Bisnis.com, BANDA ACEH – Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) menyerukan berbagai pihak terkait, terutama masyarakat tempatan untuk menyelamatkan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) karena terdapat sekitar 4 juta jiwa penduduk di wilayah Aceh yang tinggal di kawasan tersebut.
"Ekosistem Leuser merupakan kawasan strategis nasional akibat fungsi lingkungan KEL itu sendiri. Sangat penting menjaga kawasan ini karena menyediakan air, udara bersih, dan mitigasi bencana alam, seperti erosi, penanggulangan hama, dan penyerapan karbon (perubahan iklim)," ujar Ketua Yayasan HAkA, Farwiza Farhan, di Banda Aceh, Rabu (19/12/2018).
Dia menambahkan dewasa ini pengrusakan terhadap KEL terus terjadi dengan berbagai alasan seperti pembukaan lahan perkebunan, pembangunan industri, dan pembukaan jalan yang mengakibatkan terancamnya kehidupan berbagai spesies dan satwa dilindungi.
Data terakhir HAkA di 2018 periode Januari hingga Juni telah ditemukan kerusakan hutan di KEL sekitar 3.290 hektare. Jika dibandingkan dengan periode yang sama 2017, cuma sedikit menurun dengan laju kerusakan mencapai 3.780 hektare.
Seperti diketahui, luas KEL mencapai 2,6 juta hektare terletak di dua provinsi, yakni Aceh dan Sumatra Utara. Namun sebagian besar dari luas kawasan ini masuk ke wilayah Aceh mencapai 2,25 juta hektare yang tersebar di 13 kabupaten/kota, dan sisanya 384.000 hektare di Sumatra Utara.
"Kami sadar, masih banyak masyarakat yang tidak tahu apa itu KEL terutama Banda Aceh sendiri. Sehingga kami tergerak untuk memperkenalkan bentang alam yang luar biasa terdapat di Aceh," ujarnya.
Dia mengklaim hingga kini terdapat 8.500 spesies tumbuhan, lalu 105 spesies mamalia, dan 382 spesies burung di dalam KEL yang berada di provinsi ini.
“Bahkan KEL menjadi tempat terakhir bagi empat satwa dilindungi dan terancam punah, yakni badak, orangutan, gajah, dan harimau Sumatra yang kini hidup bersama di alam bebas,” kata Farwiza.
Pelaksana tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, pernah memastikan tahun ini tidak terdapat satupun proyek infrastruktur yang dibangun di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Pemerintah Aceh berkomitmen terus menjaga, dan melindungi hutan Leuser menjadi prioritas.
"Sesuai RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Aceh, tidak ada pembangunan infrastruktur di dalam kawasan TNGL. Tidak ada suatu upaya sistemik dari Pemerintah Aceh untuk merusak TNGL dan KEL. Silakan tim asing atau UNESCO [United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization] melihat lebih dekat," tegas Nova.