Bisnis.com, PALEMBANG – Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan mendorong pemerintah pusat untuk melakukan pembahasan g to g dengan Pemerintah Thailand terkait penolakan ekspor puluhan kontainer kelapa asal provinsi itu.
Plt Kepala Dinas Perdagangan Sumsel, Iwan Gunawan, mengatakan re-impor kelapa bulat dari Thailand tersebut menjadi pelajaran untuk eksportir komoditas itu.
“Mungkin ke depan harapannya ada MoU antara Indonesia dengan Thailand terkait kriteria kelapa bulat yang akan diekspor ke Thailand, seperti berapa toleransi panjang tunas yang tumbuh saat barang diterima,” katanya saat meninjau kontainer kelapa bulat re-impor di Pelabuhan Bom Baru Palembang, Selasa (19/11/2019).
Iwan mengatakan dorongan pembahasan bilateral tersebut berdasarkan usulan dari eksportir, yang komoditasnya ditolak Thailand, agar ada dukungan pemerintah secara g to g.
Saat ini, kata Iwan, Pemprov melalui Dinas Perdagangan akan mengirimkan surat kepada Kementerian Perdagangan.
Iwan menilai sebetulnya kelapa bulat asal Sumsel sudah layak ekspor dan memenuhi kriteria negara pembeli. Namun demikian, pihaknya menghargai jika Thailand menerapkan regulasi yang lebih ketat terhadap kelapa yang diterima.
Kepala Seksi Penyuluhan dan Informasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Palembang, Dwi Harmawanto, mengatakan pihaknya mencatat ekspor kelapa Sumsel sepanjang tahun ini mencapai 5.054 kontainer setara 94.070 ton.
“Sementara untuk ke Thailand sendiri mencapai 1.527 ton setara 37.106 ton. Nilai devisa dari ekspor itu sekitar US$6,25 juta,” katanya.
Selain ke Thailand, dia mengemukakan, kelapa Sumsel juga dipasarkan ke China, Vietnam, Singapura dan negara asia lainnya. Menurut dia, sejauh ini penolakan ekspor komoditas itu hanya berasal dari Thailand.
Sementara itu Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian, mengatakan kualitas kelapa bulat yang menurun lantaran tumbuh tunas dipengaruhi oleh faktor hulu.
“Proses dari pemetikan hingga pengiriman ke pasar ekspor itu memakan waktu hingga satu bulan. Lamanya di hulu mulai dari pemetikan sampai ke pedagang pengepul bisa 2 minggu—3 minggu,” ujarnya.
Rudi mengatakan petani masih melakukan proses hulu (pemetikan hingga pencabutan serabut kelapa) secara manual, sehingga memakan waktu lama.
Oleh karena itu, pihaknya berencana menerapkan mekanisasi untuk petani kelapa agar mempermudah penyiapan kelapa bulat.
Saat ini, Rudi menambahkan, produksi kelapa mencapai 5.000 butir per hektare. Adapun luasan kebun kelapa di Sumsel secara total mencapai 60.000 ha, di mana Kabupaten Banyuasin menjadi sentra dari perkebunan tersebut.