Bisnis.com, PEKANBARU – Pada era yang makin kompetitif saat ini, lulusan perguruan tinggi tak hanya dituntut menguasai keterampilan teknis (hard skill) sesuai bidang yang dipelajari. Mereka juga diharapkan memiliki keterampilan non-teknis (soft skill) untuk mendukung terciptanya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang profesional.
Untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya soft skill di kalangan mahasiswa, Pusat Pengembangan Karir dan Kewirausahaan Universitas Riau (P2K2 Unri), dengan dukungan penuh dari PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI), menyelenggarakan seminar dan lokakarya Pembentukan Karakter (Character Building) di Pekanbaru pada Rabu (17/2).
’’Perguruan tinggi diharapkan tidak hanya membangun kompetensi secara teknis, namun juga berkontribusi terhadap pembentukan karakter mahasiswanya,” ungkap Prof. Dr. Zulkarnain, SE., MM., Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unri, sebelum membuka acara secara resmi.
Seminar dan lokakarya ini menghadirkan tiga narasumber yang kompeten dan sangat berpengalaman. Mereka adalah VP External Affairs PT CPI Hasyim M. Nur yang mewakili kalangan profesional; CEO Medika Indonesia yang juga seorang social entrepreneur dr. Gamal Albinsaid; dan Solver Agung Purnomo yang merupakan seorang genetikolog.
Kegiatan dilaksanakan secara hybrid, kombinasi antara daring dan luring. Sekitar 250 peserta bergabung secara virtual, sedangkan sekitar 40 perwakilan organisasi mahasiswa di lingkungan Unri hadir langsung di lokasi acara. Selaian mahasiswa, para peserta berasal dari beragam latar belakang pekerjaan, di antaranya tenaga pendidik, ASN, profesional, dari berbagai wilayah di Indonesia.
Sebagai pembicara pertama, Hasyim menyampaikan pemaparan berjudul Bangun Karaktermu, Raih Sukses dalam Karir. Dia menjelaskan tentang karakter-karakter unggul di dunia kerja berdasarkan pengalaman profesionalnya di industri minyak dan gas selama sekitar 30 tahun terakhir.
”Dunia kerja maupun wirausaha semakin kompetitif karena sumber daya yang semakin terbatas dan tuntutan perkembangan digitalisasi. Keterampilan non-teknis akan meningkatkan daya saing para calon lulusan perguruan tinggi,” tutur Hasyim.
Keterampilan non-teknis merupakan atribut dan ciri kepribadian seseorang yang memengaruhi hubungan interpersonal. Keterampilan non-teknis dapat dibangun dengan cara membiasakan diri untuk menerapkan karakter-karakter unggul dalam kehidupan sehari-hari maupun berorganisasi.
Perilaku (attitude) baik yang dijalankan secara konsisten akan melahirkan karakter yang kuat. Karakter unggul di antaranya jujur dan fair play, disiplin, bertanggung jawab, team player, proaktif, strategis, kreatif, pembelajar, pemecah masalah.
Pada sesi kedua, dr. Gamal menyampaikan materi berjudul Membangun Pribadi Muda Mendunia. Dia menjelaskan bahwa generasi muda harus mampu mengenali potensi diri sesuai dengan minat. ’’Apabila kita menekuni sesuatu yang sesuai dengan potensi diri, minat, dan mampu menjawab permasalahan di masyarakat, hal tersebut dapat menimbulkan manfaat dan makna yang sangat besar bagi hidup kita maupun masyarakat di sekitar kita,” tutur dokter yang telah meraih 11 penghargaan internasional tersebut.
Sementara itu Solver Agung Purnomo, seorang genetikolog yang menjadi pembicara ketiga, berbagi pengetahuan tentang teori genetika karakter manusia. Dia menjelaskan, dengan mengenali karakter diri masing-masing, kita dapat mendesain hidup menjadi lebih baik.
Melalui seminar dan lokakarya ini, para mahasiswa diharapkan termotivasi untuk mulai membangun karakter melalui beragam kegiatan baik di kampus maupun di masyarakat. Pengembangan keterampilan non-teknis ini sebaiknya dilakukan sedini mungkin ketika mulai memasuki perkuliahan. Sebab, keterampilan ini tidak bisa muncul secara instan.
Berdasarkan panduan kegiatan pusat karir Kemendikbud, terdapat empat poin utama yang harus dimiliki dan dikuasai oleh mahasiswa. Yakni, technical skill, application letter dan curriculum vitae, teknik wawancara, dan peningkatan kepribadian.