Bisnis.com, MEDAN — Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Sumatra Utara (PHRI Sumut) menyambut baik insentif potongan tarif tiket angkutan hingga tol yang digelontorkan pemerintah dalam rangka mengoptimalkan perputaran ekonomi selama periode libur panjang tengah tahun.
Kendati demikian, para pelaku usaha di sektor hospitality ini menilai guyuran insentif tersebut belum maksimal.
Ketua PHRI Sumut Denny S Wardhana mengatakan bahwa potongan tarif tersebut belum cukup untuk menggerakkan orang dari daerah lain untuk berlibur ke Sumut. Apalagi, harga tiket pesawat ke daerah ini masih terbilang mahal.
“Kalau mobilitas warga lokal Sumatra Utara, masih memungkinkan, tetapi kalau dari provinsi lain ke Sumut, saya rasa belum cukup. Harga tiket pesawat dalam negeri hitungannya masih mahal. Lalu lintas via darat pun, tol di Sumut belum sebanyak di pulau Jawa,” kata Denny kepada Bisnis, Selasa (10/6/2025).
Pantauan Bisnis dari aplikasi pencarian tiket pesawat hari ini, Selasa (10/6/2025), rata-rata harga tiket penerbangan dari Jakarta ke Medan sepanjang Juni dibanderol mulai dari Rp1,3 juta lebih meski di sana tertera label diskon sampai dengan 50%+30% dalam rangka Promo Libur Sekolah.
Sedangkan penerbangan dari Aceh ke Medan, termurah di kisaran harga Rp970.000 per orang. Namun, hanya satu penerbangan yang menyediakan tiket harga miring dengan waktu keberangkatan satu kali dalam sehari.
Baca Juga
Ketimpangan harga tiket pesawat ke dalam dengan ke luar negeri ini menjadi perhatian PHRI Sumut lantaran belanja yang berpotensi didapatkan daerah justru dibawa masyarakat ke luar negeri.
“Ini juga menjadi pertanyaan saya, mengapa harga tiket ke luar negeri lebih murah dibandingkan ke dalam negeri sendiri? Bahkan penerbangan langsung dari Medan—Bali, misalnya, bisa lebih mahal ketimbang penerbangan Medan-Kuala Lumpur-Bali. Stimulus ini bisa dikatakan belum menyentuh sasaran,” beber Denny.
Terlebih, atraksi maupun wisata ikonik di Sumatra Utara masih minim. Hal ini menambah tingkat kesulitan dalam menarik wisatawan datang ke Sumut, termasuk menggerakkan masyarakat Sumut sendiri untuk berkunjung dan menginap lebih lama di daerah-daerah tertentu di wilayah ini meski tarif tol ikut dipangkas untuk mendorong mobilitas masyarakat.
Denny menyebut minimnya atraksi/ event wisata ditambah harga tiket ke luar negeri yang lebih terjangkau membuat sebagian masyarakat Sumut lebih memilih berlibur ke luar negeri. Ini akan mengurangi potensi pendapatan sektor wisata termasuk penginapan.
Sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, pada periode Januari—April 2025 tercatat bahwa jumlah keberangkatan internasional dari Bandara Kualanamu Deli Serdang naik menjadi 398.705 orang dari 363.009 orang pada periode yang sama tahun 2024. Sedangkan keberangkatan domestik periode Januari-April 2025 justru tercatat turun menjadi 789.020 orang dari sebelumnya 792.755 pada Januari-April 2024.
Denny menyebut insentif akan lebih tepat sasaran untuk menggerakkan perekonomian daerah jika disandingkan dengan event-event wisata yang digagas di daerah untuk menarik atensi wisatawan.
“Kalau sudah ada event, ditambah dengan stimulus dan harga [tiket] yang masuk akal serta promosi yang gencar, pasti akan ramai wisata di Sumut,” tandasnya. (240)