Bisnis.com, PADANG — Manajemen PT Angkasa Pura II menyatakan dampak mahalnya harga tiket pesawat sejak akhir tahun lalu hingga saat ini menyebabkan penurunan jumlah penumpang di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) berkisar 30%.
General Manager BIM Dwi Ananda Wicaksana mengatakan penurunan penumpang di bandara tersebut mencapai 30% atau sekitar 2.000 penumpang per hari.
“Setiap hari, sedikitnya ada penurunan penumpang 2.000 orang karena mahalnya harga tiket sejak akhir 2018,” katanya, Senin (11/2/2019).
Menurutnya, penurunan jumlah penumpang juga menyebabkan pergerakan pesawat di bandara terbesar di wilayah barat Pulau Sumatra itu juga mengalami penurunan.
Rata – rata dalam satu hari, pergerakan pesawat di bandara itu dibatalkan 30 penerbangan (berangkat dan datang) setiap harinya.
Pergerakan pesawat di BIM normalnya mencapai rerata 75 penerbangan setiap harinya, dengan tujuan Medan, Batam, Jambi, Palembang, Bengkulu, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lainnya, untuk penerbangan domestik.
Adapun penerbangan internasional meliputi Kuala Lumpur, Malaysia serta Jeddah dan Madinah, Arab Saudi.
Dwi mengungkapkan penurunan itu juga menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan perseroan dari pajak bandara.
“Pendapatan kami juga turun signifikan. Karena AP II kontribusi [pendapatan] terbesarnya dari pajak bandara, sampai 40% kontribusinya,” ujarnya.
Tidak hanya manajemen AP II yang merasakan dampak mahalnya harga tiket tersebut, tetapi juga sejumlah pengusaha transportasi yang terkoneksi dengan bandara, dan minimnya pembeli dari berbagai gerai di bandara.
Sebelumnya, sepanjang tiga minggu pertama Januari 2019, AP II cabang BIM mencatat sebanyak 467 penerbangan batal datang dan berangkat.
“Totalnya dalam rentang 21 hari [1-21 Januari 2019], sebanyak 467 penerbangan batal, baik yang datang maupun yang akan berangkat,” katanya.
Menurutnya, pembatalan sejumlah penerbangan itu terjadi karena masyarakat keberatan dan tidak mampu membeli tiket pesawat di tarif batas atas, sehingga mengalihkan ke perjalanan darat.
Dwi mengungkapkan kebijakan tarif tersebut, tidak hanya bagi pengelola bandara, tetapi juga dirasakan moda transportasi darat di kawasan bandara yang mengalami penurunan jumlah penumpang.
“Semua terkena dampaknya. Kami juga melakukan berbagai upaya baik di internal maupun secara eksternal agar situasi ini kembali normal,” ujarnya.