Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertanian Terdampak Bencana Alam, Sumbar Kejar Target Produksi Padi 2024

Di beberapa bulan tersisa di tahun 2024 ini, produktivitas padi di Sumbar terus digenjot agar target 1,4 juta ton bisa tercapai.
Seorang petani mencabut tanaman padi yang mati akibat sawah mengering di Desa Aur Duri Surantih, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Senin (4/11/2024). Cuaca panas yang melanda wilayah Indonesia khususnya di Provinsi Sumbar hampir selama dua bulan ini telah menyebabkan sawah mengering dan padi yang telah ditanam terancam gagal panen yang luasnya mencapai ratusan hektare. Bisnis/Muhammad Noli Hendra
Seorang petani mencabut tanaman padi yang mati akibat sawah mengering di Desa Aur Duri Surantih, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Senin (4/11/2024). Cuaca panas yang melanda wilayah Indonesia khususnya di Provinsi Sumbar hampir selama dua bulan ini telah menyebabkan sawah mengering dan padi yang telah ditanam terancam gagal panen yang luasnya mencapai ratusan hektare. Bisnis/Muhammad Noli Hendra

Bisnis.com, PADANG - Produksi padi di Provinsi Sumatra Barat hingga Oktober 2024 sebanyak 1,2 juta ton dan jumlah ini masih jauh dari target pada tahun ini yang jumlah mencapai 1,4 juta ton padi gabah kering giling (GKG).

Sekretaris Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Provinsi Sumbar Ferdinal Asmin mengatakan bahwa di beberapa bulan tersisa di tahun 2024 ini, produktivitas padi di Sumbar terus digenjot agar target 1,4 juta ton bisa tercapai.

Apalagi DTPHP melalui UPTD Balai Mekanisasi dan Sarana Prasarana Pertanian (BMSPP) telah menandatangani kerjasama dengan Kodim di Kabupaten Tanah Datar dan Kodim di Kabupaten Agam, dan saat ini pemulihan lahan pertanian yang terdampak bencana alam telah mulai dikerjakan.

"Jika lahan yang dipulihkan itu dikelola kembali oleh petani, maka produksi padi bisa kita genjot. Artinya kalau mengukur dari target, kami butuh 200.000 ton lebih lagi," kata Ferdinal, Selasa (5/11/2024).

Dia merinci untuk pengerjaan pemulihan pertanian yang terdampak bencana alam itu, lebih memprioritaskan ke lahan pertanian di Kabupaten Tanah Datar dan Agam.

"Luas lahan yang akan dipulihkan itu 335 hektare di Tanah Datar, dan 104 hektare di Agam. Targetnya tahun 2024 ini selesai," ujarnya.

Dikatakannya lahan-lahan akan segera dimulai pengerjaan pemulihan lahannya itu merupakan kategori rusak berat, sehingga menjadi prioritas untuk dikerjakan.

"Untuk sisa lahan lainnya akan dikerjakan di tahun 2025 mendatang," jelasnya.

Bencana alam yang terjadi pada Mei 2024 itu telah membuat hamparan pertanian rusak berat dan ringan mencapai 5.900 hektare yang tersebar di sejumlah kabupaten dan kota, seperti Kabupaten Agam, Tanah Datar, Pesisir Selatan, Solok Selatan, Padang Pariaman, dan Kota Padang Panjang.

Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi padi di Sumbar hingga September 2024 telah mencapai 1 juta ton GKG atau bila dikonversi ke beras menjadi 594.905 ton.

BPS melihat puncak panen padi di Sumbar pada 2024 selaras dengan tahun sebelumnya yaitu terjadi pada bulan Maret dengan luas panen mencapai 36.840 hektare. 

"Tapi untuk puncak panen padi pada Maret 2024 relatif lebih tinggi atau naik sekitar 6.471 hektare (21,30%) dibandingkan Maret 2023 lalu," tulis data BPS.

Dengan demikian untuk realisasi panen padi sepanjang Januari−September 2024 sebesar 228.964 hektare, atau mengalami peningkatan sekitar 5.353 hektare (2,39%) dibandingkan Januari−September 2023 yang mencapai 223.611 hektare. 

Sementara itu, potensi luas panen padi pada Oktober−Desember 2024 nanti atau tengah berjalan ini diperkirakan sekitar 67.252 hektare.

BPS mencatat untuk total luas panen padi pada 2024 diperkirakan sebesar 296.216 hektare, atau mengalami penurunan sekitar 4.349 hektare (1,45%) dibandingkan luas panen padi pada 2023 yang sebesar 300.565 hektare.

Sugeng menjelaskan produksi padi di Sumbar sepanjang Januari−September 2024 diperkirakan sebesar 1.027.429 ton GKG, atau mengalami penurunan sekitar 78.531 ton GKG (7,10%) dibandingkan Januari−September 2023 yang sebesar 1.105.960 ton GKG. 

Namun berdasarkan amatan fase tumbuh padi hasil Survei KSA September 2024, potensi produksi padi sepanjang Oktober−Desember 2024 adalah sebesar 324.620 ton GKG.

Dengan demikian, total produksi padi pada 2024 diperkirakan sebesar 1.352.049 ton GKG, atau mengalami penurunan sebanyak 130.420 ton GKG (8,80%) dibandingkan 2023 yang sebesar 1.482.469 ton GKG. 

Produksi padi tertinggi pada 2023 dan 2024 terjadi pada bulan Maret. Sementara produksi padi terendah pada 2024 terjadi di bulan Agustus. Produksi padi pada Maret 2024 yaitu sebesar 163.893 ton GKG, sedangkan produksi padi pada Agustus 2024 diperkirakan sebesar 57.011 ton GKG.

Tiga kabupaten kota dengan total produksi padi tertinggi pada 2024 adalah Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Pesisir Selatan. Sementara itu, tiga kabupaten dan kota dengan produksi padi terendah yaitu Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kota Bukittinggi, dan Kota Padang Panjang.

Sugeng menyampaikan penurunan produksi padi yang cukup besar pada 2024 terjadi di wilayah itu, sentra produksi padi yaitu Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Tanah Datar. 

Di sisi lain, terdapat beberapa kabupaten dan kota yang mengalami peningkatan produksi padi cukup besar, misalnya Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi.

Apabila produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi padi sepanjang Januari−September 2024 diperkirakan setara dengan 594.905 ton beras, atau mengalami penurunan sebesar 45.471 ton (7,10%) dibandingkan Januari− September 2023 yang sebesar 640.376 ton.

Selain itu itu, potensi produksi beras sepanjang Oktober−Desember 2024 adalah sebesar 187.962 ton. Dengan demikian, total produksi beras pada 2024 diperkirakan sekitar 782.867 ton, atau mengalami penurunan sebesar 75.516 ton (8,80 persen) dibandingkan produksi beras pada 2023 yang sebesar 858.383 ton.

Produksi beras tertinggi pada 2024 terjadi pada bulan Maret, yaitu sebesar 94.898 ton. Sementara itu, produksi beras terendah juga terjadi pada bulan Agustus, yaitu sebesar 33.011 ton. 

Kondisi ini mirip dengan tahun 2023, di mana produksi beras tertinggi terjadi pada bulan Maret dan produksi beras terendah juga terjadi pada bulan Agustus.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper