Bisnis.com, PADANG - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat melakukan sejumlah strategi agar produktivitas padi terus meningkat setiap tahunnya kendati kondisi lahan sawah mengalami penyusutan.
Menurut Sekretaris Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar Ferdinal Asmin, produksi pada tahun 2023 sekitar 1,46 juta ton gabah kering giling (GKG) dengan luas panen sekitar 297.000 hektare.
"Jumlah luas panen ini mengalami pengurangan setiap tahunnya. Tapi kita terus berupaya meningkatkan produktivitasnya, yakni melalui meningkatkan dukungan alat masa tanam dan panen, serta memperkuat irigasi dan mendorong peningkatan indeks penanaman (IP)," katanya, Senin (8/1/2024).
Dia menjelaskan agar proses tanam dan panen dilakukan lebih efektif dan efisien, Pemprov Sumbar turut memberikan bantuan alat pertanian. Sehingga saat ini hanya sebagian keci petani di Sumbar yang masih melakukan proses menanam dan panen secara tradisional.
Ferdinal menyampaikan kondisi yang terjadi saat ini petani Sumbar sudah mulai memanfaatkan sejumlah alat yang dapat membuat masa tanam dan panen lebih efektif dan efisien.
"Seperti untuk mesin panen padi itu (combine harvester), sudah terbesar di seluruh daerah di Sumbar yang ada kawasan sawahnya. Bahkan kelompok tani nya bisa membantu kelompok tani lainnya dalam memanen menggunakan alat yang ada itu," ujarnya.
Baca Juga
Selain memperkuat dari sisi kinerja mulai masa tanam dan masa panen, Pemprov Sumbar juga turut memastikan infrastruktur pendukung seperti irigasi. Bagi irigasi kawasan pertaniannya bagus, didorong meningkatkan IP.
Dimana biasanya satu kali atau dua kali dalam satu tahun turun ke sawah, kini didorong untuk meningkatkan masa penanaman atau IP menjadi tiga hingga empat kali dalam satu tahun.
"Nah meningkatkan IP ini juga menjadi strategi kami untuk meningkatkan produktivitas. Karena masa tanam dan masa panen telah dikerjakan secara efisien, artinya IP bisa ditingkatkan," sebutnya.
Selain itu, bantuan berupa benih dan pupuk juga terus diperkuat setiap tahunnya, baik dari dinas pertanian di provinsi, maupun dinas pertanian di tingkat kabupaten dan kota.
Sebelumnya terkait penyusutan lahan sawah ini, Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar mencatat dalam 5 tahun terakhir terdapat 20.000 hektare lahan sawah di Sumbar berkurang. Artinya per tahunnya itu 4.000 ha lahan sawah di Sumbar hilang.
Ferdinal menjelaskan penyebab terjadinya kekurangan lahan sawah itu, salah satunya dapat dilihat dari daerah-daerah perkotaan yang pada umumnya banyak terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi penggunaan lain di luar pertanian.
"Ada perkembangan penduduk (pemukiman) dan kebutuhan pembangunan sosial ekonomi lainnya juga memberikan pengaruh pada perlindungan lahan sawah di Sumbar," katanya.
Dia menjelaskan luas lahan baku sawah di Sumbar saat ini sekitar 194.000 hektar dengan potensi produksi sekitar 1,3 juta sampai 1,4 juta ton GKG per tahunnya.
Sementara kalau melihat pada luas panennya itu, pada tahun 2021 seluas 272.391 ha dan tahun 2022 malah turun luas panen menjadi 271.883 ha.
Dia merinci, melihat luas panen pada kondisi masing-masing kabupaten dan kota di tahun 2022, untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai luas lahan panen padi 603 ha dengan produksi 1.387 ton per tahunnya.
Kabupaten Pesisir Selatan 28.779 ha dengan produksi 161.638 ton per tahun, Solok 32.901 ha dengan produksi 179.316 ton per tahun, Sijunjung 14.031 ha dengan produksi 53.949 ton per tahun.
Selanjutnya di Kabupaten Tanah Datar 31.023 ha dengan produksi 169.881 ton per tahun, Padang Pariaman 27.244 ha dengan produksi 135.072 ton per tahun, Agam 27.780 ha dengan produksi 137.633 ton per tahun, Limapuluh Kota 25.526 ha dengan produksi 118.608 ton per tahun.
Serta Kabupaten Pasaman 29.220 ha dengan produksi 144.110 ton per tahun, Solok Selatan 12.047 ha dengan produksi 49.554 ton per tahun, Dharmasraya 9.984 ha dengan produksi 47.554 ton per tahun, dan Pasaman Barat 10.025 ha dengan produksi 50.317 ton per tahunnya.
Sementara untuk Kota Padang luas panen padi seluas 9.370 ha produksinya 45.241 ton per tahun, Solok 2.175 ha produksinya 13.946 ton per tahun, Sawahlunto 1.457 ha produksinya 11.600 ton per tahun, Padang Panjang 784 ha dan produksinya itu 6.789 ton per tahun, Bukittinggi 479 ha 4.082 ton per tahun, dan Pariaman 4.969 ha dan produksinya sebesar 16.418 ton per tahunnya.