Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Amerika VS China Berdampak Positif Bagi Industri Cetakan Sarung Tangan Indonesia

Industri cetakan sarung tangan Indonesia bakal menangguk berkah dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China
(Kiri ke kanan) Presiden Komisaris PT Mark Dynamics Indonesia, Tbk, Chin Kien Ping; Direktur Utama Ridwan Goh; dan Direktur Keuangan Budi Muharsyah setelah melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Selasa (14/5/2019) malam, di Medan. Dalam RUPST, perseroan membagikan dividen Rp7 perlembar saham dengan total Rp26,2 miliar. JIBI/ Bisnis/M. Abdi Amna
(Kiri ke kanan) Presiden Komisaris PT Mark Dynamics Indonesia, Tbk, Chin Kien Ping; Direktur Utama Ridwan Goh; dan Direktur Keuangan Budi Muharsyah setelah melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Selasa (14/5/2019) malam, di Medan. Dalam RUPST, perseroan membagikan dividen Rp7 perlembar saham dengan total Rp26,2 miliar. JIBI/ Bisnis/M. Abdi Amna

Bisnis.com, MEDAN—Industri cetakan sarung tangan Indonesia bakal menangguk berkah dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China karena pergeseran pasar sarung tangan.

Presiden Direktur PT Mark Dynamics Indonesia Tbk. Ridwan Goh mengatakan penerapan tarif impor oleh Amerika Serikat kepada China bakal mengubah peta pasar sarung tangan di Amerika Serikat. Pasalnya, sarung tangan berbahan vinyl dan nitrile produksi China bakal menyusut dibandingkan dengan sarung tangan karet.

Sebagai gambaran, saat ini, China menguasai 44% impor sarung tangan ke Amerika Serikat. Perubahan itu, katanya, bakal berimbas pada perusahaan pencetak cetakan sarung tangan. Peran China sebagai pengekspor sarung tangan akan tergeser oleh Malaysia yang memproduksi sarung tangan karet.

Adapun, emiten berkode MARK pun optimistis bisnis cetakan sarung tangan bakal semakin moncer di tengah perang dagang karena bakal membuka peluang kebutuhan cetakan sarung tangan ke Malaysia.

“Pemasok utama sarung tangan akan bergeser dari Tiongkok ke Malaysia sebagai produsen sarung tangan karet terbesar di dunia. Secara tidak langsung hal ini akan menjadi sinyal positif bagi kinerja Perseroan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (27/5/2019).

Kenaikan bea masuk yang diterapkan Amerika Serikat, diprediksi bakal mempersempit ruang produsen sarung tangan asal China. Berdasarkan hasil riset, harga sarung tangan berbahan vinyl dan karet memiliki rentang diskon harga antara 75% hingga 130%. Dengan demikian, dia memperkirakan permintaan sarung tangan karet di Malaysia akan naik yang akan berimbas pada tambahan permintaan cetakan sarung tangan.

Lebih lanjut, dia berujar perseroan berkontribusi sebesar 63% terhadap pasar sarung tangan di Malaysia. Kemudian, diikuti Thailand sebesar 18%, China 10% dan Indonesia sebesar 3%.

 “Yang lebih penting, Perseroan diuntungkan dari perang dagang ini karena sebagai pemasok 35% pasar cetakan sarung tangan karet dunia, dengan pasar utama Malaysia, Perseroan akan menerima permintaan yang lebih besar,” katanya.

Selain itu, dia menyebut iklim bisnis bagi pelaku industri cetakan sarung tangan di tahun ini semakin cerah seiring dengan terus naiknya kesadaran penggunaan sarung tangan untuk alasan kesehatan. Kemudian, penutupan pabrik sarung tangan berbahan polyvinyl chloride (PVC) di China pada 2017 juga membawa sentimen positif terhadap pasar sarung tangan karet.

Dengan kemampuan produksi 610.000 cetakan perbulan, pihaknya optimistis bisa merealisasikan pertumbuhan pendapatan dan laba komprehensif masing-masing sebesar 12% dan 22%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper