Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perekonomian Kepri 2024 Diprediksi Tumbuh Positif di Kisaran 5,1%-5,9%

Meski mengalami perlambatan di triwulan III/2023, perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) diprediksi tetap tumbuh positif pada tahun 2024.
Ilustrasi inflasi atau kenaikan harga bahan-bahan pokok. Pelanggan memilih barang kebutuhan di salah satu ritel modern di Depok, Jawa Barat, Minggu (30/7/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Ilustrasi inflasi atau kenaikan harga bahan-bahan pokok. Pelanggan memilih barang kebutuhan di salah satu ritel modern di Depok, Jawa Barat, Minggu (30/7/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, BATAM - Meski mengalami perlambatan di triwulan III/2023, perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) diprediksi tetap tumbuh positif pada tahun 2024.

Ada sejumlah indikator yang mendukung prediksi tersebut, yakni kinerja perbankan yang meningkat, serta tingkat kesejahteraan masyarakat yang terus membaik.

Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri memprediksi pertumbuhan ekonomi Kepri tahun depan akan berada dalam kisaran 5,1%-5,9%

"Ada sejumlah tantangan ekonomi ke depan, yakni berlanjutnya ketegangan geopolitik di Eropa dan Timur Tengah, perubahan iklim global yang mengganggu rantai pasokan, serta investor dan dunia usaha yang memilih bersikap wait and see terhadap hasil pemilu tahun depan," kata Deputi Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepri Adidoyo Prakoso saat acara Pertemuan Tahunan BI di Hotel Marriot Harbour Bay, Batam, Rabu malam (29/11/2023).

Melihat potensi yang dimiliki Kepri, BI Kepri memberikan sejumlah saran yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi Kepri, antara lain mempercepat belanja daerah untuk pemulihan ekonomi dan pengendalian inflasi.

"Kemudian mendorong koordinasi kebijakan dan implementasi gerakan nasional pengendalian inflasi pangan, serta mendorong keberlanjutan reformasi struktural untuk meningkatkan daya saing ekonomi daerah," ujarnya.

Perekonomian Kepri saat ini masih ditopang oleh industri pengolahan (39,44%), konstruksi (20,83%), pertambangan dan penggalian (11,64%), serta perdagangan besar dan eceran (9,32%). Saat ini, pertumbuhan keempat sektor tersebut sangat positif.

Optimisme positif tersebut juga didorong oleh kinerja perbankan yang semakin baik. Hingga Oktober 2023, BI Kepri mencatat kinerja perbankan tumbuh secara signifikan. Misalnya total penyaluran kredit yang tumbuh 11,21% (yoy), totalnya sebesar Rp 71,04 triliun. Lalu Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 12,87% (yoy), totalnya sebesar Rp 79,33 triliun. Sedangkan kredit macet atau non performing loan (NPL) tumbuh sebesar 3,64%.

Selain itu indikator lainnya, seperti tingkat kesejahteraan masyarakat yang terus membaik, juga menyumbang optimisme pertumbuhan ekonomi Kepri.

Contohnya, tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2023. Dalam catatan BI Kepri, dibanding Agustus 2022 terjadi penurunand dari 8,23% menjadi 6,80%. Kemudian tingkat kemiskinan pada Maret 2023 sebesar 5,69%, meningkat dari Maret 2022 sebesar 6,24%.

"Selanjutnya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang naik dari 78,48 di 2022 menjadi 79,08 di 2023," imbuhnya.

BI Kepri bersama pemerintah daerah juga berupaya untuk mengendalikan inflasi. Hingga Oktober 2023, inflasi di Kepri terpantau stabil sebesar 2,46%. Capaian tersebut jauh lebih tinggi dari inflasi keseluruhan di 2022 sebesar 5,83%.

Inflasi global saat ini masih tetap tinggi sejalan dengan tingginya tekan inflasi komoditas energi dan pangan global, seiring kebijakan proteksionisme pangan di berbagai negara. Hal tersebut turut berdampak pada tetap tingginya suku bunga kebijakan global untuk meredam inflasi yang tinggi.

"Upaya pengendalian inflasi yang akan kami lakukan ini seputar keterjangkauan harga, menjaga kelancaran distribusi, menjaga ketersediaan pasokan, serta menjalin komunikasi yang efektif," paparnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam, Rafki Rasyid mengatakan pertumbuhan ekonomi di triwulan III/2023 ditopang oleh pertumbuhan sektor konstruksi dan perdagangan besar.

Ia juga mengingatkan sepanjang 2023, perekonomian Kepri terus mengalami perlambatan. Pada triwulan I/2023, perekonomian Kepri bisa tumbuh sebesar 6,51%. Kemudian melambat menjadi 5,04% pada triwulan II/2023. Dan pada triwulan III/2023 ini ternyata perekonomian Kepri melambat menjadi 4,88%.

"Ini tentunya harus kita waspadai, karena sektor pengolahan selama ini merupakan tulang punggung ekonomi di Provinsi Kepri. Tentunya faktor global seperti perang Rusia-Ukraina dan perang Israel-Hamas tidak bisa kita kontrol, namun faktor-faktor di Kepri bisa kita kendalikan," ucapnya. 

Ia menegaskan bahwa iklim usaha di Kepri harus terus dibuat kondusif dan menarik bagi investor baru, agar PMTB terus bertumbuh. Sumber-sumber pertumbuhan selain sektor pengolahan juga harus digarap dengan lebih optimal lagi, agar ketika sektor pengolahan melambat, masih ada sektor lain yang bisa memberikan andil pertumbuhan yang signifikan.  

"Perbaikan infrastruktur jalan, pelabuhan, air bersih, dan sarana penunjang lainnya harus digesa cepat selesai. Supaya bisa menimbulkan multiplier effect bagi aktivitas ekonomi warga Kepri. Masyarakat juga sebaiknya dihimbau agar gemar membelanjakan uangnya supaya sektor UMKM bisa bertumbuh. Perlu dibuat kebijakan-kebijakan baru untuk mendorong aktivitas UMKM di Kepri ini lebih meningkat lagi," ungkapnya. (K65)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper