Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Lokal Karet Sumut Meningkat 122,82%

Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara mencatat volume penjualan karet selama empat bulan pertama di 2018 mengalami peningkatan lebih dari 100% terutama didorong oleh meningkatnya permintaan dari luar provinsi.
Petani menoreh pohon karet di kawasan perkebunan kebun karet Jawi jawi, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Rabu (5/7)./ANTARA-Abriawan Abhe
Petani menoreh pohon karet di kawasan perkebunan kebun karet Jawi jawi, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Rabu (5/7)./ANTARA-Abriawan Abhe

Bisnis.com, MEDAN— Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara mencatat volume penjualan karet selama empat bulan pertama padai 2018 mengalami peningkatan lebih dari 100% terutama didorong oleh meningkatnya permintaan dari luar provinsi.

Gapkindo mencatat, total volume penjualan karet secara lokal sepanjang Januari hingga April 2018 mencapai 12.001 ton atau naik 122,82% dibanding realisasi penjualan lokal selama empat bulan pertama tahun lalu yang hanya mencapai 5.386 ton.

“Di samping peningkatan volume penjualan secara total, penjualan lokal setiap bulannya selama empat bulan pertama juga meningkat di mana pada Februari dan April meningkat paling tinggi,” kata Sekretaris Gapkindo Edy Irwansyah kepada Bisnis, Jumat (18/5/2018).

Berdasarkan data dari Gapkindo penjualan lokal pada Februari dan Maret masing masing meningkat sebesar 275,07% dan 226,96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kendati demikian, Edy menjelaskan bahwa penjualan lokal tak lantas berarti konsumsi di Sumatra Utara meningkat drastis. Peningkatan ini, umumnya didorong oleh semakin tingginya pengiriman karet dari Sumatra Utara ke daerah lain di Indonesia, terutama Jakarta.

Kendati demikain, pihaknya belum dapat merinci berapa besar kontribusi serapan luar Sumut terhadap peningkatan penjualan lokal ini.

“[Peningkatan pengiriman ke Jakarta] biasanya hanya peralihan. Secara nasional konsumsi domestik masih seperti biasa. Mungkin trader yang biasanya untuk pasokan ke Jakarta diambil daerah lain, tapi mungkin saja daerah tersebut produksinya kurang sehingga harus ambil dari Sumut,” jelas Edy.

Sementara itu, volume ekspor karet dari Sumut sepanjang empat bulan pertama tercatat menurun bila dibandingkan periode yang sama bulan lalu. Kondisi ini, menurutnya tak lepas dari pemberlakuan pembatasan volume ekspor oleh tiga negara anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang terdiri atas Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

“Volume ekspor periode Januari-April 2018 sebesar 156.112 ton mengalami penurunan sebesar 8,9% dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama,” katanya.

Kendati demikian, dia mencatat terdapat peningkatan ekspor pada April 2018 dibandingkan bulan sebelumnya yakni dari 40,285 ton menjadi 42,143. Peningkatan yang terjadi diduga didorong oleh selesainya perjanjian pembatasan ekspor AETS (Agreed Export Tonnage Scheme).

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper