Bisnis.com, MEDAN— Kendati mengalami penaikan pada Maret 2018, nilai tukar petani (NTP) Sumatra Utara (Sumut) tercatat tak pernah mencapai 100% dalam dua tahun terkahir.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara Syech Suhaimi menyebutkan rendahnya nilai tukar petani ini sudah pasti membuat petani dalam keadaan yang sulit.
Belum lagi, inflasi yang terjadi dipastikan membuat keadaan semakin terdesak ibaat sudah jatuh tertimpa tangga.
“Sepertinya dari dua tahun terakhir kita selalu di bawah 100%, tidak bergerak sama sekali, bergerak nol koma sekian, turun lagi. Ini kit a di bawah 100 [berkisar di] 98, 97, 96, nggak pernah di atas 100. Artinya petani kita nggak pernah untung. Bagaimana ini tingkat kesejahteraan petani, sudah nilai tukarnya rendah, dipengaruhi lagi dengan inflasi yang tinggi,” katanya, Selasa (3/4/2018).
Suhaimi menjelaskan, rendahanya nilai tukar petani di Indonesia diakibatkan tidak sesuainya indeks harga yang diterima petani dibandingkan dengan indeks harga yang dibayar.
Untuk itu, dia meminta agar pemerintah bisa menelurkan kebijakan atau tindakan yang tepat untuk membantu mendorong peningkatan nilai tukar petani Sumatra Utara.
Baca Juga
“Setidaknya ada kebijakan lah dari pemerintah, bantuan bibit, atau subsidi. Memang selama ini ada bantuan [bibit dan pupuk] dari pemerintah, kita nggak bisa bilang nggak ada, tapi ini kenyataannya [keadaannya] begini kan,”
BPS sendiri mencatat pada Maret 2018NTP Provisi Sumut tercatat sebesar 98,36% atau meningkat 0,47% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 97,89%.
Kenaikan ini dipicu naiknya NTP di subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,23%. Adapun NTP subsektor tanaman pangan mengalami penurunan sebesar 0,32% meskipun terjadi kenaikan harga sejumlah bahan pokok di pasar.