Bisnis.com, BATAM – Asosiasi Digital Enterpreneur Indonesia (IDEI) menyebut ada 3 faktor yang memperlambat laju pertumbuhan industri digital di Batam. Yakni akses permodalan, regulasi yang mendukung dan infrastruktur jaringan.
“Saat ini akses permodalan jadi kendala paling utama,” ujar Sekretaris IDEI Kepri Ammar Satria saat ditemui di salah satu cafe di bilangan Batam Centre.
Menurutnya pertumbuhan industri digital, terutama perusahaan rintisan (Startup) dan perdagangan elektronik (ecommerce) di Batam cukup menggembirakan. Dari data terakhir yang didapatnya, setidaknya ada 30 maker startup di Batam yang telah membangun produknya sendiri.
Potensi pertumbuhannya, lanjut Ammar, cukup besar. Namun kesulitan mendapatkan akses permodalan bagi perusahaan rintisan membuat pertumbuhannya terpaksa tertahan. Sehingga tak banyak perusahaan startup yang akhirnya berhenti di ide.
Hanya perusahaan yang punya modal cukup mapan di awal yang mampu bertahan. Biasanya mereka harus jor-joran mengeluarkan modal membangun platform digital, sebelum kemudian menawarkannya kepada penyandang dana.
“Pengalaman saya, tak banyak sektor jasa keuangan yang mau memberikan kredit modal kepada perusahaan rintisan,” jelasnya.
Industri digital di Batam, terutama yang dikelola oleh UMKM membutuhkan dukungan pemerintah untuk mendapatkan akses permodalan yang mudah. Dia berharap, industri jasa keuangan seperti perbankan atau pemerintah mau memberikan akses permodalan dengan jaminan ide platform digital yang sedang mereka kembangkan.
Konsep yang disebut Ammar sebenarnya sudah dilaksanakan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Badan ini memiliki divisi khusus memberikan akses permodalan hanya berbekal prototype produk. Namun kesempatan mendapatkan modal di sini masih terbatas.
“Dari protoype saja sudah ada Hak Kekayaan Intelektual yang bisa dihargai dalam bentuk Funding modal. Jadi idenya yang jadi jaminan untuk permodalan,” jelasnya.
Dia menilai, harusnya pemerintah mendukung permodalan start Up Company. Karena sebenarnya apa yang dikerjakan oleh perusahaan ini adalah solusi untuk membantu kebutuhan masyarakat.
Selain permodalan, industri digital juga btuh regulasi-regulasi yang mendorong pertumbuhan industri ini. Sejauh ini, tak ada regulasi khusus yang mengatur mengenai industri digital. Hanya ada Keputusan Presiden No 6 tahun 2015 tentang pembentukan Badan ekonomi Kreatif.
“Di dalamnya ada mengenai sektor ekonomi Digital. Namun secara spesifik belum ada aturan khusus,” jelasnya.
Tak adanya aturan yang adaptif terhadap dengan pertumbuhan ekonomi digital membuat pertumbuhan sektor ini lambat. Tak ada arah kebijakan yang jelas dari pemerintah untuk mendukung perkembangan industri ini. Alhasil, pelaku industri bagai petarung tunggal menghadapi persaingan pasar.
“Jika pemerintah tak punya regulasi khusus yang mendukung perkembangan industri digital, maka kita akan tertinggal dalam perkembangan panggung industri kreatif, terutama sektor digital,” jelasnya.
Faktor terakhir yang menurutnya juga harus jadi perhatian adalah infrastruktur pendukung. Batam merupakan Hub internet seluruh Indonesia. Namun Batam belum mendapat manfaat yang sesuai, berupa jaringan internet yang lebih baik.
Jika Batam ingin mengembangkan ekonomi digital, kota Industri ini harus mendapatkan akses internet dengan bandwidth yang besar dengan kecepatan internet yang memadai. “Kita harus kecipratan manfaat dari Hub Internet ini,” ujarnya.
Ammar optimis, jika ketiga kendala tersebut berhasil diatasi maka industri digital di Batam akan memberikan kontribusi cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi Batam. Dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, paling tidak kontribusi sektor ini akan mengambil porsi hingga 20 persen.