Bisnis.com, BATAM - Pemerintah terus mendorong Badan Pengusahaan Batam untuk bisa menurunkan cost logistic yang selama ini dikeluhkan para pelaku usaha. Mahalnya biaya pengiriman barang dari Batam ke Singapura juga sebaliknya menjadi salah satu penghambat investasi.
Asisten Deputi Keuangan, Investasi dan Badan Usaha Kantor Sekretariat Wakil Presiden Ahmad Lutfie mengungkapkan pemerintah pusat memberikan perhatian serius terhadap pengembangan Batam. Waki Presiden Jusuf Kalla sebelumnya sudah beberapa kali turun langsung ke Batam.
"Kunjungan saya bersama tim untuk mengecek kendala yang dihadapi BP Batam dalam mengembangkan pelabuhan Batu Ampar," kata Lutfie, Minggu (22/9).
Letak Batam dinilai sangat strategis, berbatasan langsung dengan Singapura dan berada tepat di depan jalur perdangan internasional yang sangat padat. Namun, banyak potensi yang belum tergarap dengan baik selama ini. Oleh sebab itu pemerintah ingin Batam terus berkembang dan berdaya saing tinggi.
“Kita lihat pelabuhan Batuampar, potensinya sangat besar. Tiggal kemampuan pemerintah saja untuk mendorong pelabuhan ini bisa beroperasi lebih maksimal lagi,” kata Luthfie.
Isu biaya logistik yang tinggi di Batam saat ini memang masih dikeluhkan para pengusaha. Biaya logistik yang tinggi merupakan salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi.
BP Batam melalui Badan Pengelola Pelabuhan (BPP) Batam berupaya menyiasati tingginya biaya logistik dengan menyusun perencanaan jangka pendek, menengah hingga jangka panjang.
Direktur BPP Batam Nasrul Amri Latif mengatakan kendala tingginya biaya logistik di Batam tak terlepas dari beberapa hal di antaranya biaya freight yang tinggi. Di sisi lain fasilitas bongkar muat pelabuhan yang kurang dari standar kepelabuhanan, selain kesempatan pengembangan direct call serta transhipment yang belum tergarap.
"Hingga tata kelola logistik di pelabuhan yang masih dilakukan perusahaan logistik asal Singapura secara door-to-door," kata Nasrul.
Nasrul menyebutkan pihaknya sudah melakukan beberapa perencanaan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Dalam jangka pendek pihaknya berencana menurunkan biaya freight dari semula US$400 menjadi US$250 - US$280 untuk Batam-Singapura.
Juga akan diupayakan peningkatan fasilitas efisiensi kegiatan bongkar muat dengan menyediakan HMC (Harbour Mobile Crane), RTG (Rubber Tyred Gantry) dan HT (Head Truck). BP Batam juga berencana memperluas area container yard (CY) dari dua hektar menjadi 10 hektar dan rencana direct call ke China dan Afrika.
"Kami juga mendapat informasi dari Port of Singapore Authority (PSA) bahwa barge (tongkang) boleh sandar di Port of Singapore (PSA) yang akan kami jajaki untuk menekan biaya logistic,” jelas Nasrul.
Sedangkan rencana jangka menengah yang saat ini sedang dirancang BPP Batam yakni pengembangan pelabuhan transhipment hub dengan penataan manajemen pengelolaan pelabuhan dan optimalisasi dermaga utara Pelabuhan Batu Ampar.
Selain itu, ke depan, di pelabuhan Batuampar akan dilakukan integrasi pelayanan antarmoda pengangkutan untuk container dan kargo udara. "Serta pelayananan tranship dan transhipment untuk mendukung direct call yang akan tersedia hingga penyediaan fasilitas pelabuhan yang modern untuk layanan container, tanker, pergudangan, hunian, hingga pekantoran," kata Nasrul.
Untuk merealisasikan rencana tersebut dibutuhkan dukungan dari pemerintah pusat terkait pengelolaan dan pemanfaatan Pelabuhan Batuampar. nasrul berharap dengan peninjauan langsung ini pemerintah pusat dapat segera melakukan pengambilan keputusan terkait rencana pengembangan pelabuhan baik jangka pendek maupun menengah.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Batam Rafky Rasyid mengatakan sampai saat ini biaya logistik dari Batam ke luar negeri masih relatif mahal. Meskipun diakuinya sudah ada usaha dari BP Batam untuk melakukan efisiensi, menata sistem kepelabuhanan, dan melakukan modernisasi peralatan di pelabuhan.
Namun, lanjut Rafky, dampaknya belum begitu terasa pada penurunan tarif logistik di Batam. Pelaku usaha di Batam berharap penurunan tarif cepat direalisasikan supaya menjadi daya tarik bagi investor berinvestasi di Batam.
"Kita paham juga bahwa menata pelabuhan ini tidak mudah dan butuh proses dan butuh waktu. Tapi kita berharap bisa secepat mungkin untuk mendukung kegiatan investasi di Batam," kata Rafky.