diekspor itu, yakni ikan kerapu cantik dan ikan kerapu bebek.
Ikan kerapu yang akan diekspor itu bukanlah semuanya dari hasil petani di Pesisir Selatan saja, tetapi juga datang dari hasil panen ikan kerapu di daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Karena saat ini hanya dua daerah di Sumbar yang masih bertahan untuk menjalankan usaha budidaya ikan kerapu tersebut. Padahal sebelumnya Sumbar memiliki banyak usaha keramba budidaya ikan kerapu seperti di Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat dan di Kota Padang.
Namun ketika dulu itu ada aturan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yang melarang kapal asing masuk ke Indonesia, membuat banyak pelaku usaha budidaya ikan kerapu kehilangan pasar. Hingga akhirnya banyak petani di sana yang urung melanjutkan usaha budidaya ikan kerapu nya.
"Kalau di Sumbar ini hanya 4 daerah yang cocok untuk melakukan budidaya ikan kerapu dari 7 daerah yang memiliki pantai, yakni di Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai," ujarnya.
Kondisi yang terjadi Kabupaten Pasaman Barat juga terjadi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, dimana petani di sana juga tidak tertarik untuk mengembangkan usaha budidaya ikan kerapu nya.
Sehingga hanya di Mandeh yang masih bertahan untuk membudidaya ikan kerapu nya. Serta diikuti oleh petani ikan kerapu di Kota Padang juga ada beberapa yang masih bertahan.
Menurut Yosmeri dengan telah dimulainya ekspor ikan kerapu pada akhir November 2020 itu, telah memberikan angin segar bagi petani ikan kerapu di Sumbar, karena telah cukup lama kehilangan pasar ekspor.
Dia berharap dengan telah dimulainya ekspor ikan kerapu ini, kepada masyarakat yang selama ini memiliki tambak-tambak ikan kerapu yang diabaikan saja, semoga diurus kembali serta dimulai lagi menebar benih ikan kerapu nya.
"Sekarang pemerintah terus berupaya untuk melakukan pemulihan ekonomi masyarakat (PEN) saya harapkan keberadaan telah dibukanya ekspor ke Hong Kong bisa dimanfaatkan sebaik mungkin," harapnya. (k56).