Bisnis.com, JAKARTA – Pengembang properti mulai percaya diri memasarkan apartemennya di Kota Medan, salah satu besar dengan jumlah penduduk terpadat kelima di Indonesia. Namun, nyatanya pasar apartemen di Medan belum bakal semoncer pasar rumah tapak.
Hal itu disampaikan Manager Research & Consultancy Coldwell Banker Commercial Angra Angreni yang menyebutkan bahwa pasar apartemen di Medan hingga kuartal III/2019 berjalan ini justru semakin melambat.
Menurutnya, kekhawatiran investor setelah Pemilu dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada perubahan kebijakan pemerintah masih terus berlanjut sehingga mereka memilih untuk tetap wait and see.
“Pada dasarnya, apartemen tidak terlalu menarik untuk dijadikan alternatif investasi di Medan, saat ini apartemen tidak terlalu laku dan penyerapan cenderung semakin terbatas, karena investor cenderung memilih perumahan sebagai investasi atau ruko dan tanah,” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (9/9).
Beberapa proyek apartemen, kata Angra, bahkan proyek skala besar oleh pengembang nasional pun mengalami penundaan dalam progress konstruksi, hal ini dimungkinkan juga karena penyerapan yang saat ini sedang pada kondisi sangat rendah.
“Ada juga beberapa proyek yang awalnya merencanakan akan bangun beberapa tower, akhirnya hanya satu tower yang dipasarkan,” sambungnya.
Menurut risetnya, penyerapan pada hingga kuartal II/2019 hanya terjadi pada segmen menengah dan tidak ada kenaikan harga jual apartemen pada periode yang sama.
Kemudian, dari sisi pembeli, Angra juga menyebutkan kebanyakan pembeli adalah investor dan end-user untuk rumah kedua yang hanya akan dihuni sebagai tempat istirahat pada akhir pekan. Selain itu, tipe unit yang paling banyak diminati adalah yang ukuran besar atau minimal memiliki 2 kamar tidur.
Pasar utama apartemen di Medan, menurut riset Coldwell Banker adalah investor asal Medan sendiri. Menurutnya, bagi para investor, memilki apartemen bisa menambah kebanggaan tersendiri.
Selain itu, untuk di beberapa area tertentu, misalnya yang dekat dengan kampus atau dekat pusat kota, dan rumah sakit, apartemen yang diinvestasikan bisa mendapat keuntungan dari pasar sewa.
Untuk harga apartemen di Medan, Angra menyebutkan bahwa yang masih akan terserap adalah yang harganya di bawah Ro20 juta per meter persegi, walaupun terdapat juga apartemen dengan kelas lebih tinggi yang sudah menjual dengan harga Rp25 juta – Rp30jutaan per meter perseginya.
Sedangkan untuk ukuran lebih relatif, jika investor cenderung memilih Studio, sedangkan profil investor sekalian end user akan cenderung memilih unit minimal dengan dua kamar tidur.
Dengan minat masyarakat Medan yang masih tinggi pada properti rumah tapak, Angra menyebutkan sebaiknya pengembag lebih memperhatikan lagi konstruksi proyek, baik yang berhubungan dengan pengembang maupun perbankan, dan perpajakan.
“Dengan begitu bisa meningkatkan kepercayaan pembeli dan investor tidak perlu khawatir akan adanya koreksi dari pajak. Karena pemeriksaan oleh pajak ini juga termasuk menjadi alasan investor untuk bersikap wait and see. Misalnya, mereka sudah melakukan amnesty pajak, tapi ketika akan berinvestasi malah masih diribetkan oleh urusan pajaknya,” ujar Angra.