Bisnis.com, PEKANBARU-- Metha masih ingat benar kejadian lima tahun lalu, seorang ibu datang saat malam hari setelah dia menutup kios jualan hariannya. Sang ibu meminta pertolongannya untuk mengirimkan uang bagi anaknya yang jauh dari kampung halaman, tepatnya di Nusa Tenggara Barat.
"Nak tolong ibu nak, kirimkan duit untuk anak ibu yang sekarang di Lombok, dia sekarang seorang diri di sana," ujar Metha baru-baru ini.
Saat itu dia menerima uang tunai senilai Rp2,5 juta untuk dikirim, lalu dengan cepat dia membuka ponsel dan membuka aplikasi layanan BRILink untuk mengirimkan dana itu kepada sang anak dari ibu tersebut.
Sebagai warga Desa Pergam, Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis Riau, tentu banyak kendala yang dihadapi masyarakat saat membutuhkan layanan keuangan di kala terdesak. Mulai dari jauhnya jarak dari rumah ke kantor bank, hingga layanan internet yang tidak selalu optimal karena memang daerah itu masuk kawasan perbatasan Indonesia, dan lebih dekat ke negara tetangga Malaysia.
Di pulau itu, diketahui ada satu kantor cabang Bank BRI yang beroperasi yakni BRI Unit Rupat. Meski demikian, karena keterbatasan jam operasional, tentu tidak bisa masyarakat mengakses layanan bank pada saat mendesak seperti di malam hari.
Metha menjelaskan dari Desa Pergam untuk menuju kantor BRI unit Rupat itu bisa mencapai 30-40 kilometer dan waktu tempuhnya sekitar 40 menit sampai 1 jam. Memang jalan di pulau itu belum semuanya disemenisasi, sebagiannya masih berupa jalan tanah atau pasir batu.
Dia mengakui sangat terbantu dengan hadirnya layanan BRILink sejak 2015 silam, dan dirinya sudah bisa ikut membantu masyarakat sekitar desanya menjadi lebih melek digital dan bisa menjalankan beragam usaha kecil dengan sistem online.
"Sejak adanya BRILink itulah semua layanan kirim uang, bayar kebutuhan bulanan, tidak sulit lagi karena sudah online atau digital payment," ujarnya.
Selain itu dia juga telah melebarkan usahanya ke bisnis online seperti menjual sepatu, tas, baju dan obat herbal lewat media sosial dan toko online.
Bank BRI mengakui transformasi digital dari pelayanan bank pelat merah itu telah mendorong peningkatan kinerja perseroan menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Data perusahaan mencatat transaksi agen BRILink sepanjang 2022 mencapai Rp1.297 triliun. Hal tersebut sebagaimana disampaikan Direktur Utama BBRI Sunarso yang mengatakan transaksi agen BRILink nyaris tembus Rp1,3 kuadriliun.
"Transaksinya enggak main-main, kecenderungannya digital memang naik, tapi lewat Agen BRILink setahun mencapai sekitar Rp1,3 kuadriliun. Itu fakta dan realita, padahal agen BRILink adalah hybrid bank dengan bisnis proses yang digital," jelas Sunarso.
Bos BBRI tersebut menambahkan, torehan nilai transaksi tersebut didapat sejalan dengan proses akselerasi akses produk perbankan melalui digitalisasi di masyarakat daerah, yang jadi fokus penetrasi BRI.
Dia menjelaskan bahwa pelaksanaan bisnis berbasis hybrid bank atau perpaduan pengembangan digitalisasi di perbankan menjadi strategi BRI dalam memacu ekspansi bisnis. Hal tersebut dilakukan mengingat fokus BRI yang membidik sektor informal hingga usaha mikro melalui Holding Ultra Mikro.
"Dibuat fully digital nggak laku, mungkin laku di kota besar, tapi karena masih ada (di daerah) yang gak paham digital. Makanya kita layani secara konvensional, tapi kalau konvensional aja, sekian tahun ganti generasi, BRI akan ketinggalan. Maka kita kembangkan hybrid bank, kita digitalkan core-nya, ekosistemnya kita rangkai secara digital, dan digital proposition-nya kita perkuat," ujarnya.
Adapun dari laporan perseroan, BBRI berhasil menutup Tahun 2022 dengan kinerja gemilang. Dengan strategic response yang tepat, BRI Group berhasil mencatatkan kinerja positif dengan pencapaian rekor laba dengan mencetak laba Rp51,4 triliun pada akhir tahun lalu.
“Alhamdulillah, kita selalu didampingi kawan setia, Si Untung dan Si Slamet sepanjang Januari hingga Desember 2022, BRI Group berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp51,4 triliun atau tumbuh 67,15% secara year on year dengan total aset tumbuh double digit sebesar 11,18% yoy menjadi Rp1.865,64 triliun,” pungkasnya.