Bisnis.com, BATAM – Konsorsium Kepri Development Raya menjajaki investasi sejumlah infrastruktur strategis di Kepri.
Konsorsium perusahaan Tiongkok, Amerika dan Eropa ini akan menggelontorkan dana US$ 20 Miliar hingga US$30 milliar secara bertahap.
Sasaran utamanya adalah sejumlah proyek infrastruktur yang baru-baru ini disetujui oleh Presiden Joko Widodo.
Sebut saja sperti pembangunan Jembatan Batam – Bintan, Pelabuhan Kontainer dan KEK Tanjung Sauh, Modernisasi Pelabuhan Batu Ampar, pengembangan dan Modernisasi Hang Nadi, dan pembangunan Light Rapid Transport (LRT) Batam.
Pimpinan Konsorsium Hadi Pranoto telah bertemu Presiden Joko Widodo untuk membicarakan rencana investasinya di Kepri. Dalam laporannya disebutkan, dua investor besar dari Tiongkok dan Amerika serius untuk menggarap proyek strategis ini.
Presiden Joko Widodo meminta Konsorsium segera membuat komitmen dengan pihak investor lokal maupun asing. Dengan demikian proyek pembangunan sejumlah infrastruktur di Kepri bisa segera direalisasikan.
“Dengan proyek ini, tentu dapat menambah lapangan kerja baru dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal maupun nasional,” ujar Juru Bicara Konsorsium Jasuha Simanjuntak.
Selain proyek infrastruktur yang dimaksud, mereka juga akan melakukan investasi di bidang energi/ power plant dengan kapasitas 5000 megawatt. Pembangunannya akan menggunakan tehnology clean energy yang di produksi oleh Pratt And Whitney Power System (PWPS) USA Amerika.
“Khusus untuk investasi energy tersebut difasilitasi oleh Mr Walter Kaminski,” jelasnya.
Pembangunan pusat storage dan distribusi bahan bakar minyak dan gas juga tampaknya menarik perhatian mereka. Terutama untuk kebutuhan pembangkit listrik maupun kebutuhan penyediaan bahan bakar untuk kapal-kapal yg melintasi perairan Kepri.
Sejauh ini pihak konsorsium mengaku telah mendapat Cleareance In Principal dari pihak investor untuk proyek yang disebutkan. Pihaknya akan menindak lanjuti secara detail setelah mendapat ijin prinsip dan detail proyek.
“Pada prinsipnya Presiden dan Gubernur mendukung agar proyek investasi segera ditintak lanjuti. Terutama terkait penerbitan ijin prinsip dan detil prooyek,” jelasnya.
Proyek infrastruktur yang akan dibangun tersebut sangat strategis, mengingat letak geografis Kepri yang bersentuhan langsung dengan perairan dan pelayaran internasional terpadat di dunia.
Infrastruktur pelabuhan dan jembatan Batam Bintan nantinya sangat dibutuhkan untuk lalu lintas barang, terutama distribusi produk maupun komoditas hasil industri, perkebunan dan pertanian secara lokal maupun internasional.
Gubernur Kepri Nurdin Basirun mengatakan, desain jembatan batam – Bintan telah sudah ada. Saat ini pihaknya tengah terus berupaya mendorong regulasi-regulasi yang mendukung, agar pembangunan jembatan Batam – Bintan dan sejumlah infrastruktur strategis di Kepri tak terkendala.
Nurdin sendiri telah melakukan road show di sejumlah kementerian dan lembaga, guna tindak lanjut percepatan realusasu proyek strategis di Kepri. OPD yang ada di bawah Gubernur juga diminta terus membantu komunikasi tersebut.
Dia percaya, percepatan realisasi 7 proyek infrastruktur strategis tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Kepri, juga mengakselerasi perekonomian Nasional. Investasi-investasi yang masuk mampu membangkitkan kembali ekonomi Indonesia, khususnya Kepri. Seperti Tanjungsauh, menurut Nurdin akan memicu banyak aktivitas perindustrian. Juga ikut menopang sektor pariwisata.
“Kita harus bergerak cepat untuk membangkitkan lagi ekonomi,” ujarnya.
Senada dengan Gubernur Kepri, Kepala BP Batam Lukita Dinarsyah Tuwo mengatakan pembangunan 7 infrastruktur strategis di Kepri memberikan imbas positif bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional.
BP Batam sendiri telah merancang sejumlah skema agar ekonomi di kawasan ini tetap bertumbuh positif di tahun-tahun mendatag. Selain terus mendorong pertumbuhan industri galangan kapal, Migas, Elektronik dan industri lainnya, BP juga bercita-cita menjadikan Batam jadi pusat logistik regional, pusat digital ekonomi, pusat aviation industri seperti MRO dan fasilitas pendukungnya serta pariwisata.
Bicara pusat logistik, maka tak akan terlepas dengan infrastruktur pelabuhan dan Bandara. Pembangunan pelabuhan Batuampar akan didahulukan oleh BP Batam. Setelah Batu Ampar menjelang proses akhir, barulah proses pembangunan Tanjung Sauh dimulai.
“Pembangunan pelabuhan baru seperti Tanjung Suah itu butuh waktu minimal 6 sampai 7 tahun,” ujar Lukita.
Pembangunan pelabuhan Kontainer Tanjung Sauh diharapkan bisa saling mendukung dan memperkuat pelabuhan Batuampar. Jangan sampai pembangunan Tanjung Sauh terpisah dengan pembangunan Batuampar.
“Karena Batuampar adalah fasilitas yang sekarang dimiliki, tentu kedepan investor di Batu Ampar bisa ikut serta di Tanjung Sauh,” paparnya.
Berdasarkan estimasi, Investasi pembangunan Tanjung Sauh mencapai USD 4 miliar. Dengan investasi seperti itu, kapasitas Tanjung Sauh akan mencapai 15 Juta hingga 18 Juta TEUs. Pembangunan Tanjung Suah akan dibagi menajdi 3 tahap. Tahap pertama sekitar 6 Juta TEUs, tahap berikutnya 12 Juta TEUs, kemudian tahap akhir mencapai 18 juta TEUs.
Rencana pembangunan Bandara Hang Nadim dengan Skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) juga akan digesa. Sejak 28 Februari silam BP Batam telah melakukan market sounding. Rencana investasinya mencapai Rp 2,7 triliun.
BP Batam berharap penandatanganan perjanjian Pengembangan Bandara Hang Nadim bisa mulai di awal tahun 2019 mendatang. Sehingga setelah perjanjian, bisa dimulai proses renovasi terminal 1 dan pembangunan terminal 2.
Akan ada konsesi antara BP Batam dengan investor. Dengan konsesi, tentu saja ada pengembalian pendapatan yang akan diberikan kepada BP Batam. Investor yang bisa memberikan penawaran konsesi paling menguntungkan, dengan pelayanan yang prima akan jadi mitra BP Batam.
“Berapa lama konsesinya? Masing-masing investor akan mempresentasikan desain mereka. Yang paling menguntungkan akan jadi mitra,” jelasnya.
Untuk mendukung integrasi Batam dan Bintan, perlu dibangun jembatan Batam Bintan sepanjang 12 KM. Jembatan itu akan memiliki akses jalan dan coastway. BP Batam mengusulkan jembatan itu digunkan juga untuk akses utilitas seperti air, listrik dan lain.
“Lebih baik lagi jika menambahkan LRT sebagai bagian pengembangan jembatan tersebut,” imbuhnya.