Bisnis.com, PEKANBARU-- 80 tahun berlalu sejak penemuan pertama lapangan minyak di Minas, Blok Rokan pada 1944 silam. Dengan proses produksi terus menerus selama 8 dekade, telah membuat sumur-sumur minyak yang berada di Kabupaten Siak Provinsi Riau itu masuk kategori uzur.
Kini setiap sumur minyak di Minas, menghasilkan 99% air dan hanya 1% saja kandungan minyak, yang tentunya membuat biaya produksi menjadi tinggi apabila dibandingkan sumur minyak yang berusia lebih muda.
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sejak mengelola Blok Rokan pada 9 Agustus 2021 lalu, telah membuat serangkaian strategi dan upaya untuk terus meningkatkan produksi minyak, dari sumur-sumur yang telah uzur tadi bahkan sumur yang lama tidak aktif (idle).
Satu diantara banyak jurus itu, adalah dengan memanfaatkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Pada 2023 silam, program ini telah berjalan dengan nama proyek e-MARS (Minas Advanced Reservoir Management) dan telah berhasil mengaktifkan kembali 700 sumur idle sejak alih kelola. Lalu tahun ini, program itu disempurnakan menjadi e-MARS 2.0 Vast Enhancement and Upgrades (VENUS).
Senior Petroleum Engineer dan Kepala Proyek VENUS, Afrilia Elisa mengatakan program AI ini dirancang untuk memaksimalkan produksi dari sumur-sumur yang ada khususnya sumur idle. Dengan menggunakan AI, proses evaluasi dan pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan akurat.
Dibandingkan sebelum adanya AI tersebut, proses manual untuk mereview sumur bisa memakan waktu hingga satu minggu hanya untuk empat sumur.
Baca Juga
"Kini, dengan teknologi ini, PHR mampu mengevaluasi hingga 1.500 sumur di Minas secara simultan, dengan rekomendasi yang lebih terfokus pada sumur-sumur yang paling menguntungkan," ujarnya baru-baru ini.
Dengan inovasi yang memanfaatkan AI untuk menganalisis data dari ribuan sumur ini, telah memberikan hasil yang luar biasa dalam menekan tingkat penurunan produksi alamiah (natural declining) dari sebelumnya 11% menjadi hanya 4% saja.
Lebih dari itu, tingkat kesuksesan dalam reaktivasi sumur meningkat dari 48% menjadi 78%, sebuah pencapaian yang tidak hanya menguntungkan PHR tetapi juga menjadi model yang diharapkan dapat diterapkan di lapangan migas lainnya di Indonesia.
Afrilia mengakui VENUS menawarkan analisis yang lebih mendalam mengenai kondisi bawah permukaan, termasuk jenis batuan dan kedalaman reservoir, serta memberikan rekomendasi yang lebih akurat mengenai zona produksi yang paling menguntungkan.
Wellsite Representative PHR di Minas, Yoga Handita saat dijumpai tengah mempraktekkan penerapan VENUS, mengakui bahwa program AI ini mampu mendeteksi zona yang memiliki potensi minyak terbaik, memungkinkan tim di lapangan untuk membuka lubang pengeboran dengan presisi tinggi, mengarahkan lubang pengeboran ke zona dengan konsentrasi minyak tertinggi.
"Hasilnya bisa dilihat bahwa produksi yang didapatkan dari pengeboran setelah penerapan VENUS ini, bisa menghasilkan konsentrasi minyak lebih tinggi yaitu hingga 70% dan kandungan airnya hanya 30%, ini tentu luar biasa dibandingkan pengeboran biasa yang 99% hasilnya adalah air," ungkapnya.
Selain itu menurutnya VENUS juga dilengkapi dengan fitur untuk mengoptimalkan sumur injeksi, memastikan bahwa air yang diinjeksi tidak malah mengurangi produksi minyak. Hal ini sangat penting dalam operasi Enhanced Oil Recovery (EOR), di mana uap panas digunakan untuk mengekstraksi minyak dari batuan yang sebelumnya sulit dieksploitasi.
Adanya inovasi-inovasi ini mencerminkan komitmen PHR untuk terus menjaga dan meningkatkan produksi minyak bumi di WK Rokan. Meskipun sumber daya minyak bumi tidak dapat diperbarui, teknologi seperti AI memungkinkan eksplorasi lebih lanjut di area-area yang sebelumnya tidak terjangkau atau tidak efisien untuk dieksploitasi.
Dalam konteks ini, peran AI menjadi sangat krusial, mengingat tantangan yang semakin kompleks dalam menjaga produksi minyak dari sumur-sumur yang semakin tua.
Keberhasilan PHR dalam menerapkan teknologi ini tidak hanya diakui secara internal tetapi juga diakui oleh pihak eksternal, termasuk SKK Migas, yang berharap bahwa inovasi ini dapat menjadi benchmark bagi lapangan-lapangan migas lainnya di Indonesia.
Dengan demikian, PHR tidak hanya menjaga keberlanjutan produksi tetapi juga membuka era baru dalam pengelolaan migas, di mana teknologi dan kecerdasan buatan menjadi kunci utama dalam menjawab tantangan energi di masa depan.
Manager IT Infrastruktur Pertamina Hulu Rokan (PHR), Elan Kusuma Kurniawan sedang menunjukkan kamera CCTV di lapangan minyak Minas di Blok Rokan yang terhubung langsung ke Digital Innovation Center (DICE) Rumbai, Pekanbaru. PHR menerapkan penggunaan AI dalam sistem CCTV untuk memantau keselamatan kerja di lapangan. Foto: Arif Gunawan
DIGITALISASI
Selain menerapkan Artificial Intelligence (AI), PHR juga telah sejak lama mengimplementasikan Machine Learning dan telah menjadi bagian integral dari operasional perusahaan. Memang digitalisasi telah memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan besar yang dihadapi PHR.
Vice President IT PHR, Triatmojo Rosewanto mengakui dengan lebih dari 11.000 sumur minyak aktif yang sebagian besar sudah tua, pengelolaan yang kompleks membutuhkan sistem informasi yang kuat dan efisien untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat.
"Kami harus memastikan bahwa informasi yang kami miliki dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung operasional dan pengambilan keputusan," jelasnya.
Tri menyoroti sebelumnya sektor hulu industri migas sering dianggap tertinggal dalam penerapan teknologi seperti AI dan Machine Learning. Namun, PHR telah membuktikan sebaliknya dengan menerapkan berbagai solusi digital di operasional mereka.
Salah satu contohnya adalah penggunaan AI dalam sistem CCTV untuk memantau keselamatan kerja di lapangan. Jika ada pelanggaran keselamatan, seperti pekerja yang tidak menggunakan helm atau berada di area berbahaya, AI akan memberikan peringatan otomatis ke control room.
Selain itu, PHR juga memanfaatkan teknologi Virtual Reality (VR) untuk melatih pekerja sebelum terjun ke lapangan dan Geographic Information System (GIS) untuk mendukung keselamatan berkendara di area operasional.
Saat ini, PHR telah mengoperasikan sekitar 35 solusi berbasis IT, termasuk prediksi performa produksi sumur tanpa perlu melakukan well test fisik. Dengan menggunakan data dari sistem Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) yang dipasang di lebih dari 1.500 sumur, mereka dapat memprediksi performa sumur dengan akurasi hingga 95%, mendekati hasil well test aktual.
Penggunaan teknologi ini tidak hanya membantu PHR dalam meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga berperan penting dalam menahan laju penurunan produksi minyak.
"Dengan pemanfaatan AI, kami bisa melakukan langkah antisipasi proaktif sebelum sumur mengalami penurunan produksi," tambahnya.
PHR juga fokus pada keamanan operasional, termasuk pemantauan pipa pengangkutan minyak. Dengan panjang pipa mencapai 340 km, PHR menggunakan drone yang dilengkapi algoritma khusus untuk mendeteksi potensi masalah seperti korosi atau kebocoran, serta aktivitas pencurian minyak.
Sejak 2007, PHR telah mengimplementasikan berbagai sistem komputerisasi, dan terus memperbarui teknologi mereka hingga saat ini. Dengan target nasional mencapai produksi 1 juta barrel per hari, PHR yakin bahwa upaya digitalisasi ini akan menjadi kunci dalam pencapaian target tersebut, sekaligus menjadi pendorong bagi subholding upstream lainnya di lingkungan Pertamina.
DUKUNGAN STAKEHOLDER
Plt. Dirjen Migas Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menegaskan komitmen pemerintah dalam mendukung PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) untuk terus meningkatkan produksi minyak di Blok Rokan.
Sebagai salah satu blok minyak terbesar di Indonesia, Blok Rokan memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.
"Pemerintah tentu mendorong Pertamina sebagai BUMN migas nasional untuk menjadi yang terbesar di Tanah Air. Pertamina telah berhasil mengambil alih pengelolaan Blok Rokan dan juga Blok Mahakam, menjadikannya perusahaan migas dengan produksi terbesar di Indonesia," ungkapnya.
Alih kelola Blok Rokan oleh Pertamina memberikan keleluasaan bagi pemerintah dalam mengendalikan dan mencapai target pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri.
Pemerintah juga menekankan pentingnya optimalisasi kinerja PHR di Blok Rokan melalui peningkatan produksi dan eksplorasi untuk menambah cadangan minyak yang ada.
Dadan Kusdiana menyoroti beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan PHR, termasuk penerapan teknologi baru dan optimalisasi produksi dari lapangan yang ada melalui berbagai program pengembangan lanjut.
Di antaranya adalah pengeboran sumur pengembangan secara masif, pelaksanaan optimasi waterflood, serta implementasi Enhanced Oil Recovery (EOR) dengan metode Chemical EOR dan steamflood. Selain itu, upaya reaktivasi beberapa lapangan idle yang masih memiliki potensi cadangan juga diharapkan dapat meningkatkan produksi.
PHR juga tengah mempersiapkan rencana pengembangan migas non-konvensional (MNK) di Wilayah Kerja (WK) Rokan. Untuk menghadapi tantangan besar dalam pengembangan MNK di Indonesia, PHR bekerja sama dengan perusahaan asing yang kompeten dan berpengalaman di bidang ini.
Dadan Kusdiana menekankan bahwa semua kegiatan eksplorasi di Blok Rokan sesuai dengan Komitmen Kerja Pasti yang telah ditetapkan, dengan tujuan utama menemukan cadangan baru dan mengoptimalkan potensi yang ada demi kepentingan nasional.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah, PHR diharapkan dapat terus berinovasi dan menjalankan program-program strategis yang akan meningkatkan produksi minyak di Blok Rokan, serta menjaga keberlanjutan energi di Indonesia.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, menyatakan komitmen penuh SKK Migas dalam mendukung PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) untuk meningkatkan produksi di Blok Rokan.
Dwi memastikan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk memahami dan menyediakan dukungan yang diperlukan guna mencapai target produksi yang lebih tinggi.
Dirinya juga memberikan apresiasi terhadap langkah-langkah agresif yang dilakukan PHR, terutama dalam pelaksanaan kegiatan pengeboran secara masif yang telah memberikan dampak positif pada peningkatan kinerja Blok Rokan.
"Blok Rokan kini menjadi nomor satu karena pelaksanaan pengeboran yang agresif. Ke depannya, dengan implementasi Chemical Enhanced Oil Recovery (EOR) dan pengeboran Migas Non Konvensional (MNK), kami berharap hasilnya akan semakin sukses," ujarnya.
Dia menambahkan SKK Migas akan terus mendukung PHR dalam setiap inovasi dan pengembangan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas di Blok Rokan.
Dukungan ini diharapkan dapat memperkuat posisi Blok Rokan sebagai salah satu pilar utama produksi minyak nasional, sekaligus mendorong pencapaian target produksi migas Indonesia secara keseluruhan.
Di daerah, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung kelancaran operasional PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Wilayah Kerja (WK) Rokan dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) khusus.
Pembentukan Satgas ini ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Riau Nomor: Kpts. 323/IIII/2024 tentang Pembentukan Satgas Kelancaran Operasional PT PHR Wilayah Kerja Rokan di Provinsi Riau.
Penjabat (Pj) Gubernur Riau yang kini Sekretaris Daerah Provinsi Riau, SF Hariyanto, pada Juli 2024 lalu menyatakan pembentukan Satgas ini bertujuan untuk memastikan kelancaran produksi migas di wilayah Riau, terutama dalam mendukung pencapaian target nasional sebesar 1 juta barel per hari pada tahun 2030.
"Untuk mendukung kelancaran produksi Hulu migas, kami Pemprov Riau sudah membentuk Satgas Kelancaran Operasional PT PHR di Blok Rokan," ujarnya.
Dia menegaskan bahwa pemerintah daerah akan terlibat aktif dalam menyelesaikan setiap kendala yang dihadapi dalam operasional migas di Blok Rokan. Menurutnya dukungan ini sangat penting mengingat adanya target nasional yang harus dicapai.
Selain itu, dukungan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam supervisi juga memastikan bahwa segala kendala yang muncul akan ditangani secara transparan dan efisien.
"Dengan begitu, apapun yang menjadi kendala pada sumur-sumur ladang minyak, kami Pemprov Riau siap membantu. Pemerintah daerah juga harus berperan aktif karena Participating Interest (PI) 10 persen dari produksi migas akan kembali ke daerah," tambahnya.
Satgas ini diharapkan mampu mempercepat penyelesaian masalah operasional di lapangan, sehingga produksi migas di Blok Rokan dapat terus meningkat, sejalan dengan target yang telah ditetapkan pemerintah pusat.
Dengan dukungan dari multi pihak itu, diyakini berbagai hambatan produksi minyak PHR di Blok Rokan dapat teratasi. Hingga berbagai strategi yang telah dijalankan, bakal mewujudkan harapan bersama dalam meningkatkan produksi minyak untuk ketahanan energi dan kesejahteraan bangsa. Semoga.