Bisnis.com, MEDAN— Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara mencatat volume penjualan karet selama empat bulan pertama padai 2018 mengalami peningkatan lebih dari 100% terutama didorong oleh meningkatnya permintaan dari luar provinsi.
Gapkindo mencatat, total volume penjualan karet secara lokal sepanjang Januari hingga April 2018 mencapai 12.001 ton atau naik 122,82% dibanding realisasi penjualan lokal selama empat bulan pertama tahun lalu yang hanya mencapai 5.386 ton.
“Di samping peningkatan volume penjualan secara total, penjualan lokal setiap bulannya selama empat bulan pertama juga meningkat di mana pada Februari dan April meningkat paling tinggi,” kata Sekretaris Gapkindo Edy Irwansyah kepada Bisnis, Jumat (18/5/2018).
Berdasarkan data dari Gapkindo penjualan lokal pada Februari dan Maret masing masing meningkat sebesar 275,07% dan 226,96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kendati demikian, Edy menjelaskan bahwa penjualan lokal tak lantas berarti konsumsi di Sumatra Utara meningkat drastis. Peningkatan ini, umumnya didorong oleh semakin tingginya pengiriman karet dari Sumatra Utara ke daerah lain di Indonesia, terutama Jakarta.
Kendati demikain, pihaknya belum dapat merinci berapa besar kontribusi serapan luar Sumut terhadap peningkatan penjualan lokal ini.
“[Peningkatan pengiriman ke Jakarta] biasanya hanya peralihan. Secara nasional konsumsi domestik masih seperti biasa. Mungkin trader yang biasanya untuk pasokan ke Jakarta diambil daerah lain, tapi mungkin saja daerah tersebut produksinya kurang sehingga harus ambil dari Sumut,” jelas Edy.
Sementara itu, volume ekspor karet dari Sumut sepanjang empat bulan pertama tercatat menurun bila dibandingkan periode yang sama bulan lalu. Kondisi ini, menurutnya tak lepas dari pemberlakuan pembatasan volume ekspor oleh tiga negara anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang terdiri atas Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
“Volume ekspor periode Januari-April 2018 sebesar 156.112 ton mengalami penurunan sebesar 8,9% dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama,” katanya.
Kendati demikian, dia mencatat terdapat peningkatan ekspor pada April 2018 dibandingkan bulan sebelumnya yakni dari 40,285 ton menjadi 42,143. Peningkatan yang terjadi diduga didorong oleh selesainya perjanjian pembatasan ekspor AETS (Agreed Export Tonnage Scheme).