Bisnis.com, MEDAN – Penanaman modal disebut menopang pertumbuhan ekonomi di Sumatra Utara sepanjang 2018.
Direktur Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sumatra Utara, Hilman Tisnawan mengatakan pertumbuhan ekonomi di Sumatra Utara sepanjang tahun 2018 akan mencapai 5,24% atau lebih tinggi dari capaian di 2017 yakni 5,12%.
Menurutnya, mengacu pada konsumsi rumah tangga, pertumbuhan mencapai 6,6% sementara investasi sebesar 7,1%.
“Sumut itu tumbuh lebih baik dari nasional. Yang didorong konsumsi dan investasi,” ujarnya, Rabu (23/1/2019).
Adapun di sektor konsumsi, realisasi bantuan sosial dan gaji ke-13 pada periode Lebaran. Sementara itu, untuk investasi naik dilihat dari tren impor barang modal.
Kegiatan yang menyumbang pertumbuhan terbesar dari kelompok usaha agroindustri untuk komoditas sawit yakni 56,1%. Besarnya kontribusi ini berpengaruh pada serapan tenaga kerja dengan porsi 26,6% ke sektor ini.
Kondisi tersebut membuat ketergantungan dengan kondisi ekonomi global semakin tinggi karena proteksi dari India dengan kenaikan bea masuk dan pencabutan fasilitas generalized system of preferences (GSP).
Kendati demikian, dia menyebut di tahun 2019 akan baik konsumsi rumah tangga dan investasi akan melambat karena sentimen politik. Begitu pula untuk kegiatan ekspor dan impor karena cenderung menanti pemilihan umum selesai.
“Yang akan kelihatan menurun di konsumsi rumah tangga akan melambat. Investasi akan menurun karena masih wait and see,” katanya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatra Utara,
Irman mengatakan postur ekonomi Sumatra Utara ditopang produk pertanian. Kendati demikian, dia menyebut pihaknya harus mengembangkan sektor pertanian untuk komoditas lain seperti kopi.
Menurutnya, produksi karet dan CPO tinggi karena perusahaan besar menanamkan modal di kedua produk ini.
Adapun, di tahun ini diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara sebesar 5,3%. Padahal, pada kuartal III/2018, pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sebesar 5,16%.
Dari sisi produksi, tiga lapangan usaha yang memberi peran dominan terhadap PDRB Sumut kuartal III/2018 adalah pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 21,07%; industri pengolahan sebesar 20%; serta perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 18,53%.
Sementara itu, dari sisi ekspor, komoditas pertanian berkontribusi kurang dari 10% yakni sebesar 7,87% namun mengalami pertumbuhan sebesar tipis dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan sisanya masih didominasi dari industri yakni 92,13%.
Perinciannya, dari sisi golongan barang, jenis lemak&minyak hewan/nabati pada Januari hingga november 2018 sebesar US$3,1 miliar; karet dan barang dari karet sebesar US$1,1 miliar; berbagai produk kimia US$898 juta; kopi, teh dan rempah-rempah US$423 juta dan bahan kimia organik sebesar US$383 juta.
"Jangan cuma karet dan sawit yang dikembangkan tetapi juga komoditas lain seperti kopi," ujarnya.