Bisnis.com, BANDA ACEH - Kepala Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Aceh Basirun memastikan stok beras dan gula di Provinsi Aceh selama Ramadan dan lebaran aman.
Saat ini, Bulog Aceh memiliki 16.200 ton stok beras dan sebanyak 5.600 ton gula sudah dijual ke distributor swasta di Aceh untuk dijual ke masyarakat.
"Menjelang Ramadan, posisi stok kita cukup aman. Artinya untuk beras saja kita punya stok sampai empat bulan kedepan. Kemudian gula yang sedang dalam perjalanan saat ini itu 1,150 ton gula," ujar hari ini Selasa (15/5/2018).
Ia mengatakan, penting untuk menjaga stabilitas stok menjelang hingga selesai Ramadan dan Idul Fitri karena pada hari besar keagamaan itu, harga sering melonjak.
Stok yang stabil, lanjutnya, bisa membuat harga terkendali. Jika ditemukan pedagang yang menjual harga beras dan gula di atas Harga Eceran Tertinggi yang ditetapkan pemerintah, satgas pangan bisa melakukan tindakan.
Dalam Permendag nomor 57 tahun 2017, HET untuk gula ialah Rp12.500 per kilogram dan beras di Sumatra Rp9.950 per kilogram untuk beras medium dan Rp13.300 per kilogram untuk beras premium.
"Paling tidak kita preventif, kita meminta dan menghimbau, ini ada HET yang harus dipatuhi supaya konsumen tidak dirugikan," tutur Basirun.
Dari pantauan Perum Bulog Divre Aceh, harga beras dan gula di Aceh saat ini masih dibawah HET yang ditetapkan pemerintah. Di samping itu, ada juga harga sembako yang dipantau turun, seperti bawang mombay dan bawang putih.
Perum Bulog Divre Aceh punya program untuk menstabilkan harga beras dan gula, yaitu dengan bersinergi dengan BUMN dalam hal stabilisasi dan ketersediaan pasokan serta mendukung program pasar murah yang dilakukann oleh seluruh pemerintah kabupaten/kota di Aceh.
Di pasar murah, Bulog Aceh menyediakan sedikitnya empat komoditas, yaitu minyak goreng, gula, beras, tepung terigu.
Sementara itu, harga daging di Banda Aceh berada pada angka Rp150 ribu per kilogram. Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman berujar, meski permintaan meningkat stok daging sapi di Aceh cukup. Harga daging tinggi karena masyarakat Aceh lebih suka mengkonsumsi daging lokal daripada daging beku.
"Kalau ada daging dari luar, itu cuma sedikit. Daging kita banyak pasokan dari Aceh Besar," sebutnya.