Bisnis.com, MEDAN— Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumatra Utara menilai di beberapa daerah Sumatra Utara, khususnya di titik wisata, masih potensial untuk penambahan hotel berstandar bintang.
Ketua PHRI Sumut Denny S. Wardhana mengatakan meski okupansi hotel di Sumatra Utara terhitung belum stabil, penambahan hotel berbintang masih terbuka. Ketersediaan hotel standar berbintang masih minim, khususnya di daerah wisata. Apalagi, sejak tahun lalu belum ada tambahan hotel baru berbintang.
“Di daerah titik wisata masih butuh hotel berbintang, untuk penambahan hotel saat ini masih dalam proses. Saat ini yang sudah ada penambahan satu hotel di daerah Sidempuan,” kata Denny kepada Bisnis, dikutip Minggu (13/10/2019).
Dia berharap okupansi atau tingkat keterisian kamar hotel di Sumut dapat meningkat 10 hingga 15 persen sampai dengan akhir tahun ini. Selama ini peningkatan masih di bawah rata-rata okupansi hotel sebesar 50 persen.
Denny mengatakan sampai September 2019 peningkatan keterisian kamar terbilang belum stabil. Hal tersebut masih dibayangi naiknya harga tiket pesawat rute domestik, sehingga banyak yang enggan untuk mencari hotel atau berwisata di Sumatra Utara.
Sebagai gambaran, dia menyebut bila dibandingkan tahun lalu, tahun ini cenderung lebih sepi karena konsumen yang sebagian besar merupakan institusi swasta juga pemerintah memilih mencari hotel di lain kota seperti kota di Jawa yang tak memerlukan biaya tinggi untuk tiket pesawat.
“Saat ini pertumbuhan tingkat okupansi belum stabil atau belum signifikan meskipun data BPS menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun lalu,” ujarnya.
Denny berharap aktivitas meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) atau petemuan, insentif, konvensi, dan pameran di Sumatra Utara dapat meningkat. Aktivitas tersebut tidak hanya mendongkrak okupansi melainkan juga meningkatkan rata-rata lama menginap (RLM).
Untuk itu, seluruh pemangku kepentingan di Sumut mulai dari pemkot, pelaku usaha wisata, PHRI, hingga masyarakat perlu mendorong penyelenggaraan acara besar baik di tingkat nasional ataupun internasional.
Sebelumnya Sumut kerap menjadi pilihan untuk melakukan pertemuan, pameran dan konvensi. Sayangnya, di tahun ini kegiatan cenderung lebih lengang.
“Peningkatan kerja sama dengan Asita dan pihak airlines untuk promo juga dibutuhkan,” tambahnya.
Menurut Denny, akibat harga tiket pesawat, tak heran bila tingkat keterisian kamar untuk hotel kategori bintang 3 dan di atasnya menurun.
Meski sebelumnya disebutkan bahwa harga tiket pesawat akan diturunkan, nyatanya belum terlihat kenaikan okupansi dari sekitar 250 hotel anggota PHRI Sumut.